Home » , , » MENGEJAR CITA-CITA SAMPAI DI PULAU JAWA HANYA UNTUK KEBAHAGIAAN DI SURGA

MENGEJAR CITA-CITA SAMPAI DI PULAU JAWA HANYA UNTUK KEBAHAGIAAN DI SURGA

MENGEJAR CITA-CITA SAMPAI DI PULAU JAWA HANYA UNTUK KEBAHAGIAAN DI SURGA 
 Lika liku hidup dan kisah perjuangan Almarhumah Yuliana Tekege 

 ( CP / Tomoki )

CERMIN PAPUA.COM
Untuk mengejar cita-citanya Yuliana terpaksa meninggalkan tanah Papua menuju pulau Jawa tanpa ada orang yang mengetahui jejak kakinya, termasuk kedua orang tuaku dan saudara-saudariku di Desa Modio kabupaten Dogiyai Papua Barat.

Nekad Meninggalkan Tanah Papua
Tepat pada tahun 1996 Yuliana selesaikan sekolah menengah atas (SMA) di kota Sorong dengan nilai yang cukup memuaskan. Untuk melangkah ke jenjang yang selanjutnya, Ia pun harus menyampaikan kabar kepada kedua sanak saudaranya di Nabire agar bisa dapat biaya studinya. Namun jawaban yang Ia peroleh dari kakaknya sebagai seorang PNS, bahwa Ia harus kawin/nikah saja. Walaupun sudah tidak ada harapan bagi dirinya untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Ia tidak pernah merasa putus asa atau menyerah begitu saja. Ia terus berusaha dan berjuang untuk bisa mengejar cita-citanya ke jenjang yang lebih tinggi.
Selang waktu berjalan Ia pun harus berpisah dengan teman-temannya yang selalu susah senang bersama di Kota Sorong, tempat dimana Ia menimbah ilmu pada jenjang menengah atas SMA. Kebanyakan dari teman-temannya berangkat menuju Ibu Kota Provinsi Jayapura dan Manokwari untuk melanjutkan studi disana.
Kota Sorong bagaikan sepih karena Ia ditinggal pergi oleh semua orang yang Ia kenal semasa sekolahnya. Sehari sebelum kapal balik tujuan Jawa, bersandar di Pelabuhan Sorong Ia pun bertemu dengan seorang teman satu angkatan juga di SMA, saat sedang belanja di pasar karena teman itu, mau berangkat ikut kapal ke Jawa untuk melanjutkan studi disana. Meraka pun saling menyapa dan teman itu, bertanya kepada Yuliana, lanjut kuliah dimana? Yuliana hanya diam termenum, mungkin karena berat bagi dirinya untuk menjawab, tetapi teman itu mengerti karena sudah tahu Yuliana, sejak awal mereka bertemu menjadi teman sekolah di SMA. Teman yang orang tuanya bekerja di Sorong itu, cukup memperhatikan dan membantu Yuliana selama mereka menjadi teman sekolah.
Saat pertemuan dengan temannya itu, menjadi awal munculnya keinginan bagi Yulianan untuk mengejar cita-cita di pulau Jawa bersama temannya. Walaupun Ia tidak memiliki modal dana apapun bahkan tidak tahu situasi dan kehidupan di pulau Jawa, tetapi hanya dengan modal nekat dan niat saja, Ia pun harus memutuskan untuk berangkat mengejar cita-citanya ke pulau Jawa. Begitu kapal tiba di pelabuhan Sorong, Ia pun meninggalkan tanah Papua tanpa ada satu orang pun yang mengetahui. Mungkin hanya Tuhan yang mengetahui rencana dan tujuannya.

Mengenal Kehidupan Ibu Kota dan Kisah Perjuangannya
Begitu sampai di pulau Jawa tepatnya di Ibu Kota Jakarta Yuliana pun tinggal bersama temannya di satu kos. Walaupun ada keinginan bagi Yuliana untuk masuk kuliah langsung seperti temannya, namun karena tidak memiliki uang untuk mendaftarkan diri di perguruan tinggi, Ia pun harus tunda untuk mencari uang terlebih dahulu, agar bisa melanjutkan pada tahun berikutnya.
Untuk mendapatkan uang secukup kuliah Ia pun harus bekerja keras dengan mencari pekerjaan, maka Ia pun mulai mengajukan lamaran kerja ke tempat-tempat yang mereka buka lowongan. Dari beberapa lamaran yang Ia pernah ajukan, hanya satu yang berhasil dan diterima, tepatnya di Pangkalan Angkatan Laut sebagai Customer Service dengan upah sebesar Rp. 150.000 perbulan. Walaupun kerja yang berat bagi dirinya, sebagai seorang perempuan. Namun tidak ada kata menyerah bagi Ia untuk menjalani.

Satu tahun sudah Ia melewati bersama pekerjaannya, Ia pun mulai mendaftarkan diri di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, untuk melanjutkan kuliah. Walaupun beban biaya kuliah dan beban biaya hidup yang Ia tanggung, namun hari-hari Ia melewati bagaikan tiada beban dalam hidupnya. Beban hidup yang semakin berat membuat Ia memutuskan untuk menjadi pedagang asongan, sebagai pekerjaan sampingan pada siang harinya sebelum kuliah atau setelah selesai pekerjaan Coustomer Service. Ia pun melewati hari-harinya di Ibu Kota Negara, di atas terik matahari dan hujanpun dengan berjualan di dalam kereta api tujuan Jakarta - Bogor, di jalanan maupun di terminal. Selama empat tahun lamanya Ia berjuang hanya untuk mendapatkan gelar Diploma Tiga Pendidikan Agama (Amd).

Perjuangan yang berat dan cukup melelahkan tetapi Ia melewati tanpa kata menyerah. Setelah berhasil selesaikan Diploma Tiga, Ia pun memutuskan untuk melanjutkan jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu S1 (stara satu) di Kota Malang Jawa Timur. Satu tahun Ia memutuskan untuk mencari uang dengan berjualan keliling kota Malang, untuk menawarkan barang jualan seperti pakaian, rumpi, dompet, dan barang lainnya kepada orang.

Hari Tuhan Bagi Dirinya
Pada hari minggu Ia pun menempatkan diri ke gereja untuk bergumul dengan Tuhan, sehabis ibadah ada pengumuman yang disampaikan oleh pengurus gereja (Dewan Paroki) bahwa akan diadakannya kegiatan pelatihan usaha dan bisnis bagi kaum muda mudi katolik dengan gratis. Ia pun tidak melewatkan peluang itu untuk ikut. Selain mendapatkan ilmu, Ia juga dapat berkenalan dengan beberapa pengusaha asal Cina. Hampir semua orang yang hadir di dalamnya kebanyakan asal dari Cina dan Ia cukup mendapatkan perhatian khusus dari semua orang yang hadir. Karena Ia satu-satunya dari Papua yang ikut sebagai peserta di dalam kegiatan itu.
Bagi Yuliana sebagai seorang pedagang asongan selama berada di ibukota Negara di Jakarta dan momen itu sebagai peluang yang harus dimemanfaatkan untuk menawarkan jualannya kepada orang-orang yang hadir dalam kegiatan tersebut. Sehingga begitu kegiatan selesai Ia pun mulai menawarkan barang jualannya dan banyak dari mereka yang hadir simpati padanya. Ada yang beli jualannya, ada yang hanya memberikan uangnya tanpa mengambil barang jualannya, dan ada yang hanya meminta alamat tempat tinggalnya. Tidak terasa satu tahun Ia melewati dengan pekerjaan yang cukup membosankan ini, dengan keliling kota Malang setiap hari dengan membawa jualan. Saatnya Ia pun mulai mendaftar diri di perguruan tinggi untuk mengambil S1 pendidikan agama di IPI ( Perguruan tinggi swasta punya katolik).
Perjuangan belum usai, Ia terus berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan gelar S1 dengan hasil jualan pakaian, rompi, dompet dan barang-barang lainnya. Tanpa mengenal lelah, terik matahari, hujan, panas dingin dan menahan lapar, haus, sakit, selama kurang lebih empat tahun Ia berjuang keras untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan (Spd). TETAPI MUNGKIN TUHAN MENGHENDAKI DIA UNTUK TIDAK MENIKMATI HASIL JERIH PAYAH DAN PENGORBANANNYA DI DUNIA INI. SEHINGGA TEPAT SEBELUM SEMINGGU SEBELUM WISUDA, DIA MENGHEMBUSKAN NAFAS TERAKHIRNYA, DI RUMAH SAKIT KOTA MALANG.
Lika liku hidup dan kisah perjuangan ini, saya tulis sesuai cerita singkat dari Almarhumah sendiri, pada saat ketemu untuk pertama dan terakhir kalinya di Natal bersama Nabire Paniai tahun 2003 di Malang. 
Hanya satu kata untukmu bahwa mungkin waktu yang dikehendaki untuk engkau mengukir kisah ini, sehingga aku hanya bisa tuliskan kisahmu, lewat sebuah tulisan ini. Selamat menikmati kebahagiaan bersama Bapa di surga...! ( CP / Tomoki )

Bagian I   

Share this video :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger