BUKU "MEMORI LUKA BATIN"


BUKU MEMORI LUKA BATIN
Kisah yang terputar kembali.
------------------------------------------
Judul Buku : MEMORI LUKA BATIN
Tebal         : 158 Halaman

Penerbit     : PILAR MEDIA
Katagory    : Umum (Puisi Umtuk Tanah Papua)

Dikription   : Buku Puisi tentang kisah yang terputar kembali di Negeri Tanah Papua
Penulis       : Honaratus Pigai

                                                       cover buku :
MEMORI LUKA BATIN

Buku ini di sedang di jual,  jadi  bagi Anda yang berminat untuk Memiliki Buku ini tunggu apa lagi  segera...!!!  Hubungi distributor di Nomor Hendpone : 082 126 588 896.


Presiden Diminta Tegur Polri

JAKARTA --  Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Eva Kusuma Sundari menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya memberikan teguran kepada Polri yang menghalang-halangi penggeledahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan korupsi pengadaan simulator kemudi motor dan mobil di kantor Korlantas Mabes Polri pada Senin (30/7).

Menurutnya, hal itu dapat menjadi sesuatu yang memprihatinkan karena aparat penegak hukum justru tidak bisa mematuhi hukum itu sendiri.

"Sepatutnya Presiden mengingatkan kepolisian untuk berlaku patut dan menghormati wewenang KPK," tegas Eva.

Eva mengatakan sepatutnya Polri menunjukkan kedewasaan dengan tidak menghalangi penegakkan hukum KPK hingga menahan penyidik beserta dokumen-dokumen yang sudah ditemukan. Menurutnya antarpenegakan hukum harus seirama dalam pemberantasan korupsi.

"Persaingan antar penyidik hanya akan dimaknai sebagai lemahnya koordinasi Presiden dalam upaya pemberantasan korupsi," imbuhnya.

Politikus PDI Perjuangan itu juga mengingatkan agar Kapolri justru dapat memanfaatkan situasi ini untuk melakukan pembenahan kewibawaan setelah selama ini kinerjanya dinilai tidak memuaskan. Eva mengatakan Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo sebagai pimpinan tertinggi harus membuktikan kalau institusinya tidak melakuka hal tersebut.

"Tunjukkan sikap kooperatif dan serahkan semua pada proses hukum," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan penggeledahan yang dilakukan penyidik KPK di kantor Korlantas Mabes Polri di kawasan MT Haryono, Jakarta Selatan sempat tertahan selama beberapa saat.

Penggeledahan baru bisa diteruskan hingga akhirnya tiga pimpinan KPK Abraham Samad, Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto serta Kabareskrim Komjen Pol Sutarman harus datang ke lokasi dan berunding.

Terkait insiden itu sendiri, juru bicara KPK Johan Budi hanya menyatakan itu terjadi karena kesalahpahaman semata. KPK tidak melihat adanya kesengajaan atau rencana dari pihak Polri untuk menghalangi penyidikan. (*/OL-12)

MICOM


Papua, Kisah Cengkeraman Garuda di Bumi Cenderawasih

Oleh: Muhammad Hamzah Hasballah - 30/07/2012 - 15:14 WIB
PETRUS REFFASIE MIKE tampak bersemangat. Meski seorang diri, ia terus bertepuk tangan, tanpa ada dukungan. Ketika jeda diskusi, ia segera berpendapat. “Baru kali ini ada diskusi yang berbicara jujur sekali tentang bangsa Papua,” ujarnya, disambut tepuk tangan peserta lain. Beberapa orang terlihat mengangguk setuju.

Menanggapi perihal konflik Papua, nada suaranya tiba-tiba meninggi. “Sebetulnya, ada hal mendasar sebuah akar persoalan yang terjadi antara Papua dan Indonesia. Indonesia ini berasal dari bangsa Melayu, sedangkan kami adalah bangsa Melanesia,” ujarnya berapi-api.
Raut wajah Petrus bertambah tegang. Ia bangun dari duduknya dan melihat ke semua peserta diskusi. “Yang perlu diketahui, sejak TNI dikirimkan tahun 1961 ke Papua, bukan Belanda yang dibunuh, tapi kami orang Papua,” ujarnya bergetar. 

Petrus, memberi nilai A plus atas pelanggaran HAM yang dilakukan aparat keamanan Indonesia di tanah Papua. Ibarat sebuah cerita, cenderawasih dicengkeram garuda di sarangnya sendiri.

Adegan itu bukanlah debat kusir, melainkan sebuah dialog nasional bertajuk “Membingkai Kebhinnekaan Kekitaan di Ufuk Timur”. Diskusi ini membedah pemikiran Viktor Kaisiepo Msn, tokoh Papua. Semua pemikiran itu, tertuang dalam buku yang dicatat orang Belanda, Willem Campschreuer. Oleh mahasiswa Psikologi Fakultas Humaniora, Bina Nusantara (Binus) University, buku tersebut dibedah Selasa, pertengahan Juli lalu.


Baca Selengkapnya  acehkita.com



 

Angin Kencang Landa Raja Ampat, Kapal Minyak Tenggelam

Jakarta -  Tim SAR Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPBD) Provinsi Papua Barat masih mencari dua orang nelayan yang dinyatakan hilang, setelah kapalnya diterjang angin kencang, di perairan Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, Sabtu (28/7).

"BPBD, SAR, dan instansi terkait, sedang melakukan pencarian dua orang nelayan yang hilang," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Minggu malam (29/7).

Menurutnya, angin kencang terjadi pada pukul 14.00 WIT Sabtu siang. Selain merusak satu kapal nelayan, angin kencang juga menenggelamkan satu kapal pengangkut minyak yang mengakibatkan enam orang mengalami luka akibat terkena tumpahan minyak.

"BPBD dan instansi terkait sedang mengevakuasi korban kapal pengangkut minyak yang tenggelam," ujarnya.

Namun, Tim SAR mengalami kesulitan untuk mengevakuasi kapal tersebut. Pasalnya, siang tadi, cuaca mendung dan angin masih bertiup kencang.

"Saat dikonfirmasi, cuaca di lokasi mendung dan angin masih kencang," pungkasnya. [IS]

 Sumber: gatra.com

Gedung Sekolah Senilai Rp3 Miliar Terbengkalai

Kaimana: Sebuah sekolah dan asrama di Kabupaten Kaimana, Papua Barat, terbengkalai sejak dibangun pada 2008. Padahal, pembangunan gedung menelan biaya hingga Rp3 miliar.

Hingga Senin (30/7), kondisi sekolah terlihat tak karuan. Pepohonan dan rumput liar tumbuh merambat hingga ke ruang kelas. Sejumlah fasilitas seperti kursi, meja dan lemari hanya ditumpuk di satu ruang.

Anggota Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kaimana, Frans Amerbay Pun, membenarkan keadaan ini. Menurutnya, pembangunan gedung sekolah tersebut tidak tepat sasaran.

Warga sekitar kecewa. Mereka berharap pemerintah segera mengambil tindakan agar gedung sekolah dan asrama dapat dimanfaatkan.(wtr6)


 Metrotvnews.com

Bentrok di Papua, Polisi Tangkap 165 Warga dari Kampung Harapan Kwamki Lama

Jayapura, Kamis, 26 Juli 2012 - 11:20 - Sebanyak 165 warga Kampung Harapan, Kwamki Lama, Mimika, Papua, pagi tadi ditangkap aparat kepolisian. Polisi terpaksa melepaskan beberapa kali tembakan karena dua kelompok warga pada Rabu pagi kembali bertikai.

Ratusan warga Kampung Amole, dengan tambahan ratusan warga Kampung Karang Senang, pada Rabu pagi menyerang warga Kampung Harapan. Pertikaian Rabu pagi dipicu oleh kematian dua warga Kampung Karang Senang, Zainarius (Januarius) Mbisikmbo dan Ike Mbisikmbo, akibat diserang sekelompok orang dengan parang dan panah.


Seorang warga lainnya yang menjadi korban penyerangan ini, Frans Bagau, semula dikabarkan sudah meninggal. Tetapi, menurut petugas di Rumah Sakit Mitra Masyarakat, Frans belum meninggal dan masih mendapat perawatan intensif. Frans menderita luka panah di sekujur tubuh, di kepala, dada, perut, lengan kanan, dan pundak. Selain Frans, Obmi Mbisikmbo juga masih dirawat karena menderita luka panah di pelipis.


Warga Kampung Karang Senang yang merasa tidak terlibat dalam konflik antarwarga di Kwamki Lama sangat marah atas penyerangan ini. Jenazah Januari dan Ike pada Selasa petang kemarin dibawa ke Kwamki Lama dan dibakar. Januari dan Ike dianggap sebagai korban konflik antarwarga di Kwamki Lama.


Pada pagi tadi, sekitar pukul 07.25 waktu Papua, warga Kampung Karang Senang yang bergabung dengan warga Kampung Amole melampiaskan kemarahannya, menyerang warga Kampung Harapan. Pada penyerangan ini, empat rumah milik warga Kampung Harapan dibakar.


Sekitar pukul 08.00 waktu Papua, pasukan gabungan TNI-Polri berupaya memisahkan kelompok warga yang bertikai. Sebagian pasukan menghalau ratusan lelaki berpanah dari Kampung Harapan, sebagian lagi menghalau warga berpanah dari Kampung Amole.


Setelah dapat menguasai keadaan, pasukan gabungan kemudian menangkap puluhan lelaki dari Kampung Harapan. Polisi sempat memilah warga Kwamki Lama dari warga lain yang datang dari Kabupaten Puncak Jaya, Distrik Tembagapura, dan Distrik Jila, yang ikut bergabung dengan warga Kampung Harapan selama konflik dengan warga Kampung Amole. “Saya minta yang bukan warga Kwamki Lama berkumpul satu kelompok,” kata Kepala Kepolisian Sektor Mimika Baru, Ajun Komisaris Polisi Nur Bhakti.


Tidak semua warga berpanah dari Kampung Harapan dapat ditangkap. Sebagian melarikan diri ke dalam hutan dengan membawa peralatan perang mereka.


Kepala Bagian Operasi Kepolisian Resor Mimika, Komisaris Polisi Albertus Andreana, mengatakan polisi masih memilah kasus penyerangan warga Kampung Karang Senang yang terjadi sore kemarin. Kasus ini, kata dia, sebagai kasus kriminal murni yang tidak berhubungan dengan konflik antarwarga di Kwamki Lama.


“Kasus penyerangan Kampung Karang Senang masih ditangani, dan ini merupakan kasus yang terpisah dari konflik Kwamki Lama,” kata Albertus.


Menurut Albertus, ada sebanyak 165 warga Kampung Harapan, Kwamki Lama, yang ditangkap pagi tadi akan dimintai keterangan. “Ada 165 orang yang dibawa (ditangkap) untuk diperiksa,” kata Albertus. [ndis]

 Seruu.com


Festival Lembah Baliem Kurang Diminati Turis Domestik

Tari Perang yang dipentaskan di Festival Danau Sentani,
Jayapura, Papua, Selasa (19/6/2012)
JAKARTA - Berapa festival di Indonesia yang Anda tahu atau pernah dikunjungi? Indonesia dengan beragam adat istiadatnya memunculkan beragam festival dengan membawa keunikan dan ciri khas daerah masing-masing yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Salah satunya Festival Budaya Lembah Baliem. Festival Budaya Lembah Baliem merupakan perayaan khas Suku Dani, Papua. Festival ini diselenggarakan di sekitar kaki pegunungan Jayawijaya yang disebut Lembah Baliem.

"Festival ini sangat menarik bukan hanya untuk nasional, tetapi juga untuk dunia internasional," ungkap Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, dalam jumpa pers persiapan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2012 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta (27/7/2012).

Bahkan, lanjutnya, banyak biro perjalanan wisata asal Eropa yang memasukkan Festival Budaya Lembah Baliem sebagai salah satu festival yang dijual oleh mereka. Dalam festival ini wisatawan yang datang disajikan keunikan atraksi dari masyarakat setempat berupa perang-perangan, tari-tarian, nyanyian adat, serta tak lupa hasil kerajinan tangan masyarakat.

"Teman-teman wisatawan luar negeri berkata 'Kami sudah pernah mengunjungi belahan dunia lain, namun yang seperti ini tidak akan ada dibelahan dunia lain',"ungkap Bupati Kabupaten Jaya Wijaya Wempi Wetipo.

Selain beragam atraksi masyarakat setempat, wisatawan juga dimanjakan dengan keindahan alam Lembah Baliem dengan deretan pegunungan, danau, sungai, pasir putih, dan yang terpenting salju yang berasal dari pegunungan Jaya Wijaya.

"Kita tidak ada pantai seperti ada di tempat lain, karena kita pegunungan. Tetapi yang tidak kalah menariknya di sana ada salju abadi," kata Wempi.

Menurut Wempi, pada tahun lalu wisatawan yang hadir dalam festival ini sekitar 500 orang dan kebanyakan dari mereka adalah turis asing. Sangat jarang wisatawan domestik yang datang mengunjungi festival ini.

"Saya tidak tahu mengapa demikian, barangkali wisatawan domestik tidak terlalu tertarik atau kalaupun datang tetapi tidak tepat pada saat festival berlangsung," tuturnya.

Salah satu alasan yang membuat wisatawan nusantara jarang mengunjungi festival ini adalah masalah keamanan. Sebab, ungkap Wempi, selama ini banyak pemberitaan yang menginsyaratkan seolah-olah Papua tidak aman untuk dikunjungi dengan adanya berbagai kerusuhan.

"Soal keamanan saya berani jamin yang datang ke festival ini datang dengan selamat, pulang juga dengan selamat. Silahkan datang kapan saja, tidak hanya pada saat festival," tegas Wempi.

Semenentara itu, Sapta menuturkan untuk melihat sesuatu yang unik dibutuhkan suatu usaha. Salah satunya adalah mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan perjalanan ke Papua.

"Soal melihat sesuatu yang unik itu soal effort. Mungkin makanya itu kenapa lebih banyak orang luar yang datang ke festival," katanya.

Festival Budaya Lembah Baliem akan berlangsung di Desa Wosi, Distrik Wosilimo, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada tanggal 8-11 Agustus 2012 mendatang.
 
Editor :
kadek
 KOMPAS.com

Kala Warga Mee Tak Lagi Nikmati Alam Mereka

Kala Warga Mee Tak Lagi Nikmati Alam Mereka
Oleh Yermias Degei

MASYARAKAT adat Mee, tinggal di tanah adat Yaro, secara administrasi pemerintah masuk Distrik Yaro, Kabupaten Nabire, Papua. Ia berada di kaki gunung keramat, Huwou dan Waihai. Hamparan hutan luas.

Di kawasan ini ada emas, beragam jenis kayu, tanah subur, banyak rotan, dan potensi masoi. Udang berkelimpah, ikan air tawar, tikus tanah, ada kuskus hutan. Ada beraneka burung, babi hutan, obat-obatan alami melimpah, makanan alami, bahan payung tradisional, sampai bahan panah dan busur tersedia di sana. “Tahun 2000 ke bawah, wilayah Yaro, berlimpah kekayaan,” kata Kepala Kampung Ororodo, Yohana Mekey, Jumat (20/7/12).

Namun, semua itu hilang. Sekarang tidak ada. Hutan telah dibabat habis oleh PT Jati Dharma Indah. Mereka tidak hanya mengambil kayu juga memburu kuskus, ikan, dan burung. Burung-burung sudah dibunuh dengan senapan angin.

Kepala Kampung Ororodo, Yohana Mekey. Foto: Yermias Degei
Sungai pun tercemar karena mereka menangkap ikan menggunakan pestisida akodan. “Ikan dan udang, dibabat dengan obat (pestisida akodan-red) sungai-sungai tercemar. Sekarang sudah tidak ada semua. Dulu, dekat-dekat. Sekarang kami harus pergi jauh ke hutan sana,” kata Yohana. Perempuan 60 tahun ini menunjuk ke arah hutan.

Menurut dia, ketika perusahaan beroperasi, masyarakat di Yaro tidak boleh berburu dan mencari ikan. “Waktu itu, kami tidak bisa masuk hutan kami. Perusahaan bilang, itu tanah dia. Padahal, ini tanah kami.”

Saat ini, warga tak hanya kehilangan hutan beserta aneka flora fauna. Mereka juga kehilangan tanah adat mereka. Bagi dia, kehilangan tanah adalah kehilangan sesuatu yang sangat berarti. “Soal tanah di Yaro, sekarang sebagian sudah diambil orang secara bebas. Kami tidak kuat bicara. Memang benar, tahun 1996 ke bawah, tanah dan hutan milik kami. Sekarang, pemerintah kirim orang luar ke sini,” ucap Yohana.

Tak hanya perusahaan. Transmigrasi juga mulai di daerah ini tahun 1996. Warga transmigrasi menempati tanah adat mereka. Sekarang ada Satuan Perumahan (SP) 1, SP2 dan SP3 yang disiapkan pemerintah. “Hak ulayat untuk tempat trasmigrasi, pemerintah bayar Rp900 ribu.”

Budi, warga transmigrasi, mengatakan, penduduk trans banyak dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedang dari Manado dan Ternate datang sendiri dan tinggal di sana.

“Bisa lihat. Rumah warga lokal, dengan bahan bangunan gegabah dan papan cincang. Nampak berbeda dengan bentuk dan struktur bangunan milik warga trans. Rumah warga lokal lebih banyak beratapkan daun pandan, kadang didapati seng beberapa lembar terselip. Sejumlah dinding rumah milik warga lokal ditutupi dengan papan cincang atau gegabah,” ucap Budi.

Martinus Kegou, tokoh Masyarakat Yaro mengatakan, mereka keturunan ke 12 di atas tanah ini. “Kami menganggap tanah itu sama dengan kuskus, burung, dan manusia. Kami jaga tanah kami. Kami masuk hutan sampai enam atau tujuh bulan lalu pulang. Hutan itu tempat kami hidup.”

Hamparan hutan di Yaro secara turun-temurun milik tiga marga, Mekey, Kedeikoto dan Hupi. Marga Mekey, dibagi menjadi tiga, Bukisa, Tikiso, dan Megauwi. Marga Kedeikoto dibagi menjadi marga Nepou, Dumaou, dan Boma. Marga-marga lain seperti Kegou, Kamo Nipoto, Madai, Tebay, Kahame, dan Wakey.

“Tanah kami tidak ada yang kosong. Moyang kami telah membagi sejak zaman dulu. Marga Mekey mendiami kepala air Kadihai. Bukisa kuasai wilayah Waisai. Tikiso kepala air kali Kibihau bagian Timur kali Kiha sampai Waihai. Terus, Kedeikoto, Nepon, Dumou, dan Boma, menguasai kepala air Waihai sampai kepala air kali Peke,” kata Martinus.

Yunus Kegou, Ketua Koperasi Masyarakat mengungkapkan hal senada. Dulu, masyarakat benar-benar menjaga tanah dan hutan. “Karena itu adalah mereka. Kami hidup di atas tanah dengan memanfaatkan semua. Kami tahu bagaimana cara menjaga itu semua agar tetap hidup. Kami benar-benar menjaga sungai, pohon-pohon khusus tempat cendrawasih menari. Kami berharap mereka (perusahaan HPH-red) dan pemerintah ikut menjaga kami dan tanah kami,” harap Yunus.

Ilustrasi: kayu-kayu hutan Papua, dikikis pelahan oleh pemilik modal. Sedang, masyarakat adat hanya mampu melihat kerusakan alam mereka. Foto: Greenpeace


Perusahaan pemegang hak penguasaan hutan (HPH) boleh mengambil hutan dengan tetap menghargai masyarakat adat. “Menjaga apa yang kami jaga selama ini, supaya kami tetap hidup. Namun, yang terjadi saat ini adalah asal ambil.” Keinginan masyarakat agar hutan bisa bermanfaat dalam bentuk bina desa. Namun, pemegang HPH tidak memberikan itu.

Dia menjelaskan, pemegang HPH yang masuk di daerah ini PT Sesco tahun 1990-1991. PT Sesco, tidak mengikuti kubikasi dari pemerintah. Sampai kini, PT Sesco masih belum membayar Rp40 juta dengan hitungan satu kubik Rp1.000. “Permintaan masyarakat, empat motor, empat sensor, dan satu mobil belum dilunasi sampai kini.”

Sekitar 2003, ada tiga perusahaan masuk. PT Sesco berganti nama menjadi PT Pakartioga. Dua perusahaan lain, PT Junindo dan PT Kalimanis (PT Jati Dharma Indah). “Saya tidak tahu dari perusahaan apa tapi mereka yang kelola hutan adalah Mrs. Tan, Mrs. Won, Mrs. Lohu.”

Tak hanya alam rusak dan masalah ekonomi. Pendidikan dan kesehatan masyarakat Yaro pun memprihatinkan. Itu yang dikeluhkan Pendeta Ruben Tebay .

Selama HPH masuk, hak ulayat saja tidak ada, apalagi gedung sekolah atau beasiswa. Di kampung ini ada SD Yayasan Pendidikan Kristen, tetapi tidak ada guru. “Di daerah trans ada SD Inpres dan guru cukup. Kami mengirim anak-anak kami ke sana. Jaraknya, sekitar satu kilometer.” Soal kesehatan, Puskesmas baru dibangun di daerah trans. “Kami berobat di sana. Jaraknya satu kilometer juga.”

Ruben mengatakan, hubungan dengan trans di bidang ekonomi baik. Masyarakat sering membeli beragam produk dari warga trans. Begitu sebaliknya. “Kami saling percaya, bisa saling memberi bon dengan modal kepercayaan.” Namun, tidak dengan perusahaan.

“Rusa saja dia jual sama kami. Dia membawa senapan dan berburu sendiri. Masyarakat dilarang berburu di areal HPH. Dia tidak membeli rusa yang kami jual. Cabe yang masyarakat jual dia tidak beli. Sayuran juga sama. Mereka datangkan saja dari luar (kota-red),” kata Ruben, dengan nada tinggi.

“Kita tidak boleh tanam kakao, atau mau berburu saja harus minta izin, bahkan mereka minta KTP. Dalam perjanjian perusahaan-perusahaan ini hanya mengambil kayu, tetapi mereka ambil hasil hutan termasuk hasil tanah.”
Ilustrasi: Alam dan hutan Papua yang terus terkuras. Foto: Greenpeace

Bahkan, PT Kalimanis mengklaim, yang terkandung dalam tanah milik mereka. “Jika ada perusahaan yang mau masuk, harus minta surat tidak keberatan dari PT Jati Dharma Indah. Hubungan dengan perusahaan tidak baik. Pendeta saja mau membunuh, apalagi masyarakat biasa,” ujar dia. Ruben mengatakan, tenaga kerja tidak pernah mengambil warga lokal. “Tidak ada warga bekerja. Banyak masukkan lamaran tetapi tidak diterima. Mereka datangkan semua karyawan dari luar. Mereka sempat sewa sensor warga, padahal dia tukang sensor. Akhirnya, sensor itu rusak, tertimpa kayu dan tidak diganti lagi.” “Hutan yang menjadi ibu kami telah dirusak. Orang seberang telah mengklaim hutan adat kami. Kami dipaksa beralih cepat dari cara bertahan hidup masa lalu ke cara bertahan hidup masa kini. Kami bergantung pada segala yang datang dari luar. Tidak ada pembangunan. Kami pikir, mungkin Tuhan akan membangun sendiri kerajaan-Nya di sini.”

Sumber:
http://www.mongabay.co.id/2012/07/22/kala-warga-mee-tak-lagi-nikmati-alam-mereka/

Generasi Muda Papua, Merusak Karakter Anak Adat Papua diatas Kapal

Ternyata setiap kali kapal masuk disetiap dermaga atau pelabuhan, para pemuda/i maupun masyarakatat melakukan sesuatu hal yang buruk yakni membeli minuman baik minuman lokal maupun minuman toko demi mempersiapkan ketika kapal masuk di dermaga. Tujuannya ialah bukannya untuk menjual, namun mereka membawa kedalam kapal dan ketika kapal berangkat masyarakat dan pemuda/i mempersiapkan tempat dan melakukan mabuk-mabukan alias berfoya-foya diatas kapal.

Hal ini bukan sering dilakukan oleh para Pemuda/i maupun masyarakat. Namun, setiap kapal masuk pasti mereka melakukan hal tersebut. Jangan kita menganggap bahwa hal ini tidak pernah terjadi atau sering terjadi di atas kapal. Namun kenyataan memang telah terjadi ketika kapal masuk mereka melakukan mabuk-mabukan di atas kapal.

Ketika mereka mabuk-mabukan diatas kapal, tentunya mereka akan melakukan pertengkaran atau mencari masalah dengan para penumpang yang sedang duduk santai atau mereka yang menikmati makanan diatas kapal. Yang menjadi masalah ialah mengapa mereka mengganggu para penumpang yang sedang duduk-duduk santai atau yang sedang menikmati makanan diatas kapal?

Pertengkaran yang sering terjadi diatas kepal yakni bagian Kafitari. Kafitaria menjadi tempat sasaran bagi mereka yang mabuk-mabukan. Kejadian ini pastinya terjadi di bagian kafitaria tidak ada di bagian tempat lain. Jadi bagi para penumang yang sedang menikmati makanan maupun sedang duduk-duduk santai pastinya akan mendapatkan ancaman dari para pemabuk.
Kejadian ini sering dilakukan oleh para Generasi Muda Papua. Bukan orang/masyarakat pendatang. Hal ini sangat disayangkan sekali bagi kami Orang Papua. Dan kebiasaan ini telah menjadi kebiasaan atau kebudayaan moderen Orang muda Papua. Apabila hal ini dilakukan oleh Orang Muda Papua secara terus-menerus maka dengan tanpa sadar Orang Muda Papua akan punah atau habis dari Tanah Papua ini.

Jangan kita berpikir bahwa permasalah ini akan hilang dengan sendirinya. Namun, permasalah ini akan terus dilakukan oleh generasi-generasi muda papua yang sedang berkembang baik yang masih berada di bangku pendidikan maupun mereka yang telah menjadi bujangan. Sangat disayangkan sekali ketika hal ini terus-menerus berkembang tanpa melihat waktu berakhirnya.
Dengan demikian, Generasi Muda Papua selalu hancur di dalam kapal. Mereka selalu melakukan mabuk-mabukan diatas kapal. Yang lebih mustahil ialah ketika mereka telah mabuk malah mereka sendiri melakukan pertengkarang yakni baku pukul diatas kapal. Sedangkan orang pendatang tidak melakukan hal yang dilakukan oleh Orang Papua. Orang Pendatang tinggal tertawa dan melihat mereka yang mabuk-mabukan. Jika hal ini dianggap seperti begitu, maka harkat dan martabat Orang Papua dikecilkan oleh mereka.

Kadang-kadang orang berpikir bahwa Orang Papua rusak itu berada di setiap daerah-daerah bukan hanya disitu saja. Namun, kejadian ini juga biasa dilakukan diatas kapal. Jadi karakter ini selalu dibawah-bawah terus tanpa mengingat batas waktu. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa kapal adalah pembawa perusak bagi Orang Papua.

Oleh karena itu, keberadaan Orang Papua saat ini sangat-sangat parah alias rusak. Mengapa saya bisa katakan demikian? Kita bisa melihat disekitar lingkungan kita, pastinya Orang Papua melakukan Kriminalitas diimana-mana. Jangan kita heran dengan permasalahan ini. karena permasalahan ini memang telah menjadi darah daging bagi kehidupan Orang Papua.
Dengan demikian, dengan permasalah ini pasti kita akan mendengarkan bahwa Pemerintah tidak tegas dan aparat keamanan juga tidak tegas. Saya rasa aparat keamanan telah tegas. Namun karena keberadaan mereka yang salah. Artinya bahwa ketika pihak kepolisian telah melakukan teguran keras kepada mereka yang mabuk-mabukan. Memang mereka telah mendengarkan, namun mereka akan melakukan hal yang sama. Maka hal ini telah menjadi darah daging dalam hidup mereka.

Kebiasaan-kebiasaan ini telah terbawa kepada generasi-generasi kecil yang semantara ini masih berada di bangku pendidikan. Jika hal ini telah terbawa kepada generasi-generasi ini maka ancaman berat telah muncul lagi. Maka hal ini jangan dibiarkan dengan begitu saja. Permasalahan ini bukan tanggung jawab satu orang saja, namun permasalahan ini untuk kita semua.

Apabila sumber daya manusia habis maka lengkaplah kita semua. Dengan permasalahan hangat ini, musti kita harus mempertanggung jawab dengan seksama. Jangan kita membiarkan satu orang yang mengurus permasalahan ini. Namun, permasalahan kita harus perluh menyelesaikan dengan sama-sama.

Dengan demikian, Orang Papua akan aman ketika diberi pengawasan yang ketat dan bila perluh diberi satu lembaga khusus kepada mereka yang mondar-mandir alias mabuk-mabuk dan harus diberi pembinaan yang khusu kepada mereka. Jika ini terjadi maka, Orang Papua akan lebih aman diatas tanah ini.


Penulis: (Tamatan 2012 dari SMA Adhi Luhur Nabire-Papua),


SOLIDARITAS KORBAN PELANGGARAN HAM PAPUA (SKP HAM PAPUA) Bersatu Untuk Kebenaran (BUK), KontraS Papua

SOLIDARITAS KORBAN PELANGGARAN HAM PAPU (SKP HAM PAPUA)
Bersatu Untuk Kebenaran (BUK), KontraS Papua, SKPKC Fransiskan Papua, Foker LSM Papua, Jaringan TIKI, Garda- Papua, Parjal, FIM, KPKC KINGMI Papua, ELSHAM Papua, Mahasiswa dan Pemuda Papua
PRES RELEASE


Sebelum aksi Polisi membubarkan paksa, di bulan Juni dan Juli 2012 ada perisitiwa pembunuhan Kilat Mako Tabuni, 14 Juni 2012; Penembakan Kepala Kampung Keerom, 01 Juli 2012, Teror activist KNPB via sms, Teror Pdt. Sizrates Sofyan Yoman tlg 06 Juli 2012 di depan Saga Abepura; Pdt. Dr. Beny Giay dihalangi oleh Polisi ketika hendak mendamaikan perang suku di Timika pada 17 Juli 2012, Penemuan korban (istri anggota TNI) di Wali Kota Jayapura, 20 Juli 2012 Penembakan kepala Kampung Pieter Penggu di Perumas II Waena, 19 Juli 2012 aksi penyerangan rumah activist di Nabire.

Tapol Napol yang sakit, Filep Karma, Ferdinan Pakage, Jafray Murib dan Kanius Murib. Sedang membutuhkan pertolongan biaya pengobatan, mengingat mereka terlantar dibalik trali besi selama bertahun-tahun. Karena Negara yang penjara mereka tidak ada uang untuk membayar biaya pengobatan.

Aksi galang dana ini kami lakukan karena setelah kami koordinasikan dengan Lapas Abepura, kemudian Kementrian Hukum dan HAM, kemudian bertemu dengan Gubernur dan Pemeritah Daerah, sama sekali tidak ada respon positif. Semua berdalih bahwa kekurangan pendanaan untuk biaya-biaya pengobatan tersebut. Dengan situasinya seperti ini, kepada siapa lagi kami harus sampaikan aspirasi kami. Ditambah lagi dengan kondisi para Tapol/Napol yang harus segera untuk mendapatkan perawatan medis, maka kami bersama keluarga, berinisiatif untuk mengumpulkan dana di jalan melalui sumbangan sukarela warga masyarakat yang punya hati dan perhatian untuk kemanusiaan.

Saat ini kami SKP HAM Papua dan Keluarga focus pada biaya pengobatan Filep Karma di Rumah Sakit PGI, Cikini Jakarta, dana yang dibutuhkan saat ini 110 juta rupiah, dana yang sudah terkumpul 75 Juta, masih ada sisa yang harus dibutuhkan. Sementara biaya pengobatan untuk Jafray Murib sejak bulan Mei - Juli ditangani oleh Rumah Sakit Pemerintah. Tidak ada perkembangan oleh karena itu kami SKP HAM Papua dan Keluarga mau pengobatan di Rumah Sakit Dian Harapan Waena.  Biaya yang dibutuhkan kurang lebih 70 juta, karena dia mengalami penyakit stroke berat. Tahapan berikutnya Ferdinan Pakage dan Kanius Murib, jadi saat ini kami focus Filep karma dan Jafray Murib.

Untuk menyikapi situasi ini, SKP HAM Papua turun jalan untuk menggalang dana bagi para Tahanan Politik Papua yang sakit. Pertama pada Kamis 19 Juli 2012 bertempat di Lampu merah depan Kantor Pos Abepura dan hari kedua pada 20 Juli bertempat di depan Gedung Kesenian Imbi Jayapura. Hari pertama aksi kami sempat jalan selama 2 jam kemudian dibubarkan secara paksa oleh Wakapolsek Abepura. Kemudian hari kedua tanpa negosiasi aparat Polresta langsung turun di Imbi, kami langsung dipaksa dan diangkat naik ke truk dan dibawa ke Polresta Jayapura.
Kapolresta Jayapura membubarkan paksa tidak berdasarkan hukum, ini tindakan kemanusiaan untuk membantu Tapol Napol yang sakit. Kapolresta sebagai orang Papua tidak paham situasi ril di Papua. Polisi yang melanggar hukum.

Kami yang tergabung dalam Front SKP HAM Papua (Bersatu Untuk Kebenaran (BUK), KontraS Papua, SKPKC Fransiskan Papua, Foker LSM, Jaringan TIKI, Garda- Papua, Parjal, FIM, KPKC KINGMI Papua, Elsam Papua, Mahasiswa dan Pemuda Papua.
Menyatakan Sikap:

  1. Negara harus bertanggung jawab menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM terutama Tahanan Politik di tanah Papua.
  2. Kepolisian Republik Indonesia melalui Kapolda Papua dan Kapolresta Jayapura Stop tindakan represif di Tanah Papua, dan bekerja secara professional, sesuai fungsi Kepolisian.
  3. Menolak Sikap Kapolresta Jayapura membubarkan paksa tidak berdasarkan hukum
  4. Negara harus memberikan jaminan keamanan dan perlindungan terhadap para Pembela HAM di Tanah Papua.

Jayapura, 21 Juli 2012
SKP HAM PAPUA


Peneas Lokbere
Koordinator Umum





Bersatu Untuk Kebenaran (BUK), KontraS Papua, SKPKC Fransiskan Papua, Foker LSM Papua, Jaringan TIKI, Garda- Papua, Parjal, FIM, KPKC KINGMI Papua, ELSHAM Papua, Mahasiswa dan Pemuda Papua
===========================================================================================
PRES RELEASE

Sebelum aksi Polisi membubarkan paksa, di bulan Juni dan Juli 2012 ada perisitiwa pembunuhan Kilat Mako Tabuni, 14 Juni 2012; Penembakan Kepala Kampung Keerom, 01 Juli 2012, Teror activist KNPB via sms, Teror Pdt. Sizrates Sofyan Yoman tlg 06 Juli 2012 di depan Saga Abepura; Pdt. Dr. Beny Giay dihalangi oleh Polisi ketika hendak mendamaikan perang suku di Timika pada 17 Juli 2012, Penemuan korban (istri anggota TNI) di Wali Kota Jayapura, 20 Juli 2012 Penembakan kepala Kampung Pieter Penggu di Perumas II Waena, 19 Juli 2012 aksi penyerangan rumah activist di Nabire.

Tapol Napol yang sakit, Filep Karma, Ferdinan Pakage, Jafray Murib dan Kanius Murib. Sedang membutuhkan pertolongan biaya pengobatan, mengingat mereka terlantar dibalik trali besi selama bertahun-tahun. Karena Negara yang penjara mereka tidak ada uang untuk membayar biaya pengobatan.

Aksi galang dana ini kami lakukan karena setelah kami koordinasikan dengan Lapas Abepura, kemudian Kementrian Hukum dan HAM, kemudian bertemu dengan Gubernur dan Pemeritah Daerah, sama sekali tidak ada respon positif. Semua berdalih bahwa kekurangan pendanaan untuk biaya-biaya pengobatan tersebut. Dengan situasinya seperti ini, kepada siapa lagi kami harus sampaikan aspirasi kami. Ditambah lagi dengan kondisi para Tapol/Napol yang harus segera untuk mendapatkan perawatan medis, maka kami bersama keluarga, berinisiatif untuk mengumpulkan dana di jalan melalui sumbangan sukarela warga masyarakat yang punya hati dan perhatian untuk kemanusiaan.

Saat ini kami SKP HAM Papua dan Keluarga focus pada biaya pengobatan Filep Karma di Rumah Sakit PGI, Cikini Jakarta, dana yang dibutuhkan saat ini 110 juta rupiah, dana yang sudah terkumpul 75 Juta, masih ada sisa yang harus dibutuhkan. Sementara biaya pengobatan untuk Jafray Murib sejak bulan Mei - Juli ditangani oleh Rumah Sakit Pemerintah. Tidak ada perkembangan oleh karena itu kami SKP HAM Papua dan Keluarga mau pengobatan di Rumah Sakit Dian Harapan Waena.  Biaya yang dibutuhkan kurang lebih 70 juta, karena dia mengalami penyakit stroke berat. Tahapan berikutnya Ferdinan Pakage dan Kanius Murib, jadi saat ini kami focus Filep karma dan Jafray Murib.

Untuk menyikapi situasi ini, SKP HAM Papua turun jalan untuk menggalang dana bagi para Tahanan Politik Papua yang sakit. Pertama pada Kamis 19 Juli 2012 bertempat di Lampu merah depan Kantor Pos Abepura dan hari kedua pada 20 Juli bertempat di depan Gedung Kesenian Imbi Jayapura. Hari pertama aksi kami sempat jalan selama 2 jam kemudian dibubarkan secara paksa oleh Wakapolsek Abepura. Kemudian hari kedua tanpa negosiasi aparat Polresta langsung turun di Imbi, kami langsung dipaksa dan diangkat naik ke truk dan dibawa ke Polresta Jayapura.
Kapolresta Jayapura membubarkan paksa tidak berdasarkan hukum, ini tindakan kemanusiaan untuk membantu Tapol Napol yang sakit. Kapolresta sebagai orang Papua tidak paham situasi ril di Papua. Polisi yang melanggar hukum.

Kami yang tergabung dalam Front SKP HAM Papua (Bersatu Untuk Kebenaran (BUK), KontraS Papua, SKPKC Fransiskan Papua, Foker LSM, Jaringan TIKI, Garda- Papua, Parjal, FIM, KPKC KINGMI Papua, Elsam Papua, Mahasiswa dan Pemuda Papua.
Menyatakan Sikap:

  1. Negara harus bertanggung jawab menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM terutama Tahanan Politik di tanah Papua.
  2. Kepolisian Republik Indonesia melalui Kapolda Papua dan Kapolresta Jayapura Stop tindakan represif di Tanah Papua, dan bekerja secara professional, sesuai fungsi Kepolisian.
  3. Menolak Sikap Kapolresta Jayapura membubarkan paksa tidak berdasarkan hukum
  4. Negara harus memberikan jaminan keamanan dan perlindungan terhadap para Pembela HAM di Tanah Papua.

Jayapura, 21 Juli 2012
SKP HAM PAPUA


Peneas Lokbere
Koordinator Umum


 Sumber:

wartapapuabarat.org




Profil : Feri Yohanes Pahabol

Feri Yohanes Pahabol adalah seorang pemain sepak bola Indonesia yang berasal dari Yalimek Angguruk Kabupaten Yahukimo ia termasuk salah satu pemain penyerang terbaik yang dimiliki Tim Gabus Sentani Persidafon Dafonsoro. Ia lahir pada tanggal 01 Juni 1992 di Angguruk Yalimek dan saat ini di termasuk salah satu skuad pada klub Persidafon dan karena pengalaman yang dimilikinya Yohanes kerapkali menjadi seorang penyerang pada klub yang dibelanya Persidafon.

Yohanes Pahabol dipanggil ke tim nasional Indonesia PSSI di bawah komando Djohar Arifin Husin.
Selain itu dalam keluarganya Yohanes Pahabol anak satu-satunya dari Ayahnya Daniel Pahabol dan Ibu Fransina Kabak.
Nama Lengkap : Ferinando Yohanes Pahabol
Tempat Lahir : Angguruk Yalimek
Tanggal Lahir : 01 Juni 1992
Kebangsaan : Indonesia
Posisi : Penyerang
Bermain di Klub : Persidafon
Prestasi yang pernah diperoleh oleh Yohanes Pahabol antara lain:

Karir Junior:
1. Holim Putra di wamena
2. Yali FC
3. Yahukimo FC
4. Persiwa wamena
Karir Senior:
1. Persiwa Wamena
2. Persidafon Sekarang












SBY dan Johar Arifin Berupaya Sembunyikan Papua Man Paradise

Pemerintah masih melarang wartawan asing meliput Papua. Alasannya, keamanan WNA di jaga. Tindakan pelarangan semacam itu merupakan tindakan menyembunyikan Papua dari dunia. Hal yang sama dilakukan PSSI di bawah kepemimpinan Johar Arifin. Setelah merekomendasikan Persipura di coret di LCA, untuk kedua kalinya tiket persipura ke LCA dari AFC di tahan di kantor PSSI. Manajemen Persipura sudah memastikan kalau AFC memberi tiket karena sudah ada putusan sela dari CAS soal Persipura.

Kepengurusan Johar ini bukan saja sekarang ini tidak melanjutkan tiket tersebut ke Papua, surat pertama dari CAS pun mereka hilangkan, sampai keputusan CAS turun baru mereka kocar kacir.

Soal Papua memang empuk sekali bagi penguasa negeri ini. Dari jaman orde baru sampai reformasi ini, kelakukan mereka sama. Mereka takut, kalau Papua terkenal di dunia, kebusukan negara di Papua tak mungkin ada. Soalnya, Papua bagi elit pusat merupakan ladang pengumpulah upah dari bisnis mereka. Suara orang Papua di redam. Di lapangan hijau pun di redam. Kenapa kalian sembunyikan Papua, ada apa?

Suharto dulu pakai stigma GPK, Separatis. SBY sekarang pakai isu keamanan untuk melarang orang ke Papua. Lalu, Johar Arifin pakai alasan statuta untuk meredam klub sepak bola asal Papua. Ada saja yang mereka bikin untuk menipu rakyat Papua, dengan berbagai cara yang canggih. Suharto memang gerakan peredamannya kasar, dia pakai senjata. Sekarang, politik kamuflase itu lebih canggih dan halus. Mereka tebar senyum pesona lalu bilang cinta Papua. Padahal, tindakan mereka justru membunuh Papua.

Lapangan Mandala Jayapura yang merupakan markas Persipura saat ini, adalah bekas perjuangan mantan Pangdam ( waktu itu sebutannya bukan pangdam ), dibangun untuk memperjuangkan talenta-talenta Papua di lapangan hijau. Namun, disatu sisi, begitu muncul kehebatan anak-anak Papua, mereka menari dengan bola bikin orang Papua bangga. Karena bangga terhadap klub menjadi semangat nasionalisme Papua, pemerintah kemudian menganggap mutiara hitam ( jaman suharto ) sebagai musuh. Pemain persipura banyak yang lari hingga ke Belanda sampai sekarang karena terancam.

Susilo Bambang Yudhoyono pun tak kalah menerapkan cara yang sama, ini lebih halus dan busuk. Dia kampanye ke dunia bahwa otsus sudah solusi, tapi mestinya dia sendiri sadar kalau UP4B yang baru dikeluarkan itu akibat dari otsus sudah jalan ke laut. Manis di bibir, itulah SBY. Tarik pasukan, pemerintah tak pakai kekerasan, pendekatan dialog dilakukan. Setelah itu, dia ( presiden ) suruh polisi keluarkan Red Notice untuk Beni Wenda di Inggris, operasi keamanan terus dilakukan di Puncak Jaya, Investasi terus meningkat ke Papua, kekerasan di Freeport belum satu pun pelaku di ungkap.

Tak kalah pentignya menyimak pernyataan dari nahkoda PSSI-Johar. Beliau bilang, PSSI kubunya gembira karena Persipura di loloskan ikut LCA sebagai wakil Indonesia. Lalu sejalan dengan itu, dia mengirim putusan banding sesuai permintaan Arbitrase Olah raga dunia itu. Eh, tau-tau, surat dari AFC ke Persipura via PSSI belum diberikan oleh PSSI ke Persipura. Rencana jahat dari Johar Arifin mengulur waktu agar penyelenggaraan Champion lewat waktu. Politik halus semacam ini, satu fakta bahwa praktik politik dalam sepak bola, hanya ditujukan kepada Papua.

Sampai kapankan tindakan menyembunyikan Papua terus dilakukan?. Saya tidak percaya dengan pernyataan pemimpin negeri ini tentang Papua. Mereka bicara bangun Papua, kami cinta Papua, Pemerintah Indonesia berjuang untuk keadilan Papua. Wah, kata-katanya penuh rayu. Eh, coba lihat apa yang mereka peragakan ke Papua. Terbalik dari apa yang mereka utarakan. SBY dan Johar Arifin hanyalah dua pemimpin yang mengemuka dengan cara mereka. Belum lagi pola-pola semacam ini masih di pakai oleh berbagai pemimpin tentang Papua.
oleh: Oneel Xia Dae Rhi

SIAPA YANG MENYEMBUNYIKAN MASALAH PAPUA

 KONFLIK DI PAPUA DI PELIHARA OLEH KEKUATAN BISNIS MILITER, GERAKAN PAPUA MENJADI TUMBAL UNTUK MELEGALISASI BINGKAI NKRI
Sejarah kekuatan militer di papua sudah terbangun paska pencapolokan papua (terintegrasi) dalam wilyah NKRI. Cakar Militer TNI/ POLRI mengalami memorfosa/ dialektika membangun kekuatan internal dengan membangun kekuatan perang secara teritoRi dengan kekuatan intejen yang maksimal. Masih menjadi ingatan segar di gerakan papua operasi2 khusus dengan berbagai macam sandi menumpaskan tokoh-tokoh karismatik gerakan papua; seperti arnold Ap (mambesak), Thomas Wanggai (Revolusi 14 Bintang), Theiys Elluay (PDP), kelly kwalik (TPN), dll, bahkan yang saat ini menjadi tontonan rakyat secara terbuka pembunuhan kilat dan cepat terhadap Mako Tabuni (KNPB). Dari rangkaian strategi kemanusiaan itu..mempunyai pola kejahatan oleh pasukan militer yang sama yaitu terarah, terstruktur dan sistematis. kita harus mulai ingat bagaimana proses penghancuran gerakan budaya mambesak hingga endingnya kematian Arnold Ap, juga, proses pengahancuran PDP hingga endingnya penculikan dan pembunuhan THeys Eluay dan proses penghancuran KNPB dengan Mako Tabuni sebagai tumbal. Ini merupakan pola/cara yang dilakukan melalui pra kondisi isu hingga strategi membangun atau memilihara koflik. Saat ini begitu banyak pasukan organik mauupun non organik dengan jumlah ratusan ribu di papua, namun mengapa terjadi penembakan misterius di papua, dengan memberikan label OTK (Orang Tak Di kenal)? Pola ini biasa di gunakan di daerak konflik dan cuma bisa di lakukan oleh orang (pasukan militer yang di latih secara khusus), sebut saja konflik poso dan aceh yang menjadi referensi penembakan Misterius. Daerah yang potensi Sumber Daya Alamnya kaya akan menjadi daerah yang tingkat konfliknya tinggi; walaupun konsentrasi militer sangat besar di daerah Papua. Papua yang mempunyai sejarah panjang masuk wilayah NKRI merupakan kompromi dari negara2 yang mempunyai modal cukup besar, misal dengan kepentingan eksploitasi tambang emas, tembaga dan uranium di timika, kompromi tingkat tinggi antar AS dan Indonesia tentang papua selesai. Hal ini menjadi gambaran analisis kita bahwa investasi merupakan penyebab konflik yang di cipta
kan untuk menjadi bisnis Militer para jendral maupun
pangkat rendahan di Papua. Menurut analisa tentang konflik di Aceh dan poso ada beberapa hal menjadi pemicu konflik yang di pelihara antara lain; masalah investasi dan juga korupsi para pejabat dan proses atau moment2 menghadapi pilkada,pilbub, Pilgub dan pilpres yang coba di alihkan opini ke konflik horisontal yang di setting oleh militer baik TNI maupun POLRI (walaupun kepentingan dua institusi ini berbeda-beda)/
. Militer sangat berambisi/berkepentingan untuk memelihara konflik agar bisnis mereka tetap terjaga dan rakyat umum akan semakin yakin dan tergantung kepada mereka (militer) agar rasa aman dan nyaman menjadi bayaran yang mahal.
Para militer (milisi) yang di persiapkan secara matang baik lewat organ-organ pemuda, organ2 agama dan massa rakyat penganguran yang di rekut menjadi satu atau beberapa wadah yang mempunyai karakteristik yang sama..yaitu menciptakan keresahan dalam melegalkan konflik horisontal di masyarakat.
akhir2 ini begitu banyak beredar sms berbau rasis, agais dan sukuis..merupakan strategi yang tepat disaat situasi konflik di papua meningkat. Konflik primodial (Gunung -pante, suku satu mengejek suku lain), papua asli vs papua pendatang,atau papua campuran…merupakan pola dan strategi yang selalu di mainkan oleh Orang Terlatih Khusus (OTK) yang sudah pasti dan jelas di mainkan oleh Militer (TNI/PLRI)
Analisa kritis ini menjadi kajian dan konsep untuk bagaimana membuat merapikan benang yang kusut dan talingkar dengan berbagai persoalan dan konflik sosial.
Gerkan pro demokrasi di Papua ( Pro Merdeka atau pro demokrasi yang seluas-luasnya) akan selalu menjadi tumbal dan setting dengan memeliha segala konflik di internal organisasi, di pelihara dengan menggunakan isu2 kerakyatan kemudian di hancurkan demi legitimasi bisnis mereka ( Militer)
Gerkan Ham yang di perankan oleh NGO/LSM cuma menjadi bumbu-bumbu penyedap untuk mengingatkan kejahatan negara yang tetap terpelihara dan menjadi pengusir asap tetapi tidak akan memadan kan api dan bara kekerasan yang minyaki oleh kepentingan BISNIS MILITER….
(bennygobay),,,,
 
Dapat dibaca juga  di:
netarumtelebe
 
 

Kampus Semakin Homogen, Atmosfir Intelektual Bergeser

Mahasiswa Universitas Indonesia
JAKARTA - Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Robie Kholilurahman menyayangkan terjadinya pergeseran nilai yang terjadi dalam perguruan tinggi. Menurutnya, kampus-kampus saat ini (khususnya negeri) cenderung semakin homogen dan rendah animo di setiap ruang diskusi.

Robie menjelaskan, beberapa tahun lalu masih mudah ditemui mahasiswa dari berbagai daerah di kampus UI. Akan tetapi, dalam kurun dua tahun terakhir suasana heterogen di kampusnya semakin tergerus seiring dengan cap eksklusivitas pada perguruan tinggi negeri (PTN). "Dulu sangat heterogen, tapi menurut kami UI sekarang semakin homogen," kata Robie dalam sebuah diskusi bertajuk "UU Pendidikan Tinggi dan Perlindungan Hak Atas Pendidikan di Indonesia" yang digelar Elsam, di Jakarta, Jumat (27/7/2012) malam.

Dicontohkannya, pada 2010 UI menerima dua mahasiswa baru asal Papua. Dan setelahnya, tidak ada lagi mahasiswa asal Papua yang diterima oleh UI. Menurut Robie, hal itu disebabkan karena proses seleksi masuk UI yang kadung diberi label eksklusif.

Selain melalui pra seleksi dan SNMPTN, pintu masuk ke UI juga diperebutkan melalui jalur mandiri. Di mana kriteria penerimaannya bukan sekadar kemampuan akademik, tetapi juga didukung oleh kemampuan finansial. "Secara akademis atmosfer intelektualnya bergeser. Animo diskusi rendah, dan motivasi mahasiswa kuliah hanya mengharapkan ijazah," katanya.

Editor :
I Made Asdhiana
 
KOMPAS.com
 
 
 
 

BMKG: Warga di Timur Indonesia harus Waspadai Siklon Tropis

Ilustrasi cuaca buruk
Jakarta - Warga yang berada di kawasan timur Indonesia diminta waspada. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sabtu (28/7), merilis ada peningkatan depresi tropis menjadi siklon tropis Saola di Samudera Pasifik timur Filipina.

Saat ini, posisi siklon tropis Saola berada di sekitar 14.5 lintang utara, 126.8 bujur timur atau sekitar 1250 kilometer sebelah utara Tahuna. Diperkirakan, siklon akan menjauh dari wilayah Indonesia. Namun, kekuatannya meningkat menguat dengan pergerakan cenderung ke arah barat laut.

Siklon tropis Saola bisa berdampak pada kawasan timur Indonesia berupa hujan dengan intensitas ringan, sedang dan tinggi di wilayah Kalimantan Timur bagian utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat bagian utara.

Selain itu, gelombang laut dengan tinggi 2 - 3 meter berpeluang terjadi di Laut Banda bagian utara, Perairan Kepulauan Banggai - Kepulauan Sula, Laut Maluku bagian selatan, Perairan Kepulauan Raja Ampat, Perairan Fak Fak di Kaimana, Perairan Yos Sudarso di Merauke.

Gelombang dengan ketinggian 3 - 4 meter berpeluang terjadi di Perairan Kepulauan Sangihe, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Laut Maluku bagian utara. Gelombang dengan ketinggian 4 - 5 meter berpeluang terjadi di Samudera Pasifik utara Halmahera, Perairan Kepulauan Talaud.

Warga diimbau meningkatkan kewaspadaan terkait ancaman dampak siklon tropis itu. Sebab, siklon dapat menimbulkan banjir, longsor dan kecelakaan lalu lintas di perairan laut. Terbukti banjir bandang dan longsor dalam dua minggu terakhir disebabkan oleh hujan berintesitas tinggi pengaruh dari adanya siklon tropis atau depresi di bagian utara Indonesia, seperti banjir dan longsor di Sangihe, Padang, Maluku, Papua, dan Gorontalo.(DOR)


Metrotvnews.com






Festival Budaya Lembah Baliem Promosikan Wisata Wamena

Ilustrasi--Pasar Jibama di
Wamena, Jayawijaya, Papua (sumber: jayawijayakab.go.id)
Penyelenggaraan FBLB 2012 diikuti seluruh masyarakat dari 40 distrik di Jayawijaya.

Festival Budaya Lembah Baliem 2012 diharapkan dapat menjadi wahana promosi sektor pariwisata wilayah Wamena dan sekitarnya di Papua.

Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) M Faried dalam jumpa pers persiapan festival di Jakarta, mengatakan bahwa pihaknya memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2012.


"Kami mendukung publikasi dan promosi agar FBLP diketahui masyarakat luas serta menarik kunjungan wisnus dan wisman ke Wamena," katanya.


Festival yang akan berlangsung di Desa Wosilimo, Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya, Wamena, pada 8 hingga 11 Agustus 2012 itu diharapkannya mampu menjadi sarana promosi wisata Wamena dan Papua secara umum.


"Pendukungan penyelenggaraan FBLB 2012 ini antara lain berupa publikasi dan promosi agar gaung kegiatan event tahunan ini lebih meluas serta menarik kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman) ke Wamena," katanya.


Ia mengatakan, penyelenggaraan FBLB tahun ini diperkirakan akan lebih meriah karena diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dari 40 distrik di Kabupaten Jayawijaya.


Masyarakat dari distrik-distrik itu akan terlibat dalam atraksi budaya seperti perang-perangan, lomba menombak dan memanah, lomba balapan anak babi, lomba permainan musik pikon, serta lomba sikoko dan puradan.


Selain itu semua atraksi budaya khas Suku Dani itu akan menjadi ajang hunting para fotografer yang tergabung dalam komunitas Fotografer.net Hunting Series 2012.


"Dalam kegiatan FBLB 2012 juga digelar lomba dan pameran industri kreatif berupa produk cinderamata khas masyarakat Lembah Baliem seperti membuat tas noken serta pameran pembangunan yang menampilkan potensi ekonomi kreatif masyarakat setempat," katanya.


Faried menambahkan, FBLB kini telah berhasil masuk dalam agenda pariwisata nasional dan dimasukkan dalam buku promosi pariwisata berupa cetakan maupun digital dalam berbagai bahasa. Bahan promosi ini dikirim ke berbagai negara.


"Setiap tahun Festival Lembah Baliem juga dipromosikan di pameran pariwisata di dalam dan luar negeri," kata M. Faried.


Oleh karena itu, kata dia, penyelenggaraan FBLB dari tahun ke tahun dinilainya sangat diminati wisatawan. "Dalam festival tersebut wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat" katanya.


Atraksi langka yang ditawarkan meliputi mengikuti atraksi melempar sege atau melempar tongkat ke sasaran, ikut permainan menggulirkan roda dari anyaman rotan, maupun melempar tombak, dan memanah dengan menggunakan kostum khas berupa koteka sebagai penutup alat kelamin laki-laki atau horim untuk wanita dengan mengenakan rotali atau rok yang terbuat dari tali atau rumput.


Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati makanan khas Papua seperti papeda serta melihat rumah adat Honai.


Penangkapan ibu Kristina Kogoya dan Anaknya Wene Lokpere di Jayapura - Papua

JAYAPURA - Ibu Kristina Kogoya dan anaknya Wene Lokpere berumur 5 tahun telah ditangkap dan diculik oleh Militer dan Polisi Indonesia Spesial  Anti Terorist unit 88 di Jayapura, pada hari Kamis, ( 26/7/ 2012), pukul 08:00 Waktu Papua,  ketika Ibu Kristina dan anaknya sendang mengikuti persidangan Ketua KNPB di Pengadilan Negeri Jayapura - Papua dini hari.
Ibu Kristina berusaha meliput berita persidangan  ketua KNPB Buchtar Tabuni di kota Jayapura dan saat itu juga Militer dan Polisi Indonesia secara paksa dibawah todongan senjata oleh aparat Special Anti Terorist Unit 88 dan Militer Indonesia yang telah dilatih khusus oleh Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Australia telah berhasil menangkap dan menculik seorang ibu dan anaknya.
Dalam persindangan ini semua aktivist tidak diizinkan untuk mengikuti dan meliput persidangan ketua KNPB Buctar Tabuni. Tetapi ibu Kristina Kogoya merasa simpati dan sebagai seorang Ibu Papua yang selama ini turut merasakan penderitaan rakyat Papua. Maka ia memberanikan dirinya untuk hadir dalam persidangan tersebut. Tetapi tidak disangka saat itu juga ibu Kristina dan anaknya telah di tangkap dan diculik oleh militer dan Polisi Indonesia.
Special Anti Terorist unit 88 yang juga telah turut menembak mati Wakil Ketua Mako Tabuni pada bulan Juni (14/6/2012) bulan lalu di Perumnas 3 Waena ketika saat keluar dari rumahnya. Pasukan ini juga telah berhasil menculik Desi Kogoya seorang putri berumur 8 tahun dan sampai saat ini Desi Kogoya hilang dan tidak pernah dipulangkan kembali ke pihak keluargannya oleh aparat special  anti terorist unit 88 Indonesia.
Pihak ini dilatih khusus untuk menangkap, menculik, membunuh, menteror seluruh orang Papua agar jangan menyuarakan aspirasi Papua Merdeka atau referendum yang selama ini dikampanyekan oleh seluruh rakyat Papua dibawah organisasi KNPB sebagai media nasional rakyat Papua ditingkat Nasional dan Internasional.
Karena ketakutan, jika isu Papua Merdeka dan persidangan Ketua KNPB Buctar Tabuni jangan sampai diliputi oleh rakyat Papua, dan rakyat didunia Internasional maka, mereka telah menangkap dan menculik Ibu Kristina Kogoya dan anaknya Wene Lokpere.
kami menyampaikan kepada  teman-teman diseluruh dunia baik didalam negeri maupun diluar negeri untuk menyebar luaskan berita ini, atas penangkapan dan penculikan seorang ibu dan anaknya yang sedang berumur 5 tahun tanpa alasan yang tidak jelas.
Sampai hari ini, Militer dan Polisi Indonesia masih dan sedang melakukan operasi besaran-besaran untuk menangkap dan menembak mati seluruh aktivist KNPB, aktivis HAM, dan seluruh orang Papua. Situasi rakyat Papua dalam keadaan yang sangat bahaya dari kebrutalan Militer dan Polisi Indonesia diseluruh tanah Papua.
Menurut informasi yang kami terima dari lapangan bahwa, ibu dan anaknya diinformasikan akan dibebaskan pada siang hari ini, tetapi kenyataannya Militer dan Polisi Indonesia telah melakukan penipuan terhadap pihak keluaraga ibu Kristina dan anaknya.
Sampai berita ini diturunkan belum ada informasi yang jelas dan mereka telah kehilangan jejak, bahkan telepon gengam miliknya tidak berfungsi lagi.
Kami memohon kepada teman-teman semua untuk mempertanyaakan Militer dan Kepolisian Indonesia di Papua atas penangkapan dan penculikan ibu Kristina Kogoya dan anaknya Wene Lokpere yang masih berusia 5 tahun.

 Sumber:

wartapapuabarat.org

Written by SMP News - Jayapura   
Friday, 27 July 2012 10:32                 



Dermaga Pelabuhan Merauke Rusak Lagi

Ilustrasi: Papua.
MERAUKE - Kondisi pasang surut yang ekstrem di sungai Maro, Merauke, kembali menjadi penyebab tidak langsung kerusakan dermaga Pelabuhan Merauke, Papua.

General Manajer PT Pelindo IV (perseor) Cabang Merauke, Iwan Syarifudin, di Merauke, Jumat (27/7/2012), menuturkan kronologi rusaknya bolder dan dolphin dermaga Pelabuhan Merauke.

Iwan menuturkan, peristiwa terjadi Rabu lalu sekitar 15.40 WIT. Saat itu arus sungai Maro cukup kuat, akibat terpengaruh pasang laut Arafuru.

Arus kuat tersebut mengakibatkan kapal Armada Senada yang tengah tambat di dermaga bara, mengalami putus tali pengikat. " Kapal hanyut terseret arus dan menabrak buritan kiri KRI Banjarmasin (yang sedang sandar di dermaga)," ujar iwan.

Akibat hentakan kapal Armada Senada, salah satu tali pengikat KRI Banjarmasin juga ikut putus dan mengakibatkan bolder (tempat pengait tali di dermaga) patah.

Sundulan itu, ujar Iwan, membuat haluan KRI Banjarmasin menabrak dolph in (bangunan dermaga untuk mengikat tali kapal). " Ini memang murni musibah karena faktor alam,? katanya.

Menurut Iwan, akibat peristiwa yang mengakibatkan patahnya bolder dan rusaknya dolphin, ditaksir kerugian fisik mencapai Rp 2 miliar.

Iwan mengatakan, kejadian seperti ini merupakan yang ketiga pada tahun ini akibat kuatnya arus pasang Sungai Maro. " Kondisi alam di sini cukup akstrem karena perbedaan pasang surut hingga mencapai 5-6 meter ", ujarnya.

Hingga Jumat ini, KRI Banjarmasin yang mengangkut pasukan satuan tugas pengamanan perbatasan masih tampak sandar di Pelabuhan Merauke.

 
Editor :
Agus Mulyadi
KOMPAS.com

Tak Setuju, Limbong Tarik Tibo ke Indonesia

Titus Bonai ()
Bergabungnya Titus Bonai ke klub Thai Premier League, BEC Tero Sasana nyatanya tak mendapat persetujuan dari Penanggung Jawab Timnas, Bernhard Limbong. Penyebabnya, Tibo sapaan akrab Titus Bonai tak melewati mekanisme transfer yang jelas.
"Masalah transfer apalagi ke luar negeri tentunya harus melewati aturan," kata Limbong saat jumpa pers di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Jumat (27/7).

"Sebelum pindah Tibo sebenarnya harus punya surat pernyataan dari Persipura. Surat itu menjadi penting agar PSSI bisa mengurus surat International Transfer Certificate (ITC). ITC sendiri sangat penting apabila pemain mau bermain di luar," jelas Jenderal Bintang Satu itu.

Dengan begitu, Limbong mengungkapkan bahwa kepindahan Tibo ke klub berjuluk The Fire Dragons itu adalah ilegal. Berbekal penilaian itu, Limbong menegaskan bahwa dirinya sudah memanggil pemain bersangkutan kembali ke Indonesia.

"Tibo sudah di sini. Saya sudah menerangkan, kalau ingin pindah ia harus punya surat-surat yang meliputi ITC. Jadi, saya meminta ia untuk mengurus surat-surat itu dulu jika mau pindah," jelas Limbong.


 BOLANEWS





Penuh Kayu, Warga Khawatir Bendungan Kali Bumi Jebol

HUJAN lebat mengguyur Kabupaten Nabire, Papua, belakangan ini membuat warga di lokasi Bendungan Kali Bumi, resah. Warga Satuan Pemukinan 1 (SP1), SP2, SP3,  SPC, dan Waroki khawatir bendungan jebol. Bendungan dipenuhi sampah kayu-kayu besar dan kecil. Maryanto, warga transmigrasi di Kali Bumi mengatakan, takut bendungan jebol dan terjadi banjir seperti di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Kala itu, menewaskan puluhan jiwa.

Bendungan Kali Bumi dibangun Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dengan dana APBN melalui Dinas Pekerjaan Umum Papua tahun 1996 dengan biaya Rp138,36 miliar. Tujuannya, mengairi lahan pertanian 6.400 hektare, dari jaringan Kalibumi kanan 4.400 hektare dan jaringan Kalibumi Kiri 2.000 hektare.  Dengan target produksi padi minimal empat ton per hektare untuk dua kali panen. Namun, sarana ini baru bermanfaat bagi 1.500 hektare.

Isak Tekege, warga Nabire mengatakan, selesai dibangun, bendungan menjadi tempat rekreasi bagi warga. “Dulu tempat rekreasi. Sekarang sampah banyak dan kayu-kayu besar banyak hingga orang takut datang. Kayu-kayu besar ini bisa membuat bendungan ini jebol,” katanya, Senin(23/7/12).  Tekege menunjuk ke arah hamparan kayu di danau besar itu.
Bendungan banyak sampah kayu hingga khawatir jebol kala hujan deras turun. Foto: Yermias Degei

“Untuk wisata mulai kurang. Tapi, orang yang memancing ikan banyak datang. Banyak yang mancing sampai malam. Mereka malas tahu hujan. Soalnya, di sini banyak ikan mas. Ae, ikan besar-besar sampe. Kalau tiba-tiba hujan saya pilih pulang. Soalnya, sering banjir tiba-tiba.”

Bendungan ini, dari jauh tampak menyerupai lapangan besar tanpa rumput.  Dari dekat terlihat tumpukan sampah kayu dan kayu-kayu besar menyerupai logpond yang membentuk lapangan besar ke arah hilir sungai. Danau akibat sumbatan itu terus membesar, tanah terkikis melebar. Kayu-kayu di pinggir sungai mengering. Danau menjadi begitu besar. Terlihat menakutkan.

Pada 2009, dikabarkan tim pelaksana pembangunan Bendungan Kali Bumi di Jayapura, sudah membersihkan. “Dulu ada yang datang dari Provinsi tetapi mereka hanya babat rumput jalan menuju ke bendungan dan tidak bekerja serius. Kayu-kayu tidak diangkat. Kerja asal-asalan. Padahal, bendungan ini dibuat untuk menghidupi masyarakat SP. Kini justru berbalik, mengancam,” kata Yulianus Magai, mahasiswa Akademi Keperawatan Nabire.

Yulianus mengatakan, mata air Kali Bumi ada di sekitar Topo. Topo adalah wilayah tambang emas rakyat. Warga biasa mendulang di hilir Kali Bumi.  Air bendungan tampak keruh karena tanah merah juga aktivitas pendulangan emas. Pendulangan emas sering menyebabkan banjir dan longsor.
Dari pantauan, tampak ezcavator di parkir untuk mengeruk lumpur hitam yang menggenangi waduk.  Bupati Nabire, Isaias Douw mengatakan, khawatir dengan bendungan itu. Dia telah mengunjungi beberapa kali. “Saya khawatir bendungan itu jebol. Saya tahu itu proyek Pusat melalui Provinsi dan ada dana perawatan.” Dia sudah meminta beberapa instansi survei aktivitas penebangan kayu dan pendulangan emas di hilir sungai ini.
Kayu berserakan menghalangi arus air. Foto: Yermias Degei




Oleh Yermias Degei

mongabay.co.id
 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger