Call for NZ to offer asylum to Papuans deported by Australia
Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 02:01:00
with No comments
Label:
International,
Pasific Focus
Negara Vanuatu Minta PBB Invesitigasi Pelanggaran HAM di Papua
Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 01:51:00
with No comments
PAPUAN, Manokwari — Perdana Menteri Vanuatu, Moana
Karkas Kalosil, pada 28 Agustus 2013 lalu telah menyerukan agar Majelis
Umum Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) segera mengirimkan Wakil Khusus untuk menyelidiki dugaan
pelanggaran hak asasi manusia di Tanah Papua (Propinsi Papua dan Papua
Barat), termasuk soal status politik.
Di depan podium Debat Umum Majelis Umum PBB tersebut Kalosil berkata, “Bahkan karena act of free choice (PEPERA, Red) yang kontroversial, rakyat Papua Barat hingga hari ini selalu ditolak untuk diakui secara sosial oleh PBB.”
Menurut
Kalosil hal ini disebabkan karena PBB telah secara konsisten membantah
pengakuan untuk Papua Barat (West Papua) selama ini, bahkan dia meminta
agar negara-negara anggota PBB untuk tidak terlalu kuatir dengan
kesalahan sejarah yang menghasilkan act of free choice pada rakyat Papua Barat.
Menurutnya
sekaranglah saatnya untuk memperbaiki kesalahan tersebut, karena dengan
memperbaiki kesalahan, maka solidaritas PBB akan semakin kuat.
Menurut
Direktur Eksekutif LP3BH, Yan CH
Warinussy, pernyataan dan penegasan PM Vanuatui tersebut telah menjadi
sebuah langkah penting dalam konteks penegakan hukum dan keadilan serta
perlindungan terhadap hak asasi manusia di Tanah Papua yang terus
memburuk sejak tahun 1969 hingga kini.
“Saya kira berbagai
bentuk tindakan brutal dan melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia
yang berlaku universal sudah terjadi secara sistematis dan struktural
oleh negara atas rakyat Papua selama ini, sehingga saya sebagai Pembela
HAM sangat sependapat, apabila PBB bisa memainkan peran aktifnya dalam
menghentikan itu semua di Bumi Cenderawasih tercinta ini,” ujar
Warinussy.
Sebagai salah satu Peraih Penghargaan Internasional
di Bidang HAM, “Saya ingin mendesak PBB juga untuk sudah saatnya mau
melihat posisi dan kedudukan hukum dari rakyat Papua sebagai salah satu
komunitas manusia adat sebagaimana diatur di dalam Deklarasi
Internasional tentang masyarakat adat dan bangsa pribumi di
negara-negara merdeka.”
“Dimana rakyat Papua sebagai umat
manusia di dunia juga merupakan sebuah komunitas yang berasal dari
rumpun Ras Melanesia yang patut dilindungi, karena tanah kelahirannya
memiliki sumber daya alam yang kaya dan bisa dimanfaatkan secara baik,
adil dan berkesinambungan bagi masa depan mereka dan dunia internasional
umumnya,” ujarnya.
Soal status politik Papua adalah implikasi
politik dari tinjauan kembali atas status dan hasil serta akibat dari
penyelenggaraan tindakan pilihan bebas (act of free choice) yang tentu memerlukan kajian berdasarkan standar dan mekanisme PBB sendiri.
“Tetapi soal pelanggaran HAM yang
terus berlangsung dari waktu ke waktu di Tanah Papua oleh pemerintahan
yang berkuasa saat ini adalah merupakan hal yang tidak bisa ditoleransi
dengan alasan apapun dan mesti dihentikan segera,” ujar pengacara
senior di tanah Papua
ini.
OKTOVIANUS POGAU/Suarapapua.com
Label:
Pasific Focus,
PBB,
WP
DPR Papua Minta Jatah Penerimaan CPNS Di Papua Menjadi 1000 Orang
Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 01:47:00
with No comments
Kuota penerimaan CPNS 2013 dilingkungan
Pemerintah Provinsi Papua sekitar 230 orang, Jumlah tersebut dianggap
sangat sedikit dan tidak akan mampu mengakomodir sebagian dari pelamar
yang cukup membludak khususnya orang Asli Papua. Menyikapinya, DPR Papua
menyurati Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, meminta kenaikan
kuota menjadi 1000 orang.
“DPRP sudah menyurati secara resmi
Menpan beberapa hari lalu, untuk meminta penambahan kuota penerimaan
CPNS di Pemerintah Provinsi Papua, karena jumlah yang diberikan tahun
ini sangat minim dan jauh dari harapan masyarakat Papua khususnya bagi
yang memiliki kesempatan melamar CPNS,’’ tandas Wakil Ketua DPR Papua
Yunus Wonda, Kamis 3 Oktober usai menggelar rapat Banmus
Menurut Yunus Wonda, masyarakat Papua
sangat bersyukur dengan dibukanya lowongan kerja CPNS, namun kuota yang
sangat sedikit yakni hanya sekitar 230 orang. ‘’Kita bangga dan
bersyukur, pemerintah membuka lapangan kerja CPNS, tapi hanya 200an itu
sangat kecil, tidak akan bisa mengakomidir secara signifikan jumlah
pelamar,’’tegasnya.
Jumlah yang sangat kecil itu,
lanjutnya, hanya akan mampu mengakomodir para honore yang sudah
terdaftar dalam data base, sedangkan pelamar umum, sama sekali tidak
akan tertampung. ‘’Jumlah honorer saja sudah ratusan orang, lalu
bagaimana dengan pelamar umum, kan mereka juga harus diberi
kesempatan,’’tukasnya.
Pemerintah pusat, kata dia, mestinya
lebih akomodatif dalam membuka lowongan penerimaan CPNS di Papua, dengan
memberikan kesempatan kepada orang asli Papua dengan kuota penerimaan
yang besar. ‘’Pemerintah harus serius melihat persoalan Papua, jangan
sampai nanti Papua menjadi gudangnya para pengangguran, apalagi lulusan
perguruan tinggi di Papua seperti Uncen, setiap tahun bisa mencapai
ribuan orang,’’ketusnya.
Memang, sambung Yunus Wonda, pemerintah
juga membuka lowongan penerimaan CPNS di tingkat kabupaten/kota, namun
untuk tingkat provinsi kuota yang diberikan saat ini sangat kecil,
sehingga kurang aspiratif. ‘’Sekali lagi saya katakan, jumlah itu sangat
minim, jadi kami berharap pemerintah pusat merealisasikan permintaan
kami yakni menjadi 1000 orang,’’tegasnya.
Politis Partai Demokrat itu mengatakan,
pihaknya masih menunggu jawaban dari Menpan terkait permintaan
penambahaan kuota menjadi 1000 orang. ‘’Sekarang ini kan sudah masuk
tahap pendaftaran, sehingga Kemen PAN diharapkan segera merealisasikan
permintaan masyarakat Papua tersebut,’’imbuhnya.
Sementara itu puluhan pegawai honorer
Dinas tenaga Kerja Provinsi Papua mendatangi DPRP guna meminta kejelasan
nasib mereka. Pasalnya, mereka belum masuk dalam data base untuk ikut
seleksi penerimaan CPNS. Hal itu diungkapkan Anggota Komisi B DPRP
Thomas Sandigau.
“Puluhan pegawai honorer Disnaker
Provinsi itu datang mengadukan nasib mereka yang hingga kini belum
jelas. Mereka meminta DPRP mendatangi Disnaker guna menanyakan, kenapa
mereka tidak diikutkan dalam seleksi CPNS,’’ungkap Thomas.
Lanjut Thomas, dari pertemuan itu, para
honorer Disnaker menyatakan keinginan mereka untuk ikut tes seleksi
penerimaan CPNS. ”Mereka yang ingin ikut tes, karena ada yang sudah
mengabdi sejak 2003 lalu, tapi hingga kini belum
diangkat-angkat,’’pungkasnya.
Thomas mengakui, banyak tenaga honorer
yang sudah lama mengabdi dilingkungan pemerintah, baik provinsi maupun
kabupaten/kota, tapi hingga kini tidak pernah jelas nasibnya. ‘’Wajar
saja mereka mempertanyakan nasibnya, sudah lama mengabdi tapi statusnya
belum jelas,’’tandasnya.
Pemerintah seyogyanya memperhatikan
nasib para tenaga honorer ini, dengan memberikan mereka kesempatan untuk
mengikuti tes seleksi CPNS. “Kami akan panggil Disnaker guna
mempertanyakan nasib puluhan CPNS ini, terutama kenapa mereka tidak
diikutkan menjadi peserta tes seleksi CPNS,’’imbuhnya.
Bahkan, tambahnya, dalam 1 atau 2 hari
kedepan, DPRP akan mengadakan pertemuan dengan Disnaker.
‘’DPRP akan
panggil Disnaker untuk rapat dengar pendapat mengenai nasib mereka, jika
memang kuota penerimaan yang terbatas, DPRP akan berupaya
memperjuangkannya ke pemerintah pusat, agar mereka bisa
diakomodir,’’tandasnya.
(Sumber : BintangPapua)
Label:
Papua
Potret Pendidikan Pedalaman Papua Barat yang Tak 'Seindah' Alamnya
Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 01:40:00
with No comments
Mengunjungi kampung kampung di Pedalaman papua |
Pendidikan bermutu semakin jauh dari kelompok miskin, situasi inilah sedang dialami oleh warga pedalaman Papua Barat. Mereka masih sulit mengakses pendidikan.
Sejak pendidikan menjadi komoditi yang diperdagangkan dan lembaga pendidikan beralih fungsi dari lembaga sosial menjadi lembaga komersial, pendidikan yang bermutu semakin jauh dari jangkauan kelompok miskin. Kian mahalnya biaya pendidikan membuat keluarga miskin seringkali harus menyerah meski anak-anak mereka berprestasi.
Bahkan sekadar bermimpi dapat menyekolahkan anak hanya setingkat SMA saja mereka tak berani lagi. Anak-anak pun mereka paksa untuk menanggalkan mimpi sejak dini.
Ketika saya mengunjungi kampung-kampung di Kabupaten Maybrat, Propinsi Papua Barat, menyaksikan sendiri bagaimana kondisi sekolah dasar di sana. Tampak, pemandangan dari kondisi sekolah SD di sana adalah fenomena bahwa sekolah mereka ditelantarkan.
Memang di negeri ini tengah berlangsung proses kemiskinan yang jauh lebih buruk dari yang kita bayangkan. Dulu meskipun miskin, orang tua dan anak-anak dari keluarga miskin masih berani bermimpi. Sebab dulu masih terbuka peluang bagi anak-anak keluarga miskin untuk mewujudkan mimpinya.
Tidak heran kalau dulu banyak anak dari keluarga miskin berhasil meraih pendidikan tinggi. Tapi sekarang sekadar bermimpi bisa menyekolahkan anak sampai SMA saja mereka sudah tidak berani. Realitas di sekeliling mereka mengajarkan anak-anak miskin yang nekat menerobos masuk ke jenjang SMA berakhir dengan putus sekolah.
Kabupaten Maybrat terletak di bagian selatan Kota Sorong, butuh waktu 5-10 jam perjalanan ke wilayah ini. Kabupaten Maybrat merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong Selatan. Fasilitas publik sangat terbatas seperti transportasi, listrik, fasilitas kesehatan juga pendidikan. Bahkan di beberapa tempat tidak tersedia signal handphone.
Ironisnya Kabupaten Maybrat memiliki kekayaan alam yang luar biasa namun kekayaan alam itu dikuasai korporasi. Warga lokal tetap hidup miskin dan menjadi penonton proses pengerukan kekayaan alamnya.
Terbukti ketika saya mengunjunggi beberapa sekolah di beberapa kampung mendapatkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Berikut adalah sedikit gambaran tentang kondisi sekolah dasar di Kabupaten Maybrat.
SD di Kampung Seiya
Sekolah dasar di kampung ini sudah berjalan sejak 1952, bersamaan dengan berdirinya kampung Seiya. SD yang dibangun oleh Belanda ini biaya operasionalnya dulu juga disubsidi oleh Belanda.
Sekolah ini menjadi satu-satunya sekolah dasar bagi lebih dari 134 KK dan 459 warga kampung Seiya. Warga di kampung ini mengaku, SD di kampung mereka sudah mencetak banyak lulusan yang menjadi sarjana.
Sayangnya kualitas pendidikan di SD ini semakin lama semakin merosot, justru setelah berada dalam pengelolaan pemerintah RI. Sejak 2001 proses belajar mengajar di sekolah ini tersendat.
Bahkan dari tahun 2005 sampai 2010 proses belajar mengajar praktis terhenti karena tidak ada guru. Hanya ada kepala sekolah yang merangkap sebagai guru. Guru yang hanya satu ini pun sudah lama tidak hadir. Proses belajar mengajar macet dan siswanya terlantar.
Sekitar 30 anak yang tengah menempuh pendidikan di SD itu akhirnya putus sekolah. Hanya ada 3 anak di kelas 6 yang masih terus bersekolah karena orang tua memindahkan mereka ke SD di kampung lain. Kondisi ini membuat kepala kampung mendatangi bupati, dinas pendidikan dan uskup (kepala gereja setempat).
Pada tahun 2010, proses belajar mengajar di SD ini mulai berjalan kembali setelah seorang pastur (rohaniwan Katolik) sukarela menjadi kepala sekolah. Lalu mengajar di sekolah itu bersama seorang guru honorer. Namun gaji guru honorer ini pun tersendat.
6 bulan berturut-turut guru honorer mengajar tanpa gaji. Demi menjaga keberlangsungan proses belajar mengajar, masyarakat akhirnya bergotong royong mengumpulkan uang untuk membayar gaji guru honorer.
Selain ketiadaan guru, masalah lain yang dihadapi sekolah ini adalah ruang kelas dan buku. Rombongan belajarnya ada 6. Tetapi ruang kelasnya hanya ada 3. Jadi satu kelas dipakai untuk 2 rombongan belajar. Kantor guru pun tidak ada. Selain itu juga tidak ada buku paket untuk siswa. Bahkan buku pegangan untuk guru pun tidak ada.
Kampung Seiya sendiri adalah kampung terjauh di Distrik Mare, berjarak 30 Km dari Kampung Sire. Jarak tempuh yang jauh dan minimnya sarana prasarana sekolah, serta minimnya fasilitas untuk guru, membuat guru tidak betah mengajar di kampung ini.
Ini yang membuat proses belajar mengajar di SD Seiya berjalan seadanya. Para orang tua di kampung ini merasa jadi korban pemerintah yang kurang memberikan perhatian terhadap pendidikan dasar. Ada orang tua yang mengaku anaknya baru bisa masuk SMP setelah berumur 15 tahun.
Ketiadaan guru dan tersendatnya proses belajar mengajar membuat anaknya terlambat masuk SD. Setelah lulus SMP anaknya memutuskan untuk tidak melanjutkan ke SMA. Ia malu karena umurnya sudah lewat.
SD di Kampung Sun
Tahun 1999-2000 Kampung Sun mulai berdiri dan sejak saat itu pula berdiri sekolah dasar darurat yang dibuat warga dari bilik bambu. Meski sudah dibangun sejak tahun 2000, namun proses belajar mengajar baru berjalan tahun 2001.
Waktu itu hanya ada satu guru yang mengajar. Tapi kemudian guru ini dipindahkan. Tahun 2002-2008 pendidikan berjalan tersendat. Pada akhirnya berhenti karena tidak ada guru. Masyarakat kemudian pergi ke Sorong Selatan menghadap dinas pendidikan. Mereka bicara soal pendidikan di kampung mereka.
Pada tahun 2007 masyarakat berswadaya untuk membangun ruang kelas, mengganti bilik bambu menjadi bangunan permanen. Tahun 2008 bangunan sekolah berhasil diselesaikan. Setelah ruang kelas berdiri, masyarakat menghadap dinas pendidikan agar sekolah mereka diberi tenaga guru. Tahun 2009 ada tenaga guru yang ditempatkan di kampung ini.
Sebelum ada tenaga guru tetap, siswa di SD ini diajar oleh seorang warga kampung yang secara sukarela mengajar anak-anak. Tenaga sukarela ini mengajar dari tahun 2007-2009. Tahun 2009 guru sukarela ini berhenti mengajar karena diangkat PNS dan ditempatkan di kecamatan lain.
SD di kampung ini sebelumnya hanya menyelenggarakan pendidikan sampai kelas 3. Untuk melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi mereka harus pergi ke SD induk yang yang ada di ibukota Distrik. Namun sejak 2008-2009, SD ini mulai menyelenggarakan pendidikan untuk siswa kelas 4 dan 5. Kelas 6 baru dibuka pada tahun 2010.
Sekarang ada 2 guru di SD ini. Satu guru merangkap sebagai kepala sekolah. Meski sudah ada 2 guru tetap, tetapi proses belajar mengajar belum juga berjalan lancar.
Kehadiran guru masih menjadi masalah. Warga mengaku, dalam satu tahun hanya 3-4 bulan saja guru hadir mengajar. Selebihnya, guru pergi ke kota dan meninggalkan sekolah, entah untuk urusan dinas atau urusan keluarga.
Selain kehadiran guru, buku juga jadi masalah. Buku paket untuk murid dan buku pegangan untuk guru sangat tidak memadai. Baik dari segi kurikulum, keutuhan kondisi buku maupun jumlahnya. Meski guru sering tidak hadir dan buku tidak cukup tersedia, anehnya saat ujian nasional siswa di SD ini lulus 100 persen.
Padahal anak-anak menghadapi ujian nasional tanpa persiapan belajar karena guru tidak ada dan buku juga tidak ada. Guru baru datang beberapa hari menjelang pelaksanaan ujian. Masyarakat dibuat tidak mengerti dengan kelulusan yang 100 persen ini.
Rendahnya kualitas pendidikan dasar di sini membuat anak-anak dari Kampung Sun yang melanjutkan SMP di Kota Sorong. seringkali merasa minder karena pelajaran mereka tertinggal jauh dari anak-anak kota. Rasa minder ini seringkali juga membuat anak-anak dari kampung ini memutuskan untuk meninggalkan sekolah.
Mereka merasa kesulitan untuk mengejar pelajaran yang tertinggal dengan siswa yang bersekolah di kota. Kondisi ini sangat disayangkan mengingat anak-anak kampung itu sebenarnya pintar. Tapi karena proses belajar mengajar di SD tidak lancar, akhirnya mereka yang jadi korban.
SD di Kampung Mosun
SD di kampung ini kondisinya lebih baik daripada SD di 2 kampung tadi. Ada 4 tenaga guru yang mengajar di sana, terdiri dari kepala sekolah, 2 guru tetap dan satu guru honorer. Kepala sekolah dan guru semuanya asli anak kampung setempat. Ruang kelas juga ada 6, jadi setiap rombongan belajar menempati satu ruang kelas.
Meski sudah ada 4 tenaga guru, tapi tetap saja guru dirasa kurang. Kepala sekolah sendiri mengajar 3 kelas, kelas 1,2 dan 3. Itulah mengapa ruangan di kelas 1,2 dan 3 dibuat tanpa sekat. Dengan cara demikian, guru bisa dengan mudah mengawasi dan pergi dari satu kelas ke kelas yang lain.
Berbeda dengan 2 SD yang terdahulu, kepala sekolah di SD ini lebih punya komitmen dan dedikasi terhadap pendidikan. Ini yang membuat kepala sekolah mengambil tanggung jawab untuk mengajar kelas 1,2 dan 3 yang menurutnya lebih butuh perhatian. Dengan mengambil 3 kelas pertama, kepala sekolah di SD ini punya target. Siswa yang duduk di kelas 4 sudah lancar membaca.
Meskipun jumlah guru relatif mencukupi dibandingkan SD di 2 kampung lainnya. Bukan berarti tidak ada lagi masalah di SD ini. Seperti 2 SD sebelumnya, SD di sini juga menghadapi kendala ketiadaan buku paket untuk para siswa. Sebenarnya ada dana BOS yang bisa dipakai untuk beli buku.
Namun pada kenyataannya dana BOS tidak mencukupi untuk beli buku. Pemberian dana BOS itu sendiri tidak memperhitungkan besarnya transportasi untuk pembelian perlengkapan belajar mengajar. Padahal membeli perlengkapan itu harus ke kota dan biaya transportasi mahal sekali. Sekali jalan Rp 350.000.
Guru SD tidak mendapatkan fasilitas transportasi yang memudahkannya dalam menjalankan tugas. Sementara dalam dana BOS juga tidak ada komponen untuk membiayai transportasi guru untuk keperluan dinas. Jadi kalau ada keperluan dinas di kabupaten, guru harus membiayai sendiri transportasinya.
Sebelum ada dana BOS, kepala sekolah, guru dan masyarakat di kampung ini bergotong royong membayar guru honorer. Bahkan kepala sekolah dan guru di SD ini secara sukarela menyerahkan gajinya Rp 50.000–Rp 100.000 setiap bulan untuk membayar gaji guru honorer.
Padahal gaji kepala sekolah hanya Rp 2 juta dan setelah dipotong macam-macam. Setiap bulan gajinya tinggal tersisa Rp 1 juta untuk membiayai hidup keluarganya. Tingkat kesejahteraan guru SD sangat rendah.
Selain gaji yang tidak mencukupi, sudah 11 bulan lebih guru belum terima jatah beras, uang lauk pauk dan insentif. Tidak heran kalau guru juga harus berkebun dan mencari tambahan penghasilan guna menutupi kekurangan. Fasilitas untuk tempat tinggal guru juga tidak ada. Para guru masih numpang tinggal pada warga.
SD di Kampung Konja
Sekolah Dasar di kampung ini sudah berjalan sejak tahun 1961. Hanya saja SD ini baru menyelenggarakan pendidikan untuk kelas 5 dan 6 tahun tahun 2005/2006. Sebelumnya hanya ada kelas 1 sampai kelas 4 karena sekolah ini statusnya masih SD basis, yang menyelenggarakan pendidikan hanya sampai kelas 4. Untuk melanjutkan ke kelas 5 dan 6 murid SD ini harus pergi ke SD induk yang ada di Ayawasi.
Sejauh ini proses belajar mengajar berjalan lancar karena tenaga guru lebih banyak daripada di SD lainnya. Ada 6 guru, termasuk kepala sekolah yang berstatus PNS. Selain guru tetap, ada juga guru relawan yang mengajar tanpa dibayar.
Bahkan di sini ada guru relawan yang sudah 10 tahun mengajar. Guru yang mengajar di SD ini adalah juga warga kampung setempat. Karena itulah sekolah di sini tidak punya masalah dengan mangkirnya guru. Sebab para guru yang mengajar di sekolah ini punya komitmen dan dedikasi tinggi terhadap pendidikan di kampung mereka. Mereka punya prinsip, mengajar di sekolah kampung seperti membangun kampung sendiri.
Terkait dengan tenaga guru, masalah yang dihadapi SD di kampung ini bukanlah ketiadaan atau ketidakhadiran guru. Tetapi usia para guru yang sudah mendekati pensiun. Padahal sampai sekarang belum ada tenaga guru muda yang diharapkan dapat menggantikan mereka.
Selain itu, fasilitas bagi para guru juga minim. Para guru belum punya rumah. Mereka masih tinggal menumpang di rumah-rumah warga. Kesejahteraan guru sangat rendah, sehingga guru terpaksa harus berkebun untuk dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.
Sama seperti di SD lainnya, listrik tidak ada. Demikian juga dengan buku-buku yang menunjang kelancaran belajar mengajar. Buku paket yang ada sudah kadaluwarsa, tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum sudah beberapa kali berubah, sementara buku pegangan guru dan buku paket untuk murid dari dulu belum juga diganti.
Relatif lancarnya proses belajar mengajar di sini tidak terlepas dari peran masyarakat yang aktif mendukung kelancaran proses belajar mengajar. Dukungan masyarakat terhadap pendidikan dasar diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti swadaya menambah ruang kelas, pengadaan mebel (kursi dan bangku), pengadaan buku pelajaran untuk siswa.
Kalau tidak ada dukungan dari masyarakat, bisa jadi proses belajar mengajar juga akan tersendat seperti yang terjadi pada SD di kampung lain. Mengingat dana BOS tidak mencukupi untuk membiayai operasional sekolah.
Bayangkan saja pada tahun 2008 pemerintah memberikan bangku sekolah untuk SD di sini tanpa dilengkapi dengan kursi. Anak-anak pergi ke sekolah dengan membawa kursi sendiri. Kondisi ini membuat masyarakat bergotong royong membeli kursi untuk sekolah.
Demikian juga dengan buku. Dengan dana BOS, sekolah hanya bisa membeli dua buku. Buku lainnya dibeli dari dana yang dikumpulkan oleh masyarakat. Bahkan pelaksanaan ujian nasional dan ujian sekolah pun dibiayai oleh masyarakat. Untuk mendapatkan dana bagi sekolah di kampung mereka, masyarakat memutuskan untuk membuat lelang hasil buruan. Menarik sumbangan sukarela dari warga masyarakat yang bukan orang tua murid dan menarik sumbangan wajib dari para orang tua murid.
Meski hanya sedikit yang saya paparkan, namun yang sedikit ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi sekolah dasar di pedalaman Papua. Sebab meskipun ragam masalah yang dihadapi sekolah-sekolah di pedalaman Papua berbeda-beda, namun perbedaan itu punya akar yang sama. Yaitu miskinnya komitmen pemerintah terhadap kualitas pendidikan dasar di pedalaman. Semangat anak-anak untuk belajar dan animo masyarakat terhadap pendidikan seperti bertepuk sebelah tangan.
Kita tidak bisa menutup mata terhadap kondisi pendidikan dasar bagi anak-anak di daerah pedalaman. Anak-anak di pedalaman itu butuh dukungan dan solidaritas kita. Kita bisa berbuat sesuatu bagi mereka. Kami sendiri juga tidak akan menutup mata. Kami tengah berupaya melakukan sesuatu untuk mereka.
Sumber: http://travel.detik.com/read/2013/10/05/101400/2084547/1025/potret-pendidikan-pedalaman-papua-barat-yang-tak-seindah-alamnya?991104topnews
Aksi KNPB BIAK - WEST PAPUA
Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 01:24:00
with No comments
Aksi KNPB Biak untuk Menyampaikan Terima Kasih Kepada Pemerintah Vanuatu
Biak – 4 Oktober 2013, KNPB Biak pada tanggal 3 Oktober 2013 telah
mengumumkan hasil pandangan Pemerintah Vanuatu tentang West Papua pada
sidang tahunan PBB September 2013. Rakyat dari kampung-kampung memadati
halaman Pendopo Adat Sorido KBS untuk mendengar penyampain hasil
tersebut yang diumumkan oleh KNPB Biak.
Aks ini dilakukan juga untuk menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Vanuatu yang telah mengangkat West Papua pada Debat Majelis Umum PBB pada sidang tahunan PBB September 2013.
Aks ini dilakukan juga untuk menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Vanuatu yang telah mengangkat West Papua pada Debat Majelis Umum PBB pada sidang tahunan PBB September 2013.
Sumber :KNPBnews.com
Bupati Nabire Serahkan Bantuan Kepada Pedagang Kaki Lima Asli Papua
Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 01:21:00
with No comments
Nabire - Bupati Isaias Douw, S.Sos menyerahkan
bantuan modal usaha dan alat dagang (timbangan) kepada pelaku usaha
pedagang kaki lima dan asongan asli Papua. Penyerahan bantuan modal
usaha yang bersumber dari dana Otsus tahun anggaran 2013 ini berlangsung
di Kantor Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Nabire, Kamis
(3/10) siang.
Sebelum menyerahkan bantuan tersebut,
Bupati Isaias dalam arahannya mengatakan bantuan yang diserahkan ini
merupakan program pembinaan para pelaku usaha kecil, pedagang kaki lima
dan asongan asli Papua dengan harapan dapat meningkatkan tertib ukur di
segala bidang serta memberikan kontribusi bagi daerah melalui pendapatan
asli daerah.
“Hal ini merupakan salah satu langkah
maju bagi pelaku pedagang kaki lima dan asongan asli Papua sesuia
Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Tera
Ulang,” terang bupati.
Lanjutnya, terkait dengan adanya dana
Otsus tahun anggaran 2013 ini, pemerintah daerah melalui Dinas
Koperindag Nabire khususnya Bidang Metrologi dan Perlindungan Konsumen
memberikan fasilitas bantuan berupa timbangan dan modal usaha bagi
pedagang kaki lima dan pedagang asongan asli Papua di daerah ini.
Pemerintah daerah bukan hanya mengejar
pendapatan asli daerah saja, namun pemerintah selalu dan selalu
memikirkan masyarakat pribumi, yang selama ini khususnya pedagang kaki
lima asli Papua hanya melalukan transaksi jual beli barang yaitu dengan
sistem setumpuk, dua tumpuk atau lainnya.
Sehingga dengan adanya bantuan alat
timbangan ini dapat berdagang dengan baik dan terukur. “Dengan adanya
bantuan ini diharapkan para penerima dapat menggunakan sebaik-baiknya,
agar terwujud perdagangan yang jujur, adil dan transparan,” tandasnya.
Diakhir sambutannya, bupati menekankan
melalui motto ‘Membara Kasih Kediri Masyarakat, saya mengajak kita
sekalian untuk menyatukan hati, membulatkan tekan untuk membangun
Kabupaten Nabire menjadi lebih baik sesuai dengan profesi dan talenta
yang Tuhan berika kepada kita.
“Kita pelihara situasi daerah agar
tetap kondusif, sehingga roda pemerintahan tetap berjalan sesuai dengan
harapan kita bersama,” tekan bupati seraya menambahkan bantuan ini bukan
pertama kali ini saja, sebelumnya juga telah disalurkan bantuan kepada
sejumlah koperasi yang ada di daerah ini.
Kepala Diskoperindag Nabire Bambang
Agus Widjanarko, menambahkan dana bantuan modal usaha yang diserahkan
sekitar Rp.72.000.000 dari 30 pedagang kaki lima dan asongan yang
memiliki kios atau tiap pedagang menerima Rp. 2.400.000, ditambah
masing-masing menerima alat timbangan.
(Sumber : Papuaposnabire)
Label:
Nabire
Siapa Penerus Nomor 10 Di Persipura ?
Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 01:10:00
with No comments
Ada yang datang dan ada pula yang
pergi. Itu biasa dalam sebuah klub sepakbola profesional. Satu demi satu
pemain akhirnya hengkang.Pemain mungil gelandang serang Persipura Zah
Rahan pertama kali menyatakan niat kepergiannya, mencari suasana baru di
negeri jiran Malaysia.
“Saya pergi dan akan kembali,”kata Zah
Rahan Krangar, usai Persipura mengalahkan tim All Star di Lapangan
Mandala, Sabtu (21/9). Zah Rahan juga yang memberikan assist kepada
Boaz dan Ian Luiz Kabes saat tim bertajuk Mutiara Hitam menang tipis 2-1
atas tim Samba Brasil, Santos FC U 23 di Jogyakarta, Kamis(3/10).
Bahkan kelincahaannya itu pemain asal
Liberia ini mendapat pujian dari pelatih Santos , Ballio dalam
konferensi pers seusai pertandingan. Pelatih Santos pun melontarkan
pujian kepiawaian talenta Persipura karena bermain sangat kompak,
terorganisir, dan mereka punya taktik permainan serta para pemain yang
bagus.
Pemain kelahiran Monrovia, Liberia, 7
Maret 1985 itu, sangat lincah dan merupakan “otak” dari permainan
Mutiara Hitam, terutama dari sektor tengah. Gaya main yang elegant dan
didukung oleh skill di atas rata-rata, Zah Rahan menjadi salah satu
gelandang asing terbaik di Indonesia.
“Permainannya agak beda dengan pemain
lainnya dan memiliki visi dalam bermain,”kata Jance Rumbino mantan
Kapten Cenderawasih FC klub IPL dari Jayapura, Papua. Dia tampil bagus
dan sulit mencari pemain mirip Zah Rahan. Memang ada pemain lain seperti
Erick Wicks, Mbida Messy, David Laly, Gustavo Lopez tetapi Zah Rahan
masih unggul di antara mereka.
Kondisi ini pula diakui oleh asisten
pelatih Persipura Cristian Leo Jarangga, karena Zah Rahan selalu tampil
prima. “Persipura tampak kewalahan melawan Persib Bandung, beruntung
Persipura bisa menang tanpa kehadiran Boaz dan Zah Rahan,”kata Jarangga
seraya menambahkan peran Bochi dan Zah Rahan sangat besar dalam tim.
Walau demikan Jarangga menegaskan kalau Persipura selalu mengutamakan
kolektivitas ketimbang permainan individu.
Pemain timnas Liberia ini juga termasuk
pemain multi fungsi yang bisa ditempatkan di segala sektor. Selain Zah,
pemain bernomor punggung 13 Ian Luis Kabes, juga pemain yang mampu
bermain diberbagai sektor. Namun pemain nomor 10 Zah mampu memberikan
umpan-umpan matang sehingga selalu memanjakan para striker Persipura.
Pemain yang akan bermain di Liga
Malaysia ini tinggal di Monrovia , Liberia dalam permukiman berbentuk
apartemen atau rumah susun. Tak heran kalau setiap naik turun tangga dia
selalu berjuggling dengan bola. Para penghuni rusun di Monrovia merasa
terganggu dan menegur si kecil Zah. Bukan takut malahan dia keasyikan
berjogling tanpa menghiraukan mereka. Hasilnya memang tak sia-sia
kemampuan skill terus terasah, bahkan memperkuat timnas Liberia. Tempat
asal Zah Rahan pernah pula melahirkan salah seorang bintang AC Milan,
George Weah.
Kini Zah pergi dan siapa pewaris nomor
punggung 10. Pemain Persipura sebelumnya yang menggunakan nomor
punggung 10 adalah mantan kapten Persipura Eduard Ivakdalam. Agaknya
pemain bernomor punggung 10 termasuk penting dan langka.
(Sumber : Tabloidjubi)
Label:
Sepak Bola