FRI-WP dan KMP: Pak Jokowi, Tolong Selesaikan Kasus HAM di Tanah Papua

Peta Papua
Ternate - Siang itu terik dan Aula STIKIP Kie Raha menjadi saksi bisu mahasiswa yang menyuarakan HAM di tanah Papua melalui pemutaran film sejarah West Papua dan diskusi bertema Perjuangan Self Determination West Papua dan Kewajiban Solidaritas Kemanusiaan Rakyat Indonesia, Selasa (13/11/2018).

“Kami mengharapkan pemerintahan Jokowi menyoroti kasus HAM di Papua. Kami tidak mau lagi diperlakukan seperti setengah binatang, dihina, dicaci, dan dianggap seperti pembawa bangkai.” Terang Daniel Korwa, anggota Komunitas Mahasiswa Papua (KMP), di tengah-tengah diskusi.

Keluh-kesah kesah tersebut tidak hanya disuarakan oleh anggota KMP, tetapi juga dari seluruh peserta diskusi. Perwakilan Front Rakyat Indonesia-West Papua (FRI-WP) juga menyinggung bahwa pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya lebih buruk ketimbang kolonialisasi Belanda.

Menurutnya, telah terjadi transmigrasi yang membuat hutan Papua sebagai tempat tinggal rakyat Papua berkurang karena dikonversi menjadi permukiman. Lalu upah yang diterima oleh rakyat papua dalam pembangunan bendungan dan irigasi juga minim.
“Pernah terjadi transmigrasi besar-besaran ke Papua yang mengakibatkan hutan  dibongkar dan dijadikan permukiman. Warga Papua juga mendapat upah minim bahkan tidak dibayar dalam pekerjaan membuat bendungan dan irigasi untuk sawah dan perkebunan.” Ucap Arbi M. Nur mewakili FRI-WP dalam diskusi.
Selain itu, diskusi ini juga mengundang para mahasiswa dan organisasi-organisasi di Kota Ternate untuk mendiskusikan persoalan Papua.

“Kawan-kawan mahasiswa maupun Papua dan organisasi setidaknya bisa berjuang untuk menyelesaikan persoalan hak asasi manusia di Papua. Semoga jua bisa mendukung masyarakat Papua untuk melaksanakan referendum.” terang Isra selaku moderator diskusi yang juga aktif dalam organisasi Pembebasan.

Penentuan Pendapat Rakyat
Sejarah mencatat, banyak kontroversi dalam referendum Papua ikut Indonesia atau merdeka. Sebagian pihak menganggap bahwa Pepera merupakan langkah yang tepat dan harus dilakukan agar kekayaan alam Papua tidak jatuh ke tangan Amerika. Sebaliknya, langkah Presiden Soekarno pada waktu itu dianggap sebagai bentuk persekongkolan antara Indonesia dengan Amerika.

 
Perjanjian New York yang menyatakan bahwa Papua ikut Indonesia.



Namun dalam Perjanjian New York atau New York Agreement yang ditandatangani oleh Subandrio selaku perwakilan Indonesia serta J. H. van Roijen dan C. Schurmann dari pihak Kerajaan Belanda menandaskan bahwa Papua menjadi milik Indonesia. Namun yang menjadi permasalahan adalah proses pelaksanaan referendum yang dinilai sarat akan pelanggaran.
Langkah Pemerintah
Masalah HAM di Papua merupakan hal yang kompleks, tetapi disadari atau tidak pemerintah Jokowi telah melakukan beberapa upaya advokasi HAM di Papua. Di lain sisi masyarakat juga harus melihat permasalahan dari sisi positif dan negatif.

Hal tersebut diwujudkan dalam proker Perhimpunan Advokasi dan Kebijakan HAM Papua (PAK HAM Papua). Proker ini memiliki motto “hentikan kekejaman” dan menyasar konflik vertikal di mana warga negara berseteru dengan pemerintah dan horizontal yaitu warga antar warga. Sejauh ini PAK HAM Papua telah melakukan beberapa hal diantaranya kampanye #Savekakabas.

Kami mengharap pemerintah menanggapi kegiatan kami, kalau tidak kami akan melaksanakan aksi besar. “Kami akan melakukan demonstrasi besar di seluruh Indonesia saat ulang tahun kemerdekaan Papua Barat.” Saat Daniel Korwa dimintai keterangan pasca diskusi. (MDZ)


Semarak.news

Stadion Papua Bangkit Mirip dengan Venue Terbesar Kedua di Dunia

Stadion Papua Bangkit mirip dengan stadion terbesar kedua di dunia, Salt Lake di India. © Internet
Stadion Papua Bangkit yang akan menjadi Stadion utama perhelatan PON XX di Papua pada 2020 mendatang, disebut-sebut memiliki kemiripan dengan stadion sepak bola terbesar kedua di dunia, Salt Lake di India.

Stadion Salt Lake yang berkapasitas 120.000 penonton itu adalah markas dua klub sepak bola elite India asal Kota Kolkata, East Bengal FC dan Mohun Bagan AC.

Jika dilihat dari tampak atasnya, atap Stadion Salt Lake nyaris mirip dengan atap lingkar yang terpasang di Stadion Papua Bangkit, begitupun dengan desain tribunnya.

Stadion Salt Lake di India. © Internet
Dua stadion ini juga sangat mirip jika dilihat dari pola desain tiang penyangganya tanpa menggunakan cangkang. Kemiripan itu bahkan diiyakan oleh salah seorang sumber dalam pengerjaan proyek Stadion Papua Bangkit.

 "Kalau dilihat dari sudut luar tanpa menggunakan cangkang, stadion Papua Bangkit ini mirip dengan Stadion Olympia Berlin. Namun lebih mirip sekali dengan Stadion Salt Lake di India," ujarnya saat dihubungi INDOSPORT, Kamis (15/11/18).


Stadion Papua Bangkit dalam proses pembangunan. © Internet

Stadion Papua Bangkit sendiri sudah memasuki tahap 85 persen pembangunannya. Meski memiliki daya tampung yang tidak sebesar Gelora Bung Karno, namun stadion yang berkapasitas 40.000-45.000 penonton ini adalah stadion terbesar di kawasan Indonesia Timur.

Stadion yang akan menjadi ikon Papua ini juga sudah bertaraf internasional dengan standar FIFA dan dilengkapi dengan lapangan pendamping untuk menggelar latihan yang juga menggunakan rumput berjenis Zoysia Matrella.

"Iya, untuk rumput lapangan latihannya juga menggunakan jenis Zoysia Matrella. Lokasinya tepat berada disamping Stadion," jelasnya.

Stadion yang terletak di bawah kaki pegunungan Cycloop ini direncanakan bakal rampung pada Maret 2019 mendatang.







Penulis: Sudjarwo | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo INDOSPORT.COM

Ke Papua, Presiden Jokowi Akan Resmikan Monumen Kapsul Waktu

KOMPAS/ALIF ICHWAN Presiden Joko Widodo didampingi Ny Iriana Joko Widodo memasuki pesawat kepresidenan untuk bertolak ke Amerika Serikat dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Minggu (14/2/2016).
SINGAPURA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo bertolak ke Papua dalam rangka kunjungan kerja, Jumat (16/11/2018.

Mengawali kunjungan kerjanya, Presiden Jokowi akan meresmikan Monumen Kapsul Waktu di Kabupaten Merauke.

Presiden didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo diagendakan menyaksikan peletakan kapsul waktu ke dalam cangkang oleh 36 orang anak-anak.

Setelah itu, Presiden akan menuju Masjid Raya di Merauke untuk menunaikan shalat Jumat yang kemudian dilanjutkan dengan santap siang di salah satu rumah makan.

Selepas itu, Kepala Negara dijadwalkan menuju ruas Jalan Merauke-Sota Kilometer 23, Kabupaten Merauke, untuk meninjau pembangunan drainase/culvert box.

Pada sore harinya, Presiden akan meninjau Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Sota. Setelahnya, Presiden akan kembali ke hotel tempatnya beristirahat untuk bermalam dan melanjutkan agenda kerja keesokan harinya.

Diketahui, Presiden akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Port Morresby, Papua Niugini, pada Sabtu (17/11/2018).

Kompas TV Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menggelar pertemuan mendadak dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di sela-sela KTT Asean di Singapura. Dari pertemuan itu Amerika Serikat dan Indonesia sepakat untuk mempererat kerja sama.


Editor   Krisiandi
Kompas.com - 16/11/2018

 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger