Lucky Kaikatui: pelukis Papua yang sangat prolifik

Lucky Kaikatui dan sebagian karyanya
Dari beranda, ruang tamu, hingga ke dapur rumahnya berjejer berbagai lukisan indah bernuansa alam dan budaya Papua. Nyaris tidak ada tempat yang tersedia untuk menaruh lukisannya yang terus bertambah setiap minggu.

Lucky Kaikatui adalah seorang pelukis Papua yang sangat prolifik. Sayang sekali, kurangnya publikasi di media massa membuat realis yang satu ini tidak dikenal oleh masyarakat pencinta seni Indonesia. 

Karakternya sebagai seorang pelukis sangat kuat. Hal tersebut terlihat jelas dalam goresan-goresan cat minyak yang tegas dan penuh makna.

Sejak kecil ia telah dijuluki oleh teman-temannya sebagai jago gambar di sekolahnya. Sewaktu duduk di kelas satu SD Negeri I Manokwari, gambar pertama yang dibuatnya, “Pendekar Si Kapak Hilang,” langsung diperebutkan oleh teman-temannya. 

Menginjak SMP, Lucky selalu melukis. Karyanya dipamerkan di ruang perpustakaan sekolah. Begitu pula ketika ia harus pindah dari Manokwari ke Jayapura untuk melanjutkan pendidikannya di SMU. Sekali lagi karya–karya Lucky membuat banyak orang terkagum-kagum. Tahun 1985, ia mengikuti lomba melukis tingkat SMU dan Umum se-Papua. Sebagai hasilnya, untuk Tingkat SMU ia mendapat juara I, sedangkan untuk Tingkat Umum ia meraih juara II.

Bakat alam yang dimilikinya ini sempat mengundang perhatian para petinggi di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Irian Jaya. Sebagai hasilnya, walaupun masih duduk di bangku SMU, pada tahun 1986 ia berhasil menyelenggarakan pameran lukisan di Jayapura sebanyak 3 kali. Tiap kali berpameran minimal jumlah lukisan yang dipajangnya adalah 30 buah. 

Pemuda Lucky Kaikatui menamatkan SMU pada tahun 1987. Ia pun berusaha untuk melanjutkan pendidikannya ke ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta. Sayang niatnya itu tak dapat ia wujudkan karena pihak keluarga tidak sanggup membiayainya kuliah di pulau Jawa. 

Menyadari kondisi perekonomian keluarganya ini, Lucky lalu kembali ke Manokwari dan mengikuti tes penerimaan CPNS. Ia lulus dan diterima sebagai pegawai negeri di Kabupaten Manokwari. Waktu itu Lucky yang masih muda tersebut ditugaskan di Anggi. Iklim di Anggi dingin sekali dan dikelilingi oleh danau serta kawasan hutan yang masih perawan. Lebih memprihatinkan lagi ternyata Anggi sangat terisolasi dari dunia luar. Menurutnya, di samping bekerja, ia sekaligus dapat meresapi keindahan alam Papua yang kelak akan menjadi sumber inspirasi yang berlimpah bagi karya-karyanya. 

Meskipun sudah bekerja sebagai pegawai negeri, kerinduan untuk menimba ilmu di perguruan tinggi tidak pernah surut. Dalam benaknya, suatu saat ia harus mewujudkannya. 
Setelah 3 tahun bekerja di pedalaman dan tidak pernah turun ke kota, tiba-tiba saja ia terserang penyakit Malaria dan harus berobat ke kota. Dalam keadaan sakit itulah Lucky memutuskan untuk berangkat ke kota. Ia harus berjalan kaki selama tiga hari menembus hutan belantara. Agar tidak tersesat, Lucky mengikuti beberapa orang pedalaman Arfak yang juga hendak ke kota. Kenangan berjalan kaki selama tiga hari di tengah lebatnya hutan Arfak kemudian ia tuangkan dalam sejumlah lukisan. Salah satu di antaranya berjudul “Menembus Isolasi untuk Setetes Kehidupan.” Lukisan itu menggambarkan tantangan alam yang dihadapi masyarakat bila mereka hendak pergi ke kota hanya demi membeli sedikit bahan kebutuhan pokok seperti garam, gula atau minyak goreng. Selain belum ada jalan beraspal, terdapat pula sungai-sungai besar. Dalam keadaan banjir sungai-sungai itu tidak bisa disebrangi. Penduduk harus berjalan di atas pohon-pohon yang telah tumbang. 

Persoalan itu kemudian disampaikannya kepada bupati Manokwari yang ketika itu adalah Drs. Esau Sesa berupa sebuah lukisan. Ternyata pak bupati tidak hanya menanggapinya dengan baik dan kaget melihat karyanya. “Pelukis berbakat seperti harus diberi kesempatan untuk mengembangkan karya-karyamu sebagai appresiasi terhadap seni dan budaya Papua,” komentar bupati kepadanya. Lucky selanjutnya mendapat izin bupati untuk meneruskan studinya di pulau Jawa. Keberangkatannya ke sana dalam rangka tugas belajar dari pemerintah daerah.

Berdasarkan arahan dari petugas pemda, ia diharuskan mengambil jurusan cinematography di Institut Kesenian Jakarta. Walaupun begitu, Lucky setiap saat terlihat nongkrong di jurusan seni lukis. Akhirnya ia pun diterima di jurusan tersebut dan langsung menempati Semester IV program D III Seni Lukis IKJ. 

Selama belajar di IKJ, Lucky dan kawan-kawannya pernah melakukan studi banding di ISI Yogja, sekolah yang telah didambakannya sejak masih di SMU dulu. Sehabis belajar dengan seniman Yogja, ia pun berangkat ke Ubud, Bali guna menuntut ilmu di bawah bimbingan Prof. Srihadi selama satu bulan. Lucky juga berkesempatan belajar dan melihat karya-karya Anthony Blanco, Arie Smith, Eisnel, dan I Nyoman Made Lempar.

Setelah mengembara selama 8 tahun di pulau Jawa dan Bali, maka pada tahun 2000 Lucky dipanggil pulang ke Papua. Ia harus menemani ibunya yang sedang sakit keras.
 
Di Manokwari Papua, ia kembali bekerja seperti sedia kala sebagai pegawai negeri di kantor gubernur IJB. Tidak lama kemudian Lucky turut membidani lahirnya PUMA – Perupa Manokwari. Organisasi ini berfungsi sebagai wadah berkumpulnya seniman Manokwari yang peduli untuk mengangkat kembali kekayaan budaya Papua supaya lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Keahliannya melukis dibagikan pula kepada orang lain yang tertarik mendalaminya. Saat ini ia sedang membina sejumlah anak-anak Papua dengan biayanya sendiri. Pelukis-pelukis remaja ini antara lain Yabal Marbuan, Alberth Marbuan, Alberth Warijo, Carlos, Septinus dan Mesakh, sebagian masih sekolah sisanya sudah drop-out. Harapan Lucky Kaikatui, semoga anak-anak didiknya tersebut, bersama dengan pelukis - pelukis senior, bisa berjuang melestarikan nilai-nilai kultur dan keindahan alam Papua yang semakin terkikis oleh arus modernisasi dan trend globalisasi. 

Bagi Lucky Kaikatui melukis adalah bagian dari perjuangan itu. Ia selalu mengingatkan generasi muda Papua agar tidak meninggalkan kekayaan budaya mereka yang begitu beragam dan tak ternilai harganya. 

Pelukis Lucky Kaikatui bersama
istrinya (Rahab) dan
anak-anaknya: Calvin Cahaya Cendrawasih (7),
Bernilai (2),
Selviana (6 bulan)
Kekayaan budaya Papua ini adalah salah satu aset budaya di Nusantara yang perlu dipertahankan dan diwariskan kepada generasi muda. Setiap lukisan yang dibuat Lucky selalu memiliki latar belakang cerita yang menarik. Contohnya, Hidup Atau Mati, lukisan ini menceritakan saat-saat menegangkan antara burung Kasuari dan si pemburu. Kakeknya Lucky adalah seorang pemburu Kasuari yang sangat terkenal di kampungnya. Dari cerita kakeknya, jika tombak yang dilempar tidak mengenai sasaran, sang pemburu bisa mati ditembusi tendangan tiga cakar Kasuari yang tajam.

Lucky Kaikatui kurang dikenal oleh masyarakat pencinta seni Indonesia. Mungkin ia tinggal di Papua, jauh dari jangkauan media massa nasional. Berbagai pameran lukisan yang digelarnya baik di Manokwari dan Jayapura kurang mendapat peliputan media massa yang semestinya. Walaupun belum banyak lukisan yang berhasil dijualnya, bukan berarti bahwa karya-karyanya kurang diminati masyarakat. Ia hanya belum dikenal oleh dunia luar terutama para kolektor seni.

Kondisi ini tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berkarya. Setiap minggu Lucky menghasilkan lukisan-lukisan yang baru. Kanvas dibuatnya sendiri. Teknik pembuatannya sudah dikuasainya sewaktu kuliah di IKJ dulu. 

Sang isteri (Rahab) sudah memaklumi kecintaan suaminya pada seni lukis. Oleh karena itu, dengan sepenuh hati ia mendukung suaminya yang idealis ini. Lucky Kaikatui sekeluarga tinggal di sebuah rumah kecil di Jalan Brawijaya No. 08, Jati, Manokwari. Papua Barat. Ia bisa dihubungi pada di. telp. 0986 213466


 http://www.geocities.ws

Jafri Sastra: Persipura Jayapura Sudah Bangun Dari Tidur

 Pemain Persipura langsung diliburkan hingga akhir bulan, sementara pelatih Perseru kecewa dengan kepimpinan wasit.

Pelatih Persipura Jayapura Jafri Sastra semringah dengan kemenangan 1-0 yang diperoleh anak asuhnya dari Perseru Serui dalam derby Papua, Sabtu (28/5) sore WIB, di Stadion Mandala.

Kemenangan itu menjadi yang pertama bagi Persipura di hadapan pendukungnya. Pada dua laga sebelumnya di Mandala, Persipura hanya bermain imbang. Jafri mengatakan, raihan tiga angka tersebut menjadi momen kebangkitan Persipura, walau mengakui masih banyak pembenahan yang harus dilakukan.
 
“Memang dari segi kolektivitas gol kita akui Persipura masih minim. Dari lima pertandingan, kita seri dua kali, kalah sekali, dan dua kali menang, itu pun menang dengan 1-0. Namun yang paling terpenting adalah bisa mengembalikan kepercayaan tim,” tutur Jafri.

“Tapi itu tidak menjadi masalah, karena sekarang adalah era sepakbola modern, dan yang penting dari pertandingan ini adalah tim mulai bangkit dari tidur. Kemarin para pemain masih tidur, sekarang baru bangun.”

“Ke depan kita akan terus meningkatkan kepercayaan dan mental tim. Tim kami akan diliburkan sampai tanggal 1 [Juni] baru kembali latihan di Stadion Bas Youwe Sentani.”

Di lain pihak, pelatih Perseru Agus Setiyono kecewa degan kepemimpinan wasit yang dianggap menguntungkan Persipura. Menurut Agus, pemain Persipura terlebih dulu melakukan pelanggaran handball sebelum Bio Paulin mencetak gol kemenangan.

“Kualitas pemain Persipura bagus-bagus, dan Persipura memang tim besar dan hebat. Namun kami sanggat kecewa dengan keputusan wasit. Sebelum terjadi gol, terlebih dulu handball,” kata Agus.

“Selain itu banyak peluang kami selalu dianggap off-side. Memang target awal kami adalah meraih poin penuh, tapi jujur kami kecewa dengan wasit.  namun Persipura bukanlah tim yang muda untuk di kalahkan
Sementara itu, kapten Perseru Arthur Bonai mengaku tidak terlalu kecewa dengan kekalahan tersebut, dan menganggap Persupura bermain lebih baik.

“Kami sudah berusaha, tapi inilah hasil akhir sebuah pertndingan. Kami masih harus banyak belajar lagi dari kegagalan, dan Persipura adalah tim bagus. Mereka pantas menang,” imbuh Arthur. (gk-58)

 Ditulis oleh  Goal/Abi Yazid


BI Perwakilan Papua Gelar Pasar Rakyat di Nabire

Salah satu stand yang tersedia dalam pasar rakyat yang digelar oleh BI di Pantai Nabire, Kabupaten Nabire, Papua – Jubi/Munir
Nabire, Jubi – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Papua bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nabire, menggelar pasar rakyat di Pantai Nabire, Kabupaten Nabire, Papua, sejak 30 Mei hingga 3 Juni 2016 mendatang.

Kepala BI Perwakilan Provinsi Papua, Joko Supratikno, kepada Jubi menjelaskan tujuan kegiatan tersebut untuk mengendalikan Inflasi atau kenaikan harga barang di Kabupaten Nabire menjelang Bulan Suci Ramadhan mendatang.

“Tujuan lainnya yaitu untuk memberikan ruang bagaiman para petani bisa menjual barangnya langsung kepada masyarakat tanpa melalui jalur distribusi yang rumit, kita beri subsidi angkutan, serta lapak sudah kami sediakan,” katanya di Lokasi Pasar Rakyat Pantai Nabire, Senin (30/5/2016).

Dengan begitu kata dia, harga yang diberikan kepada masyarakat bisa lebih murah dibandingkan harga jual yang ada di pasar.

Diharapkan dengan harga jual yang lebih murah, akan sedikit membantu mengendalikan harga pasar menjelang Bulan Suci Ramadhan.

Adapun barang-barang yang dijual di Pasar Rakyat tersebut diantaranya, Sembilan Bahan Pokok (Sembako), buah-buahan dan lain sebagainya.

Di tempat yang sama Bupati Kabupaten Nabire, Isaias Douw dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabuparen Nabire, Johny Pasande, mengucapakn terima kasih kepada BI Perwakilan Provinsi Papua yang telah menyelenggarakan kegiatan pasar rakyat tersebut.

“Tentu kegiatan ini memiliki arti penting dalam memenuhi Sembako bagi masyarakat Nabire, sekaligus sebagai sarana untuk mengenalkan fungsi dan peran BI dalam menstabilkan perekonomian daerah, khususnya di Kabupaten Nabire,” katanya. (*)


Editor : Angela Flassy
Sumber :
COPYRIGHT JUBI 2016
 
 

Dingo & Dingiso, Hewan Papua yang Jarang Orang Lihat

Burung Cendrawasih adalah satwa khas Papua. Tapi ada juga dingo dan dingiso, hewan yang sulit dilihat orang karena hidup di dekat puncak tertinggi Indonesia!

Alam Papua memang masih menjadi misteri. Flora dan fauna di sana belum banyak dijumpai apalagi diteliti. Seperti dua hewan berikut ini yang mungkin namanya saja baru pertama kali Anda dengar: dingo dan dingiso.
“Dua hewan itu adanya di dekat puncak tertinggi Indonesia, Puncak Carstensz di Papua. Belum banyak orang yang melihatnya,” ujar Maximus Tipagau, salah seorang tokoh pemuda masyarakat Suku Moni di Desa Ugimba, Kabupaten Intan Jaya.



Kita mulai dari dingiso dulu, nama ilmiahnya adalah Dendrolagus mbaiso. Hewan ini merupakan hewan endemik sejenis kangguru pohon. Bentuknya, mirip seperti koala yang ada di Australia hanya saja bulunya berwarna hitam. Ukurannya pun lebih besar, serta punya garis putih di badannya.

Dingiso adalah hewan herbivora yang makanannya daun dan buah-buahan. Habitat Dingiso ada di sekitar kawasan Pegunungan Tengah dekat Puncak Carstensz. Tepatnya di sekitar ketinggian 4.000 mdpl dan tak pernah turun dari sana!

“Dia hanya ada di hutan-hutan di sekeliling Puncak Carstensz. Ini hewan sangat sulit ditemui karena di atas pohon. Bagi kami Suku Moni, kami percaya mereka adalah leluhur kami,” terang Maximus yang juga pemilik operator tur Adventure Carstensz.




Selanjutnya adalah dingo (Canis lupus), yang juga hidup di ketinggian yang sama dengan dingiso. Dingo adalah anjing liar yang hidup di kawasan Australia dan Asia Tenggara. Anjing ini mirip anjing biasa dan
serigala, karena kalau dalam ilmu biologi, dingo berasal dari keluarga Canidae.



Bagi masyarakat Suku Moni, mereka menyebutnya dengan nama Sege Home yang berarti penjaga siang dan malam. Penjaga yang dimaksud, artinya anjing ini menjaga Puncak Carstensz yang dikeramatkan oleh beberapa suku-suku di Papua.

“Anjing ini percaya tidak percaya sangat sulit ditemui. Anjing ini hanya bisa dilihat oleh orang yang punya hak wilayat (hak tanah adat), seperti dari keturunan Tipagau dan Kobogau. Tak sembarang orang bisa melihat, kalau pun bisa melihatnya dia sangat beruntung,” papar Maximus.

Maximus sendiri pernah bertemu dingo saat sedang berada di Basecamp Danau-danau, titik kemping terakhir sebelum mendaki Puncak Carstensz di ketinggian 4.300-an mdpl. Karena Maximus sendiri adalah keturunan Tipagau, anjing ini pun sangat jinak kepadanya.



Karena habitatnya yang berada di ketinggian 4.000 mdpl, dingo dan dingiso pun jarang sekali bertemu dengan manusia. Tapi yang disayangkan, menurut Maximus belum ada lembaga-lembaga lignkungan ataupun dari pemerintah yang meneliti tentang hewan ini.

“Ya sayang sekali, belum ada yang meneliti tentang hewan ini. Padahal dingo dan dingiso itu sangat unik, maka kami minta kepada pemerintah dalam hal ini khususnya Kemenhut dan pihak Taman Nasional Lorentz melakukan penelitan. Agar ketahuan masih berapa jumlahnya dan bisa dilestarikan. Jangan sampai punah, dingo dan dingiso juga ‘harta’ dari Papua,” pungkas Maximus.

Ditulis oleh  Miminku/petnyaku.com



Kapolres Nabire Papua Pimpin Rakor Bersama Instansi Terkait Bahas Sinergitas Ciptakan Stabilitas Kamtibmas

Nabire - Kepolisian Resor Nabire Papua melaksanakan Rapat Koordinasi bersama instansi terkait. Kegiatan bertempat di Auala RBP Polres Nabire, digelar Jumat (27/05/2016) pukul 10.00 Wit. Rapat Koordinasi ini dilaksanakan untuk menyamakan persepsi dan meningkatkan sinergitas serta kerjasama dengan instansi terkait. Terutama untuk menciptakan kamtibselcar lalin dan stabilitas kamtibmas di Kabupaten Nabire.

Kegiatan dipimpin oleh Kepala Kepolisian Resor Nabire AKBP Semmy Ronny Th Abaa, yang dihadiri Kabag Ops Kompol I Nyoman Putra Sandita SH, S.Ik, Para Kasat Res Nabire, Sub Den Pom Nabire yang diwakili oleh Peltu Saswari, Kasat Pol PP Nabire Drs NICO Wambrauw, Dinas Perhubungan Nabire, Markus, Para Kasie Res Nabire serta Mitra Polri dari Senkom, Wahyudi (Kepala Senkom Nabire) serta 2 anggota Senkom.

Kapolres Nabire mengatakan, masalah kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas masih rendah. Karenanya, perlu dilaksanakan razia terhadap kendaraan, sajam, Narkoba dan miras, termasuk orang mabuk serta memberantas perjudian jenis togel dan lain sebagainya.

Dalam kesempatan tersebut, disampaikan tanggapan dari Dishub Nabire terkait kekurangan rambu lalu lintas. Hal ini dikarenakan ada jalan Kabupaten dan Provinsi. Sehingga pengadaan rambu lalu lintas (traffic light) disesuaikan dengan anggaran masing-masing jalan. Pengendara masih banyak yang tidak mematuhi/melanggar rambu-rambu lalu lintas yang ada di pingir jalan.

Kemudian, disampaikan pandangan dari Kasat Pol PP Nabire. Bahwa, Satpol PP mengalami kendala, dalam hal penertiban miras dan orang mabuk. Dalam giat patroli gabungan, Pemda Nabire merencakan akan membantu memberikan kendaraan mobil patroli serta penertiban kendaraan dinas Pemda Nabire.

Penyampaian saran/masukan dari Senkom Nabire, intinya memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat mengenai tertib berlalu lintas dan anak sekolah yang mengendarai sepeda motor yang masih belum cukup usia. Serta, penyampaian juga dari Sub Den Pom Nabire yang menjelaskan bahwa anggota sangat terbatas. Sehingga, hanya melakukan sweeping kendaraan secara ke dalam, yaitu ke Batalyon 753/Raider dan Kompi senapan A Kimi Nabire.

“Dan kami selalu siap dan mendukung dalam pelaksanakan razia yang dilakukan oleh Polres Nabire,” katanya.


Kesimpulan yang diambil dari rakor tersebut adalah, dalam pelaksanaan tugas selalu bersinergi, baik sesama aparat keamanan, baik dari TNI / Polri maupun dengan instansi terkait lainnya. [ Humas Polres Nabire / el ]

Tribratanews.com



Telkom Gunakan Satelit untuk Layanan Internet di Pegunungan Papua

JAYAPURA - PT Telkom Witel Papua menggunakan satelit untuk menjangkau masyarakat dalam layanan internet di daerah pegunungan di Papua.

"Harus gunakan satelit untuk layanan internet di daerah pegunungan, tetapi memang biayanya cukup besar, berbeda di daerah kabupaten/kota atau daerah pesisir dilalui oleh kabel fiber optik, sehingga secara bandwidth lebih cepat dan lebih murah tarifnya, "kata General Manager PT Telkom Witel Papua, Agus Yudha Basuki.

Khusus di daerah pegunungan, kata dia, baru Kabupaten Jayawijaya dan Tolikara yang terlayani internet menggunakan satelit. Kendati membawahi 28 kabupaten satu kota di Papua, namun diakuinya, akses internet beberapa kabupaten di Papua dilayani oleh Telkom Witel Papua Barat. "Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Nabire dan Kabupaten Kepulauan Yapen dilayani oleh Witel Papua Barat.

Jadi kita hanya layani 26 kabupaten/kota, "terang Agus Yudha kepada Papua Pos, di kantor Telkom Witel Papua, baru-baru ini. 

Sebelumnya, Agus Yudha mengatakan, di kawasan pegunungan Papua, baru dua kabupaten yang terlayani internet. "Masih terbatasnya pelayanan Telkom di kawasan Pegunungan Papua karena mahalnya investasi sehingga pelanggannya juga lebih banyak instansi, "kata Agus Yudha dikutip dari antaranews.com. Kendati pelayanannya masih menggunakan satelit, namun saat ini kapasitasnya sudah mencapai 200 megabyte.

 "Jika ada daerah yang ingin bekerjasama, kita siap menginvestasikan dan memberikan pelayanan ke daerah tersebut, tetapi butuh biaya besar dan jaminan keamanan, khususnya investasi yang telah ditanamkan, "terangnya. [srb] 

Ditulis oleh  Sari/Papos 

Terbongkar, Aksi Tolak KNPB - ULMWP Di Merauke dibayar Rp.100.000

TERBONGKAR, AKSI PENOLAKAN TERHADAP KNPB DAN ULMWP DI MERAUKE HANYALAH SKENARIO TNI/POLRI

KNPBNews. Merauke, Sabtu, 28 Mei 2016. Aksi Penolakan Tehadap KNPB dan ULMWP oleh kurang lebih 50 (lima puluh) orang yang mengatasnamakan

tokoh masyarakat dan Mahasiwa asli Papua didepan tugu pepera kota Merauke hanyalah Skenario KOPASUS dengan berbagai trik penipuan, pemaksaan dan Ancaman terhadap Masyarakat dan Mahasiswa dalam skenario kegiatan itu.

Menurut laporan dan pengakuan 4 (empat) warga masyarakat yang merasa ditipu dan dipaksa ikut dalam kegiatan itu melaporkan kepada creuw KNPB Wilayah Ha' Anim. hari Sabtu Pukul 19:00 WPB.

Berikut laporannya :
Awalnya kami disuruh kumpulkan sejumlah orang dan daftarkan nama-nama semua orang yang akan ikut kegiatan Ceromoni di simpang empat libra, namun salah satu dari kami menanyakan kepada kopasus itu " kegiatan ceremoni dalam rangka apa ?, Anggota kopasus itu menjawab " sudah ikut saja, disana kita siap makan dan uang transportasi sekaligus kita nanti mau ambil gambar untuk dokumentasi kami". Setelah itu masyarakt diam dan ikut pergi menggunakan mobil picup dengan tujuan ikut acara ceremoni di lingkaran belum diketahui.

Setelah mobil berhenti, ternyata bukan tempat yang diperkirakan masyarakat namun didepan tugu pepera, kami bingung dan bertanya, ada apa kah ?, namun 2 (dua) kopasus itu bilang "tidak apa dan ikut saja". Selanjutnya aparat TNI / POLRI berpakaian preman yang sudah mendahului menempati kawasan tugu pepera mengarahkan kami turun dari mobil dan ambil posisi berbaris bentuk huruf U.

Salah seorang Anggota TNI/POLRI yang menggunakan topeng hitam itu datang langsung ambil sebuah spanduk yang telah disiapkan itu lalu membuka dan menyuruh kami pegang seterusnya kami disuruh berjejer didepan tugu pepera dan kami masyarakat semua dikurung oleh puluhan anggota Polisi dan Tentara berpakaian preman.

Selanjutnya anggota TNI/POLRI yang menggunakan topeng hitam itu menodong dan memaksa kami satu persatu untuk membaca isi dari Pernyataan penolakan KNPB dan ULMWP yang telah disiapkan mereka namun kami tidak mau. Tetapi salah seorang dari kami masyarakat yang namanya sebagai Carlos Kambat itu karena ketakutan Ia terpaksa membaca pernyataan penolakan KNPB dan ULMWP dari beberapa poin penolakan itu dan Ia pun difoto oleh beberapa wartawan.

Seorang dari kami yang namanya sebagai Dariuz Gebze dipaksa oleh Anggota yang bertopeng itu untuk memegang kedua kayu yang telah dipasang Bendera KNPB dan Bendera Bintang Fajar itu untuk segera dibakar. Pembakaran kedua bendera itu terus difoto lagi oleh wartawan.

Sehabis pembacaan tex penolakan serta pembakaran Bendera KNPB dan Bendera Bintang Fajar, masyarakatpun disuruh pulang dirumah masing-masing dengan diberikan setiap orang uang sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah).

Akibat dari skenario kopasus ini, para masyarakat merasa menyesal, ditipu dan telah dipermainkan oleh skenario angkatan bersenta TNI/POLRI untuk menginjak-injak jati diri mereka sebagai Orang Asli Papua. Masyarakat juga menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yang diluar dugaan mereka.
Demikian laporan yang diterima crew KNPB.

Berikut Pesan Ketua Streeg Raad [ PRD ] Wilayah Merauke Terkait Aksi Pembakaran Bendera KNPB Dan Bendera Bintang Fajar Skenario TNI / POLRI Terkait Stegmen Penolakan KNPB Dan ULMWP

Rakyat bangsa Papua merauke kembali di tipu lagi oleh TNI/POLRI di tugu penipuan yaitu tugu pepera, generasi muda Papua harus tahu bahwa mereka yang hari ini sabtu 28 mei 2016 dijebak dan dipakai untuk membakar bendera KNPB dan Bintang Fajar, ini adalah praktek pemerintah indonesia yang pernah dilakukan kepada orang tua - tua kita pada tahun 1969 waktu pepera di Papua yang penuh dengan penipuan, rekayasa, intimidasi, dan semua dengan tekanan militer.

Ttt
Ketua Streeg Raad [ PRD ] Merauke.
 
 
 

Lima Objek Wisata Utama di Provinsi Papua Barat

Berencana liburan ke Papua Barat tapi bingung memilih objek wisata yang cocok? Berikut kami rangkumkan 5 destinasi utamanya.

Banyak hal menarik yang bisa Anda lihat di Papua Barat. Mulai dari wisata bahari di Kabupaten Raja Ampat yang sudah sangat mendunia, situs purbakala Tapurarang di Kabupaten Fakfak, Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Kabupaten Teluk Wondama dan lain-lain.

1. Situs Purbakala Tapurarang, Fakfak

Situs yang terletak di Disrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, ini merupakan peninggalan zaman prasejarah. Situs ini berupa sebuah lukisan telapak tangan manusia dan binatang di sebuah tebing bebatuan yang sangat terjal. Lukisan prasejarah yang terdapat di tebing ini bisa Anda jumpai di Andamata, Fior, Forir, Darembang dan Goras. Yang membuat situs ini jadi sangat menarik adalah fakta bahwa meski sudah berumur ratusan tahun, lukisan yang dibuat dengan pewarna dari bahan-bahan alami tersebut masih tetap terlihat jelas hingga saat ini. Warna merah pada lukisan tebing ini menyerupai warna darah manusia sehingga masyarakat setempat menyebutnya sebagai lukisan cap tangan darah.

2. Wisata Bahari di Kabupaten Raja Ampat

Keindahan alam bawah laut di wilayah Kabupaten Raja Ampat sudah sangat mendunia. Dari sekitar 610 pulau kecil yang bberada di areanya, hanya sekitar 35 pulau saja yang dihuni oleh penduduk. Terumbu karang di perairan Raja Ampat dinilai sebagai yang terlengkap di dunia karena dari 537 jenis karang yang ada di dunia ini, 75 persennya berada di perairan ini. Selain itu, setidaknya ada 1.104 jenis ikan, 669 jenis moluska dan 537 jenis hewan karang yang terdapat di seluruh wilayah perairannya.

Jika Anda berniat ke Raja Ampat pada bulan Agustus ini, datanglah pada minggu ketiga karena mulai tanggal 22 Agustus perhelatan akbar “Sail Raja Ampat 2014” akan dibuka.
Wayag, Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia

3. TWA Gunung Meja, Manokwari

Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja terletak di pusat kota Manokwari. Tempat ini memiliki fungsi utama untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Di tempat ini Anda bisa melakukan aktivitas trekking, _hiking _dan lain-lain. Mata Anda akan dimanjakan oleh flora hutan tropis yang sangat beragam dan memiliki bentuk unik. Tempat ini dipercaya memiliki ratusan jenis pohon, puluhan jenis perdu, semak, liana dan paku serta tanaman herbal. Selain itu, belasan jenis anggrek dan beberapa jenis palem dan rotan juga hidup di sini.

Untuk mencapai tempat ini, Anda bisa naik ojeg dari pusat kota Manokwari dengan ongkos Rp10.000,00-Rp15.000,00. Perjalanan menuju tempat ini pun cukup memanjakan mata karena Anda bisa melihat Kota Manokwari dan Teluk Doreri yang menyembul di sela-sela pepohonan.

4. Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Teluk Wondama

Selain Raja Ampat, tempat ini juga sudah sangat mendunia di kalangan pecinta alam bawah laut, khususnya pecinta kegiatan diving. Tempat ini adalah taman nasional laut yang terluas di Indonesia yang 89,8% wilayahnya merupakan wilayah perairan lautan. Tercatat ada sekitar 209 jenis ikan yang menghuni kawasan ini. Diantaranya adalah butterflyfish, angelfish, damselfish, parrotfish, rabbitfish, dan anemonefish. Selain itu, terdapat empat jenis penyu yang sering mendarat di taman nasional ini yaitu penyu sisik, penyu hijau, penyu lekang dan penyu belimbing. Bahkan duyung (dugong), paus biru, ketam kelapa, lumba-lumba dan hiu pun sering sekali terlihat di perairan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Selain wisata bahari, di tempat ini juga terdapat goa alam yang merupakan peninggalan zaman purba, sumber air panas yang mengandung belerang tanpa kadar garam di Pulau Misowaar, goa dalam air di Tanjung Mangguar. Sejumlah peninggalan dari abad 18 masih bisa dijumpai pada beberapa tempat seperti di Wendesi, Wasior dan Yomber. Umat Kristiani banyak yang berkunjung ke gereja di desa Yende (Pulau Roon), hanya untuk melihat kitab suci terbitan tahun 1898.

Ada 2 akses untuk mencapai tempat ini, yaitu dari Manokwari atau Nabire. Dari Manokwari ke lokasi taman nasional (Pulau Rumberpon), Anda bisa menggunakan longboat dengan waktu tempuh sekitar 5,5 jam. Atau dari Manokwari ke kota kecamatan Ransiki dengan mobil sekitar tiga jam dan dilanjutkan dengan motorboat sekitar 2,5 jam.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua Barat, Indonesia

5. Wisata Kuliner di Tembok Berlin, Sorong

Sorong bukan sekdar tempat transit sebelum menuju ke Raja Ampat karena banyak hal menarik yang bisa Anda lihat dan cicipi di sini, wisata kuliner di “Tembok Berlin” adalah salah satunya. Nama “Tembok Berlin” memang diambil dari nama tembok yang dulu memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur, meski yang ada di sini sama sekali tidak terlihat seperti itu. Tembok Berlin di Sorong adalah tembok pembatas antara pantai dengan jalan raya tepi pantai yang bentuknya memanjang. Di sore hari, kawasan ini sering dijadikan lokasi berkumpulnya turis dan penduduk untuk melihat matahari terbenam dan pada malam hari tempat ini akan beralih menjadi tempat makan, khususnya seafood.

Berbagai jenis ikan dengan beragam ukuran dipajang di depan warung. Tepat sebelah ikan, ada alat pemanggang lengkap dengan orang yang siap membakar ikan yang dipilih. Selain area wisata kuliner, di sekitar tempat ini juga terdapat beberapa penjual suvenir khas Papua.

 

Akses Transportasi

Di wilayah Provinsi Papua Barat, bandara yang paling besar adalah Bandar Udara Dominique Edward Osok yang terletak di Sorong (SOQ). Selain itu, ada juga Bandar Udara Fakfak (FKQ), Bandar Udara Rendani di Manokwari (MKW) dan Bandar Udara Utarom di Kaimana (KNG). Penerbangan utama ke area Papua Barat dari Jakarta, Surabaya dan Makassar biasanya melalui bandara di Sorong atau pun Biak, baru dilanjutkan lagi dengan pesawat yang lebih kecil.



 Sumber Photo : travel.detik.com
 Editor Niko
 www.skyscanner.co.id



WISATA PANTAI: Pakreki, Pulau Hantu di Tenggara Biak

WISATA PANTAI: Pakreki, Pulau Hantu di Tenggara Biak
Pulau Pakreki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua. Maps.Google.com
TEMPO.CO, Jakarta - Dari kejauhan, Pulau Pakreki sudah tampak menyeramkan: tinggi, besar, berdinding tebing karang hitam, dan sesak pepohonan hutan tropis yang kehijauan. Sabtu kedua bulan lalu, kami--saya dan fotografer Tony Hartawan--melewatinya. Tujuan kami sebenarnya adalah Meosmangguandi, sebuah pulau tepat di sisi selatan Pakreki di pojok tenggara Kepulauan Padaido, Biak, Papua.

Laut di sekeliling Pakreki siang itu benar-benar membuat nyali kami ciut. Perairan yang tadi tenang tiba-tiba bergejolak. Seketika perahu “johnson”--begitu nelayan setempat menyebut kapal mesin tempel--kami diterpa ayunan ombak yang datang tak tentu arah. Tony yang duduk di haluan beberapa kali menengok sambil tersenyum kecut. Saya yang duduk di belakangnya membalas dengan mimik tak kalah khawatir. 

Setiba di Meosmangguandi, sekitar 5 mil laut sebelah selatan Pakreki, kami baru tahu laut yang baru saja diseberangi dianggap keramat. "Pakreki paling menyeramkan. Di sana juga dibilang ada faknik," kata Markus Rumkorem, 24 tahun, anak "ibu kos" kami selama di Meosmangguandi.

Faknik ialah sebutan masyarakat Biak untuk hantu penjaga lautan. Selama ratusan tahun, kepercayaan ini menjadi kearifan lokal untuk melindungi samudra. Ada keyakinan faknik akan menculik siapa pun yang berbuat onar di atas lautan. Tak ada yang dapat memastikan wujudnya. Sejumlah warga mengatakan faknik semacam gurita raksasa yang berdiam di dasar laut. Ada juga yang meyakininya semacam naga laut.



Omongan Markus mungkin benar. Setidaknya dalam lampiran draf Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang rencana pengelolaan dan zonasi taman wisata perairan Kepulauan Padaido memang disebutkan Lembaga Masyarakat Adat Padaido telah menetapkan Pulau Pakreki sebagai kawasan faknik

Ai mama... Sejak mengetahui informasi itu, kami diam seribu bahasa ketika harus kembali melintasi Pakreki dalam perjalanan kembali ke Pulau Biak. Ada perasaan plong begitu perahu kami melewatinya.



Meski saya tak akan ragu untuk kembali melewatinya suatu saat kelak. Sebab, Kepulauan Padaido benar-benar menjadikan Biak, seperti dibilang banyak orang, adalah singkatan dari bila ingat akan kembali.

Di Meosmangguandi, misalnya. Terletak sekitar 32 mil laut dari pusat Kota Biak, pulau ini hanya seluas 14 kilometer persegi dan dihuni sekitar 84 kepala keluarga. Mereka tinggal di rumah panggung yang masing-masing berjarak, dipisahkan tanah cukup luas. Hunian warga sangat nyaman ditinggali, dengan fasilitas MCK yang cukup memadai. Air tanah juga tak sulit ditimba dari sumur yang hanya berjarak beberapa meter dari pinggir pantai.

Dari sana, cobalah pergi ke Rasi, sebuah pulau kecil tak berpenghuni di wilayah selatan perairan Meosmangguandi. Di sini, butiran pasir putih sehalus tepung membentang di pantai yang lebar dan meninggi. Di depan sana, warna laut biru bergradasi.



Atau cobalah ke Kebori. Terletak di antara Meosmangguandi dan Rasi, laut di pulau yang juga tak berpenghuni ini dangkal dan tenang. Dari atas perahu, Anda pasti tergoda untuk segera melompat. Ikan kecil beraneka warna berkerumun, berlalu-lalang di atas koral beraneka warna yang membentang tak jauh di depan pantai pasir putih sebelah timur.

Kami sempat menginap di Kebori. Malam itu seolah tak ada lagi yang dibutuhkan dalam hidup ini. Api unggun telah berkobar di atas pasir yang menimbun singkong. Empat ikan gemuk, tiga di antaranya baronang, siap dibakar setelah terperangkap jala yang belum lama tadi dijulurkan Nikson, warga setempat, menjelang laut surut. Ditambah sepuluh bungkus mi instan siap dimasak.




Dari Meosmangguandi, kami mampir ke gugusan pulau seberang di utara. Dalam perjalanan, sekelompok lumba-lumba berlompatan, seolah ingin berkejaran dengan perahu kami yang melintas di tengah laut perbatasan Pulau Pasi, Mbromsi, dan Dauwi. Di pulau terakhir ini, kami sengaja menunggu petang lalu pergi ke Pulau Samakur.

Warga sekitar menjuluki Samakur sebagai pulau burung. Bukan karena bentuk pulaunya yang mirip burung, tapi lantaran ratusan ribu--jika tak ingin menyebut jutaan--burung laut berduyun-duyun terbang mendekati pulau tersebut ketika lembayung di langit barat Padaido semakin merah.

Selama beberapa saat mereka berputar-putar di atasnya. Tidak untuk berburu mangsa, tapi menunggu kelelawar pergi dari tebing-tebing padas di tengah pulau itu untuk kemudian menjadikannya tempat peristirahatan. Esok pagi, giliran bangau yang pergi digantikan kelelawar. Begitu seterusnya....

AGOENG WIJAYA
Rabu, 18 November 2015 | 15:25 WIB  
https://m.tempo.co



Sekjen PBB Ban Ki-moon Terima Laporan Pelanggaran HAM Papua

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menerima laporan pelanggaran HAM Papua dari Ketua Asosiasi LSM Kepulauan Pasifik Emele Duituturaga di Istanbul, Turki

Istanbul - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon menerima laporan pelanggaran hak asasi manusia di Papua.

Laporan West Papua Fact Finding Mission Report yang berjudul "We Will Lose Everything" diserahkan Ketua Asosiasi Lembaga Swadaya Masyarakat Kepulauan Pasifik (Pacific Islands Association for Non-Governmental Organisations/PIANGO) Emele Duituturaga di Istanbul, Turki, Selasa, 25 Mei 2016.

Duituturaga mempresentasikan laporan tersebut kepada Ban Ki-moon pada hari kedua KTT Kemanusiaan Dunia (WHS). Laporan itu kemudian diserahkan dan diterima asisten Sekretaris Jenderal PBB.

Di akhir KTT, Duituturaga sempat melakukan percakapan singkat dengan Ban Ki-moon. Penyerahan laporan tersebut dilakukan setelah pada pleno hari pertama WHS Duituturaga diizinkan meminta intervensi PBB tentang pelanggaran hak asasi manusia di Papua. "PIANGO memuji penutupan kamp Manus Pengungsi di Papua New Guinea. Kita prihatin tentang konflik di pusat penahanan Nauru, dan kami meminta intervensi PBB untuk pelanggaran hak asasi manusia di Papua Barat," ucap Duituturaga, seperti dilansir laman berita Pina pada 25 Mei 2016.

Duituturaga menambahkan, PIANGO mewakili 21 LSM dari seluruh Pasifik yang telah berkomitmen menuntaskan masalah kemanusiaan.

WHS yang berlangsung pada Senin-Rabu, 23-25 Mei 2016, diikuti 9.000 peserta dari 173 negara, terdiri atas 55 kepala negara, ratusan perwakilan sektor swasta, serta ribuan orang dari masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah.

PINA | YON DEMA
sumber: https://m.tempo.co
 via : http://www.anginselatan.com/2016/05/sekjen-pbb-ban-ki-moon-terima-laporan.html

Dinas Kesehatan Deiyai Bersama Puskesmas Waghete & Koramil 1705-03/Waghete Gelar Pengobatan Massal

Deiyai - Bertempat di lapangan SD Inpres Bomou I, Distrik Tigi kabupaten Deiyai, Papua, telah dilaksanakan kegiatan pengobatan massal bagi kurang lebih 100 orang warga.

Kegiatan pengobatan massal ini merupakan program rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Deiyai bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Koramil 1705-03/Waghete.

Turut hadir dalam pengobatan massal ini, Kepala Puskesmas Waghete, Oktovianus Mote, dr. Marlon, dr. Arista dan para perawat yang berjumlah 15 orang.

Sementara dari Koramil 1705-03/Waghete, diikuti Danramil Waghete, Batuud Pelda Elias Pakage, Serka Doni, Sertu Sawal, Serda Joko R, Serda Luther, Serda Dahrul dan Kopda Suharman.
(Pendam17) nabire.net

Persipura Tidak Mau Terbawa Arus Kongres Luar Biasa PSSI


Sekretaris Umum Persipura Jayapura, Rocky Bebena (foto: smeaker)
Managemen Persipura Jayapura tidak ingin terlibat dalam suasana yang gaduh terkait permintaan puluhan managemen klub-klub di Indonesia yang menuntut Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk menggelar Kongres Luar Biasa (KLB).

Sekretaris Umum Persipura Jayapura, Rocky Bebena, mengatakan bahwa raksasa Indonesia Timur tersebut memilih untuk tetap tenang dan berada pada posisi netral.

“Silakan kalau rekan-rekan lain punya pemikiran untuk KLB, tapi Persipura tidak mengikuti itu. Kami berjalan sesuai dengan arahan federasi, dan hingga kini kami masih menunggu keputusan. Kalau keputusan federasi seperti apa, itu yang akan kami ikuti,” kata Rocky dikutip laman FourFourTwo, Sabtu (21/5/2016).

“Kami tetap pada posisi netral. Yang kami pikirkan sekarang adalah ketika meminta sesuatu yang di luar konsep statuta, lalu di kemudian hari ada sanksi buat klub, bagaimana? Pasti ada yang bertanggungjawab. Atau kalau ada sanksi, siapa yang akan bertanggungjawab?”

“Persipura ini kan milik publik, semua masyarakat. Kalau tim-tim lain di Papua sudah memberikan dukungan terhadap KLB, kami tidak persoalkan, silakan. Strata Persipura tidak sama dengan klub-klub tersebut.” tegas Rocky.

Persipura sendiri sedang mempersiapkan diri untuk kembali berlaga di ajang Torabika Soccer Championship menghadapi Persela Lamongan pada hari Senin (23/5) di Stadion Surajaya, Lamongan. (HarianPapua.com)

Pemain Papua Satu-satunya Di Vamos Mataram Akhirnya Cetak Debut Di Liga Pro

(Foto: bolalob)
Berada dan bermain bersama para pemain bintang menjadi impian bagi setiap orang. Tak terkecuali Tommy Engelberth, punggawa Vamos Mataram.

Tidak banyak yang tahu, Tommy sudah hampir dua tahun berada di tim futsal Vamos. Sejak 2014 saat masih dilatih Doni Zola, Tommy bertahan hingga saat ini di Vamos.

Di liga 2015, dirinya gagal masuk tempat utama di tim. Namun di 2016, dirinya mengalami sedikit kemajuan dengan berhasil masuk ke dalam skuat Pro Futsal League 2016. Menunggu dengan ketekunan, Tommy akhirnya mencetak debut bersama skuat Vamos.

Tommy bermain di laga terakhir Vamos melawan Antam pada pekan terakhir PFL 2016, Sabtu (21/5/2016) di GOR POPKI, Cibubur, Jakarta Timur. Bahkan dirinya didaulat menjadi kapten tim.

"Bahagia saya masih diberikan kepercayaan dari pelatih dan presiden untuk debut ini. Kita sudah TC di Padang kemarin dengan hasil maksimal dan itu jadi modal di pekan terakhir ini," ujar pemain yang pernah memperkuat tim futsal BSI di Lifuma ini.

Dirinya juga amat bangga dan bersyukur menjadi satu-satunya pemain Papua yang berada di tim Vamos tahun ini. "Bangga bisa berada dengan Bayu Saptaji dan Syahidansyah Lubis. Belum tentu ada orang seberuntung saya masuk tim ini," kata Tommy yang berasal dari Merauke.

Dirinya berharap Vamos mampu menjadi juara liga di musim yang ketiga ini. "Semoga juga saya bisa terus bermain di tim ini," pungkasnya. ( bolalob.con)

Demo akibat Seringnya Pemadaman Listrik Oleh PLN

Jayapura – Puluhan masyarakat yang menamakan dirinya dengan Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (MP3) melakukan demo terhadap PT. PLN Wilayah Papua dan Papua Barat (WP2B).

Aksi demo damai merupakan bentuk kekecewaan masyarakat terhadap pemadaman listrik yang sering terjadi akhir-akhir ini, hal ini sangat berdampak buruk terutama untuk pengguna barang-barang elektronik yang rusak akibat seringnya terjadi pemadaman listrik.

“gara-gara listrik mati-menyala terus, barang-barang elektronik di rumah rusak, padahal untuk pembayaran tagihan listrik, kita selalu bayar tepat waktu”, ungkap salah seorang pendemo.

Sebelum menuju ke PT.PLN rombongan pendemo ini berkumpul di Taman Imbi dengan membawa spanduk yang bertuliskan “Masyarakat Peduli Pelayanan Publik Menuntut Hak Sebagai Konsumen PT. Perusahaan Lilin Negara”, dan selanjutnya melakukan aksi Long March menuju ke Kantor PT.PLN WP2B.

Setibanya di kantor PT. PLN WP2B puluhan masyarakat ini langsung memulai orasinya, kelompok yang diketuai oleh Stenly Kaisiri dalam orasinya menyampaikan pihaknya menginginkan adanya  penyampaian dari PT. PLN kepada seluruh masyarakat Kota Jayapura perihal pemadaman listrik yang sering terjadi bahkan dalam sehari terjadi tiga kali pemadaman listrik.

“Terjadi pemadaman listrik 3-4 kali dalam sehari, ini semua ada apa ? seharusnya PLN terbuka kepada masyarakat karna kami konsumen di Kota Jayapura sangat banyak yang dirugikan”, Tegas Stenly.

Dikatakan, masyarakat jangan dikorbankan oleh sistem atau program-program yang tidak benar, sistem yang dibangun oleh PLN harusnya masyarakat yang diutamakan sebab masyarakat merupakan konsumen.

“Siapa saja yang berada di Kota Jayapura harus mendapatkan pelayanan yang baik dari PLN, apalagi listrik ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan sifatnya sangat penting sekali bagi kehidupan masyarakat. Satu hari saja listrik mati bisa sangat berpengaruh terhadap aktivitas kami”, ungkapnya.
 
Stenly berharap dengan adanya aksi demo damai ini PT.PLN (persero) WP2P yang dilakukan oleh MP3 ini dapat memberikan dorongan kepada PLN untuk segera menentukan kebijakan-kebijakan terbaik untuk masyarakat.

Disisi lain General Manager (GM) PT. PLN (persero) WP2B Yohanes Sukrislismono menyampaikan bahwa kondisi listrik di Kota Jayapura dan Keerom sedang mengalami krisis, krisis ini disebabkan oleh masalah teknis yang kini mempengaruhi pasokan listrik ke masyarakat.

Yohanes mengakui krisis ini terjadi akibat beberapa mesin yang ada saat ini sedang dalam tahap perbaikan, kondisi inipun makin diperparah lagi dengan kurang maksimalnya pengoperasian PLTA akibat kurangnya debit air.

“Kami melihat beban daya listrik di Kota Jayapura sangat tinggi, dan sebenarnya kami sudah mengantisipasinya dengan memasang pembangkit lainnya seperti PLTA Orya dan PLTU Holtekamp yang mana masing-masing memiliki kapasitas 2 x 10 atau sama dengan 65 MW, menurut prediksi kami hingga hari ini daya yang dibutuhkan sekitar 100 MW”, Jelasnya.

Untuk PLTD yang digunakan saat ini hanya 2 yaitu PLTD Yarmork dengan daya sebesar 4,7 MW dan PLTD Waena dengan daya 50 MW. “Untuk normal kembali listrik akan hidup sekitar 4 jam, jadi sebelum beban naik listrik akan kami padamkan dengan menggunakan alat pengontrol. Pemadaman ini berdasarkan beban pada daerah tersebut tergantung pamakaian pelanggan, Kami berharap tanggal (26/05) ini, perbaikan mesin tua kami yang saat ini telah berumur 25 tahunan ini dapat beroperasi kembali sehingga dapat menambah sekitar 3-4 MW”. (Mi/PAPUANEWS.ID)

Sempat Memanas Pascatewasnya Anggota Raider, Situasi Nabire Mulai Kondusif

ilustrasi
NABIRE – Sempat memanas, pasca-kematian anggota Batalyon Infanteri 753/R Nabire, Prada Anggun Cahyo, situasi keamanan di Kota Nabire, Provinsi Papua, sudah kembali tenang.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patridge Renwarin mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nabire bersama jajaran TNI dan Polri, telah mengumpulkan para tokoh masyarakat dari berbagai suku dan paguyuban, untuk meredam massa agar masalah tersebut tidak sampai berkepanjangan.

"Situasi sekarang di Nabire kondusif. Kami berharap persoalan ini bisa segera diselesaikan," kata dia, Selasa (17/5/2016).

Patridge mengatakan, kronologis tewasnya Prada Anggun Cahyo Utomo, pada Minggu 15 Mei 2016, diawali dengan adanya info di Kelurahan Bumi Wonorejo, Nabire menerima, yang menyatakan bahwa akan ada penyerangan ke kompleks mereka oleh sekelompok warga yang lain.

Warga setempat kemudian berinisiatif membunyikan tiang listrik sehingga dalam waktu sekejap warga berkumpul. Pada saat bersamaan, salah seorang warga yang tinggal di dekat kompleks tersebut melintas dekat warga yang sedang berkerumun.

"Yang bersangkutan warga dari Suku Mee. Dia bisu dan tuli, sehingga ketika ditanya warga, dia tidak bisa jawab. Hal ini menimbulkan kecurigaan dari warga. Bukannya dibawa ke kantor polisi, tapi warga malah bertindak main hakim sendiri sehingga korban luka di kepala dan tangan," ujarnya.
Korban kemudian dirawat di RSUD Nabire. Tidak itu saja, anggota keluarga korban sempat mendatangi Kelurahan Bumi Wonorejo untuk menyerang warga di kompleks tersebut.

"Sempat terjadi lempar-lemparan dengan batu. Setelah mendapat informasi, anggota Polres Nabire datang ke lokasi untuk mengamankan situasi," tuturnya.

Kemudian, Minggu 15 Mei 2016, Prada Anggun Cahyo Utomo yang bertugas sebagai anggota intel Yonif 753/R Nabire datang ke IGD RSUD Nabire untuk mencari tahu identitas korban penganiayaan.
Melihat Prada Anggun, keluarga korban malah mengamuk dan menganiaya Prada Anggun Cahyo Utomo hingga meninggal dunia karena terluka pada bagian kepalanya.

"Kami sudah mengamankan dua orang yang diduga saat kejadian berada di RSUD Nabire. Mereka sedang diperiksa sebagai saksi di Polres Nabire. Mudah-mudahan dalam waktu secepatnya pelaku bisa segera terungkap dan diproses," paparnya.
(fds/okezone)
 
 

Jokowi Didesak Tuntaskan Kasus Pelanggaran HAM Paniai Papua


Joko Widodo saat berkunjung ke Kampung Hebeaibulu, Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Kamis (5/6/2014), dalam rangkaian Kampanye Pemilu Presiden 2014 (Foto: dok. satuharapan.com/Antara)

JAKARTA  - Sejumlah individu dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) penegak hak asasi manusia (HAM) mendesak Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, untuk segera menuntaskan penyelidikan kasus pelanggaran HAM berat Paniai, Papua.

Presiden selaku pemegang kekuasaan penyelenggara negara dan pemerintahan berkewajiban memastikan Komisi Nasional (Komnas) HAM sebagai lembaga pelayanan publik menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana digariskan dalam undang-undang, tanpa mengintervensi substansi penyelidikan yang kiranya dapat mencederai kemandirian Komnas HAM.

“Kami meminta Presiden RI untuk memerintahkan Komnas HAM untuk segera menjalankan penyelidikan kasus pelanggaran HAM berat Paniai melalui Tim Adhoc yang sudah mereka bentuk,” demikian tuntutan itu dalam siaran pers hari Kamis (19/5) di Jakarta.

Pelanggaran HAM di Paniai terjadi ketika empat anak mati ditembak, dua orang mengalami luka berat, dan 17 lain luka-luka akibat pengepungan dan penembakan yang diduga dilakukan aparat gabungan TNI dan Polri di Lapangan Karel Gobay, Paniai, Papua, pada 8 Desember 2014. Namun, hingga hari ini belum ada satu pun yang diseret dan diadili di Pengadilan HAM.

Mereka mencatat pada 28 Desember 2014, saat memberikan sambutan perayaan Natal di hadapan ribuan rakyat Papua di Lapangan Mandala Kota Jayapura, Papua, Jokowi menyatakan, "Saya ingin kasus ini diselesaikan secepat-cepatnya, agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang”.

Menurut mereka, Presiden telah menyatakan sikapnya, namun dalam prosesnya terkesan tidak serius untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM berat itu.

“Korban dan keluarga korban menantikan Presiden mewujudkan pernyataannya tersebut, namun ternyata proses pemenuhan janji tersebut berjalan lamban hingga melahirkan pesan tidak seriusnya negara menghadirkan keadilan di Paniai.”

Menurut mereka, korban atau keluarga korban harus menunggu 448 hari hingga Komnas HAM akhirnya menggunakan kewenangan hukumnya untuk membentuk Tim Adhoc, yang bertugas untuk menyelidiki pelanggaran HAM berat dalam kasus Paniai. Tepat pada 1 Maret 2016, Komnas HAM membentuk dan mengesahkan tim ini melalui SK Ketua Komnas HAM No 009/Komnas HAM/III/2016.

Tim Adhoc memiliki masa kerja 184 hari yang berlaku sejak 1 Maret 2016 hingga 31 Agustus 2016 untuk mengumpulkan berbagai data, informasi dan fakta, menyelidiki tingkat keterlibatan aparat negara serta merumuskan hasil penyelidikan yang nantinya akan dijadikan dasar penyidikan oleh Kejaksaan Agung untuk kemudian membawa para penjahat HAM diadili di pengadilan HAM.

“Namun sampai saat ini, Tim Adhoc belum melakukan tugasnya tersebut. Delapan puluh hari sudah berlalu sia-sia, ini merupakan bentuk penundaan keadilan yang sejatinya adalah penyangkalan terhadap keadilan itu sendiri, ironisnya hal ini justru kembali dilakukan oleh Komnas HAM.”

Oleh karena itu, Jokowi diminta untuk memerintahkan kepada kementerian dan lembaga negara terkait untuk mendukung kerja Tim Adhoc baik dari segi pembiayaan maupun kerja sama dalam memberikan infomasi atau data yang dibutuhkan.

“Kami juga menuntut Komnas HAM untuk segera memulai proses penyelidikan dan bila dibutuhkan memperpanjang masa kerja Tim Adhoc jika ternyata 104 hari yang tersisa tidak memadai bagi Tim Adhoc untuk melakukan kerja-kerjanya,” kata tuntutan bersama penegak HAM itu.

Sejumlah LSM penegak HAM itu di antaranya Papua itu Kita, LBH Jakarta, SKP-HAM Sulawesi Tengah, SETARA Institute, IKOHI, AJAR, LBH Pers, LBH Semarang, LBH Bandung, AHRC, Human Rights Working Group (HRWG), Imparsial, SIMPONI (Sindikat Musik Penghuni Bumi), CEDAW Working Group Indonesia (CWGI), Yayasan Satu Keadilan, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Kemudian PurpleCode Collective, KASBI, KPRI, IBC, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), Kiprah Perempuan, ICJR, KontraS, Human Rights Watch, Sekertariat Nasional APIK, AJI Indonesia, RPuK Aceh, Arus Pelangi, Solidaritas Perempuan, Perkumpulan Jubi, Yayasan Pusaka, Belantara Papua, FIM Papua, Garda Papua.

Selanjutnya LBH Pers Padang, Green Movement Indonesia, Center of Human Rights Law Studies (HRLS) Fakultas Hukum Unair, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk), FSEDAR, Aliansi Buruh Kontrak Menggugat, Pusat Perjuangan Rakyat Indonesia (PPRI), Islam Bergerak, Solidaritas Net, Politik Rakyat, Perempuan Mahardika, Norma Rae – Palu, KontraS Aceh, LBH Keadilan Bogor Raya, LBH Keadilan Sukabumi Raya, dan HaRI (Hutan Rakyat Institute).

Sementara itu secara individual yang turut mendukung pernyataan ini di antaranya Nancy Sunarno, Zico Mulia, Ayu Wahyuningroem, Frida Gultom, Dhyta Caturani, Lilik HS, Mugiyanto, Muhamad Daud Bereuh, Estu Fanani, Veronica Iswinahyu, Lini Zurlia, Whisnu Yonar, Bilven, Syahar Banu.

Kemudian Andreas Iswinarto, Agnes Gurning, Sinnal Blegur, Ibeth Koesrini, Wahyu Susilo, Frenia Nababan, Achmad Fanani Rosyidi, Olin Monteiro, Donna Swita, Cut Marini D.C, Sa'duddin Sabilurrasad, Bhagavad Sambadha, Dolorosa Sinaga, Irina Dayasih, Nursyahbani Katjasungkana.

Selanjutnya Leila Juari, Yuli Rustinawati, Irine Gayatri, Damar Juniarto, Roni Saputra, Norma Susanti RM, Rosnida Sari, Ratna Sary, Khairil, Taro Lay, Reza Muharam, Yunantyo Adi, Harry Wibowo, Yayak Yatmaka, Uchico San, Tantowi Anwari, Indraswari Agnes, Syamsul Alam Agus, Miryam Nainggolan, dan Wina Khairina.

Editor : Sotyati
Penulis: Melki Pangaribuan
SATUHARAPAN.COM




Banyak Situs Papua Merdeka, Pemerintah Siapkan Tentara Cyber

logo Indonesian Cyber Army
Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan siap membentuk Cyber Army untuk menangkal serangan-serangan radikal yang diluncurkan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab yang merendahkan pemerintah di dunia maya.

Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rosita Niken Widiastuti dalam forum konsultasi dan komunikasi (FKK) Bakohumas yang membahas tentang bagaimana Indonesia menghadapi tantangan Global di Mabes TNI Cilangkap (18/05/16) kemarin.

“Dirjen IKP tengah menyiapkan satu tim untuk membentuk cyber army atau tentara cyber karena musuh dari negara ini kan bukan sesuatu yang nyata, tetapi melalui peran paradigma, perang ideologi, untuk itu perlu ada tentara namun tentara cyber” kata Rosita dalam siaran pers Kemenko Polhukam.

Hadirnya tentara cyber sendiri akan sangat membantu pemerintah dalam berperang melawan derasnya gelombang serangan kelompok separatis Papua pimpinan Benny Wenda yang terus gencar ingin memisahkan Papua dari tubuh NKRI dengan terus mengekspos kelemahan pemerintah via jalur pelanggaran HAM masa lalu.

Sebut saja beberapa situs berita di Papua yang hingga saat ini terus membahas kasus pelanggaran HAM tanpa melihat keseriusan pemerintah Jokowi dalam membangun dan mendorong kemajuan di tanah Papua (HarianPapua.com)


Lahan Terampas, Masyarakat Adat Yerisiam Laporkan Perusahaan Sawit ke RSPO

Perusahaan yang menghancurkan lahan adat di Nabire. Foto: Yayasan Pusaka
Suku Besar Yeresiam Gua didampingi Yayasan Pusaka melaporkan PT Nabire Baru, kepada organisasi sawit berkelanjutan, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Lahan adat mereka di Kampung Sima, Distrik Yaur, Kabupaten Nabire, Papua, terampas perusahaan sawit ini. Berdasarkan surat dari Masyarakat Adat Yerisiam, perusahaan lain yang juga bercokol di lahan adat mereka juga ada PT Sariwana  Adhi Perkasa dan PT Sariwana Unggul Mandiri.

Surat kepada RSPO tertanggal 19 April 2016, tertanda,  Y.L. Franky, selaku Direktur Pelaksana Yayasan Pusaka  ini menyebutkan, perusahaan yang beroperasi di kawasan hutan di Distrik Yaur, Nabire, Papua ini,  anak perusahaan Goodhope Asia Holdings Ltd, yang dimiliki Carson Cumberbatch PLC asal Sri Lanka. Goodhope merupakan anggota RSPO sejak Desember 2014.

“Berdasarkan laporan masyarakat dan temuan kami di lapangan, perusahaan melanggar prinsip dan kriteria RSPO untuk produksi minyak sawit berkelanjutan, serta melanggar peraturan perundang-undangan maupun hukum-hukum adat masyarakat pemilik ulayat, Suku Yerisiam Gua,” kata Franky dalam surat itu.

Dia menyebutkan,  beragam pelanggaran itu, antara lain Nabire Baru merampas hak-hak adat tanpa musyawarah dan persetujuan masyarakat adat Yerisiam. Padahal, mereka pemangku hak tanah. Perusahaan, katanya,  hanya bertemu dan mempengaruhi kelompok masyarakat tertentu serta menimbulkan perpecahan antara masyarakat adat Yerisiam.

Masyarakat adat Yerisiam,  berulangkali mengadukan permasalahan perampasan hak, penderitaan, kerugian, serta kekerasan Brimob dalam menangani permasalahan. Pemerintah dan perusahaan mengabaikan. “Tak menghormati suara dan keluhan masyarakat,” katanya dalam surat itu.

Lahan adat di Nabire yang dibuka perusahaan untuk kebun sawit. Foto: Yayasan Pusaka
Lahan adat di Nabire yang dibuka perusahaan untuk kebun sawit. Foto: Yayasan Pusaka

Perusahaan, kata Franky,  juga membongkar hutan alam yang bernilai penting secara ekologi dan terjadi deforestasi. Dampaknya, masyarakat kehilangan sumber pendapatan. Bahkan, kini banjir hebat menggenangi Kampung Sima tempat berdiam Suku Yerisiam ini.

Bukan itu saja. Pada Rabu (13/4/16), perusahaan juga membongkar dan merusak hutan keramat serta dusun sagu sumber pangan masyarakat adat Yerisiam di tempat bernama Dusun Jarae dan Manawari.
Padahal, masyarakat telah bertemu mengadukan rencana penggusuran kepada DPRD Nabire pada 7 Februari 2016. “Namun perusahaan yang dilindungi Brimob, tak peduli pengaduan masyarakat.”

Franky mengatakan, Nabire Baru jelas-jelas melanggar prinsip dan kriteria RSPO, yakni, pertama, perusahaan tak transparan dan belum memberikan informasi kepada masyarakat. Masyarakatpun tak memiliki berbagai dokumen-dokumen legal perusahaan sejak awal operasi. Kedua, perusahaan juga tak patuh UU dan peraturan berlaku. Termasuk Peraturan Daerah Khusus Papua tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan dan Peraturan Daerah Khusus Papua soal Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Hak Perorangan.

Ketiga, perusahaan tak bertanggung jawab atas lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keragamanhayati. “Usaha kebun baru perusahaan juga tak bertanggung jawab,” ujar dia.

Berdasarkan fakta-fakta itu, masyarakat adat bersama Yayasan Pusaka menuntut dan mendesak RSPO segera memeriksa dugaan penyimpangan perusahaan ini. Meminta RSPO menyelesaikan konflik terbuka dengan melibatkan masyarakat Yerisiam. “Jika terdapat penyimpangan, beri sanksi perusahaan, cabut sertifikat RSPO Nabire Baru maupun perusahaan induk.”

Mereka juga mendesak Nabire Baru memberikan ganti kerugian dan menghentikan operasi, kecuali mendapat persetujuan masyarakat Yerisiam.

Laporan masyarakat adat Yerisiam ini juga dikirimkan ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri Agraria dan Tata Ruang,  Gubernur Papua Maupun Bupati Nabire.

Banjir di Sima, Papua, dampak lingkungan makin rusak. Foto: Yayasan Pusaka
Banjir di Sima, Papua, dampak lingkungan makin rusak. Foto: Yayasan Pusaka

Bagian Pengaduan RSPO di Indonesia, akan menindaklanjuti pengaduan ini.  Amalia Falah Alam, Indonesia Complaints Coordinator  RSPO mengatakan, mereka tengah klarifikasi ke perusahaan.
Dikonfirmasi Mongabay melalui surat elektronik, perusahaan mengatakan, masalah terkait Nabire Baru itu diawali friksi antara seorang politikus lokal, Hanebora dengan perusahaan kayu sebelum Nabire Baru, masuk. “Masalah hilang begitu saja tanpa publikasi lebih lanjut.”

Nabire Baru menyatakan, sudah ada program kepada pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola praktik lingkungan yang baik dan pemberdayaan sosial masyarakat sekitar, ganti rugi tanah dan kerjasama dengan masyarakat yang ingin memberikan tanah mereka.

Keterangan  perusahaan, menyebutkan, mereka sudah memenuhi beberapa penilaian high conservation value (HCV), high carbon stock (HCS) dan SIA termasuk Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), sesuai aturan pemerintah. Perizinan lain, seperti izin usaha perkebunan, izin dari pemerintah provinsi sampai hak guna usaha (HGU) juga sudah selesai.

Bahkan, demi membangun saling pengertian soal publikasi berita di Nabire, disebutkan pula, baru-baru ini perusahaan bekerja sama dengan kontributor media online lokal. Kerjasama ini  dikatakan perusahaan sebagai upaya menghindari tuduhan  palsu lanjutan dan berita yang disalahgunakan oleh beberapa orang dengan kepentingan pribadi.

Perusahaan membantah kalau ada kekerasan Brimob. Nabire Baru malah menyebut tudingan ini sebagai upaya mendistorsi fakta karena beberapa kepentingan menggunakan media dan organisasi masyarakat sipil. “Untuk memberi informasi salah dengan tuduhan tak berdasar terhadap Nabire Baru atau instansi pemerintah, misal, Brimob tujuan utama mendapatkan keuntungan finansial dari perusahaan.”

Perusahaan mengklaim, warga di sana menerima kehadiran Brimob untuk menjaga keamanan, dan hanya satu keluarga mantan kepala suku, Hanebora, sejalan dengan LSM dan media terus mencemarkan nama baik perusahaan untuk tebusan.

“Masalah ini telah diklarifikasi Brimob dan instansi pemerintah daerah dalam berbagai pertemuan konsultatif dengan masyarakat setempat dan perusahaan. Tak ada kekerasan Brimob. Masyarakat, termasuk Suku Yerisiam memahami dan menerima kehadiran Brimob untuk menjaga perdamaian dan mengantisipasi potensi ancaman dari gerombolan bersenjata.” Perusahaan bilang, Brimob hadir di kebun Nabire Baru, berdasarkan keputusan polisi dan pemerintah lokal demi alasan keamanan.

Sebelumnya, Dewan Adat Papua, John Gobai mengadu kepada Komnas HAM keteribatan Brimob mengamankan kebun sawit. Pada Juni 2013, seorang warga Titus Money, diamankan polisi. Dalam surat jawaban Polres Nabire ke Komnas HAM,  beralasan penahanan polisi karena Money bikin ribut dan mabuk di kebun perusahaan. Dalam kasus ini, Nabire Baru membayar denda adat Rp50 juta.

Warga Sima, kini harus menghadapi banjir kala hutan dan lingkungan mereka mulai rusak. Foto: Yayasan Pusaka
Warga Sima, kini harus menghadapi banjir kala hutan dan lingkungan mereka mulai rusak. Foto: Yayasan Pusaka (mongabay.co.id)


Filep Karma: Pembangunan Papua Bukan Untuk Rakyat Papua

11 tahun mendekam di penjara karena memperjuangkan apa 
yang ia sebut ketidakadilan dan hak kebebasan.
Eks tahanan politik sekaligus tokoh pro kemerdekaan Papua, Filep Karma, mengatakan kebijakan Presiden Jokowi yang mempercepat pembangunan infrastruktur di Papua dan mengedepankan pendekatan lunak terhadap persoalan politik, bukanlah untuk kepentingan masyarakat Papua.

“Rakyat Papua tidak meminta itu,” kata Filep Karma yang dibebaskan dari Penjara Abepura, Jayapura, pada pertengahan November 2015 lalu.

Filep, kelahiran 15 Agustus 1959, sebelumnya dihukum 14 tahun penjara karena dianggap terbukti menaikkan bendera Bintang Kejora.

Sebelum membebaskan Filep, Presiden Jokowi telah memberikan grasi kepada lima orang tapol yang terlibat Organisasi Papua Merdeka (OPM). Walaupun masih dipertanyakan pelaksanaannya, Jokowi juga menyatakan akan mencabut persyaratan ketat bagi jurnalis asing untuk memasuki Papua.

Sejauh ini, Presiden Jokowi telah mengunjungi Papua lebih dari tiga kali untuk meresmikan berbagai proyek pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan jalan dan bandar udara.

Tetapi di mata Filep Karma, apa yang dilakukan Jokowi di Papua, “untuk kepentingan penjajahan dan bukan kepentingan rakyat Papua”.

Selengkapnya inilah petikan wawancara dengan Filep Karma seperti dari BBC Indonesia :

Bagaimana kehidupan Anda setelah dibebaskan dari penjara semenjak November 2015 lalu?
Setelah lepas dari penjara, saya masih diikuti intelijen. Tapi prinsip saya, saya mau hidup bebas. Jadi, saya tidak peduli diikuti intelijen, tapi kalau intelijen sampai menganggu aktivitas saya, atau menekan saya, membuat saya tidak nyaman, saya langsung mendatangi mereka dan saya akan bilang: ‘Anda intelijen ‘kan? Kenapa Anda mengikuti saya’.

Kalau saya selalu tertekan, ketakutan terhadap intelijen, hidup saya tidak akan bebas lagi.

Tapi otoritas hukum Indonesia mengatakan pemantauan terhadap Anda dilakukan agar Anda tidak kembali melakukan aktivitas separatisme?

Oh, tidak apa-apa. Saya tidak takut. Penjara itu rumah saya. Jadi penjara itu bagi kami, para pejuang, itu rumah kami. Karena kami kalau tidak di luar, ya dipenjara. Jadi ibaratnya, penjara itu rumah alternatif kedua.

Presiden Joko Widodo telah beberapa kali ke Papua untuk meresmikan proyek pembangunan infrastruktur. Mayoritas masyarakat Papua juga memilih dia dalam pemilu lalu. Presiden juga membuat kebijakan baru agar aparat militer tidak boleh melakukan pelanggaran HAM. Apakah Anda dapat menerima kebijakan Jokowi seperti itu?

Kami sudah tidak percaya sama sekali dengan pemerintah Indonesia. Karena selama bersama Indonesia, kami diperlakukan secara diskriminatif dan rasialis.

Jadi itu tidak bisa mengubah ideologi kami, dan apapun Jokowi yang mau bangun di Papua, itu ‘kan untuk kepentingan penjajahan, bukan kepentingan rakyat Papua.

Rakyat tidak meminta itu. Jokowi tidak pernah mendengarkan rakyat mau apa. Tapi ini Jokowi berpikir: ‘oh ini menurut Jokowi ini yang terbaik bagi rakyat Papua’. Itu pikiran Jokowi, bukan pikiran rakyat Papua.

Tapi bukankah saat ini banyak orang Papua sudah menjadi pemimpin pemerintahan di Papua? Lagipula mayoritas masyarakat Papua telah memilih Jokowi dalam pemilu lalu?

Itu tidak menjamin. Orang Papua mau menjadi gubernur, mau menjadi bupati, itu tidak menjamin.
Bapak saya menjadi bupati di Wamena, di jam kerjanya komandan Kopassus di Wamena masuk dan menodong pistol di depan muka bapak saya, meminta uang.

Bapak saya katakan: ini uang rakyat, bukan uang pribadi. Tidak bisa saya berikan kepada Anda. Kalau Anda mau tembak, silakan tembak saya. Itu terjadi pada 1977.

Bukankah sekarang sudah banyak terjadi perubahan yang lebih baik di Papua, setelah ada reformasi 1998 dan ada kebijakan terbaru dari Presiden Jokowi?

Tidak ada perubahan. Jadi kalaupun orang Papua menjadi bupati, dia hidup dalam tekanan, karena mereka selalu dimintai uang oleh Komandan Kodim atau Kapolres.

Kalau tidak kasih, nanti mereka ciptakan macam-macam masalah di sana, seperti OPM (Organisasi Papua Merdeka) menyerang, dan sebagainya.
 
Dan itu selalu digunakan, sehingga setiap tanggal bersejarah bagi bangsa Papua, mereka melakukan show force (pamer kekuatan), lalu membuat himbauan-himbauan, jangan bikin ini, jangan bikin itu, akan kami tindak tegas di tempat.

Dan itu yang mereka lakukan. Jadi TNI-polisi sendiri yang menciptakan suasana jadi tegang, bikin rakyat ketakutan.

Faktanya, Papua telah mendapat dana luar biasa dari pusat melalui kebijakan otonomi khusus, dari tahun ke tahun?

Yang kami dapat itu terlalu kecil dibandingkan dengan apa yang diambil Indonesia dari Freeport.
Jadi saya tidak mengatakan dana itu banyak, tidak. Itu terlalu kecil, karena apa yang diambil Indonesia dari Freeport lebih banyak daripada yang dia berikan.

Ibarat kalau kita makan ayam, itu hanya kulit-kulitnya yang dikembalikan ke Papua, tapi daging seluruhnya dimakan di Jakarta. *** (metromerauke.com)

Foto: www.cnnindonesia.com


 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger