Oleh: Elias Bidaugi Pigome
Jumat, 01 April 2011 13:09Papua Post - SABTU (19/3/2011) seorang hamba Tuhan melepon saya. Ia mengatakan, “Saudara punya hati untuk melihat penderitaan pendidikan di SD YPPK Wagomani?”. SD ini didirikan pada tahun 1950. Usianya memang cukup tua, tetapi sampai sekarang belum terlihat kemajuan dan perubahan dalam hal pengembangan prasarana dan sarana sekolah.
“Saya sebagai hamba Tuhan menyampaikan bahwa kami membutuhkan dukungan dari pemerintahan dan donatur lain yang bisa membantu SD YPPK Wagomani di Distrik Tigi Barat, Kabupaten Deiyai. Terutama dalam hal pengembangan pendidikan menuju kecerdesan generasi penerus bangsa,” ungkap Hamba Tuhan.
Kalau generasi penerus bangsa berhasil dalam pendidikannya berarti daerah itu berubah untuk suku bangsa yang belum berubah dalam pendidikan. Jikalau ada jaringan atau partner kerja, Pastor Paroki Segala Orang Kudus (SOK) Diyai terbuka untuk mendukung pengembangan pendidikan baik tenaga pengajar, fasilitas sekolah, perumahan guru maupun pengadaan buku.
“Saya selalu keliling setiap gereja di pedalaman Papua, khusus di wilayah Paroki Diyai ini belum terlihat berupa bantuan sarana dan prasarana pendidikan,” kata Pastor Paroki Diyai, Pater Amandus Fahik, Pr.
Saat memimpin perayaan ekaristi di Gereja Katolik St. Yosep Wagomani, Pater Amandus mengutarakan betapa pentingnya pendidikan, sehingga ia berusaha mencaritahu sumber-sumber dana yang sekiranya bisa membantu pendidikan di pedalaman Papua, khususnya SD YPPK Wagomani.
Kegelisahan Pater Amandus melihat dunia pendidikan, diungkapkan kembali pada 20 Maret 2011. Ia memandang penderitaan pendidikan tidak hanya berbasis Katolik (SD YPPK Wagomani), tetapi umumnya di wilayah Meuwo, pendidikan perlu diberi perhatian khusus.
Ini memang benar adanya. Sebab adalah fakta yang sedang terjadi dalam bidang pendidikan dan seharusnya adalah perhatian dari pemerhati dan pemerintah. Sayangnya, dari tahun 1950 sampai saat ini pengembangan pendidikan belum baik. Sekolah-sekolah yang ada dulu hingga sekarang adalah sekolah swadaya yang dibangun oleh masyarakat sendiri.
Mengapa masyarakat sendiri membangun sekolah swadaya dari dulu hingga sekarang? Pandangan dari masyarakat Mee di wilayah Meuwo bahwa sekolah itu sangat penting, sehingga membangun dengan swadaya untuk mengembangkan sekaligus sebagai asset sekolah yang ada, yakni Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik (YPPK) dan Yayasan Pendidikan Persekolahan Gereja Injil (YPPGI) di Tanah Papua sesuai dengan konteks daerah yang penduduknya Protestan/Kingmi dan Katolik di wilayah Pedalaman Papua.
Setidaknya pemberdayaan pendidikan dua yayasan ini prioritas utama dalam pengadaan buku paket yang layak pakai sesuai dengan standart nasional. Sebab, kami memantau setiap daerah dimana ada sekolah yayasan itu pasti saja tidak ada fasilitas penunjang, kesejahteraan bagi guru kurang bagus, perumahan maupun fasilitas sekolah juga apa adanya.
Seharusnya kedua lembaga pendidikan itu perlu perhatian khusus dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta yang peduli pendidikan di pedalaman Papua berupa donasi dalam pengembangan pendidikan yang lebih baik tentunya.
Bagaimana membangun sekolah yang layak mendidik untuk anaknya, sedangkan fasilitas tidak menjamin? Tentunya fasilitas tidak menjadi barometer dalam pendidikan, tetapi tahun ke tahun fasilitas sekolah begitu memprihatinkan, karena pemerintah daerah tidak memikirkan betapa pentingnya pengembangan pendidikan. Lihat saja ulasan diatas ini dari seorang Pastor yang cukup antusias menanggapi persoalan pendidikan yang sedang dialami salah satu daerah yang kurang diberi perhatian oleh pemerintah.
Harapan kami kedepannya prioritas utama adalah pendidikan berupa pengadaan buku paket untuk guru dan murid serta membangun fasilitas sekolah, sarana dan prasarana lainnya. Semoga ada perhatian khusus terhadap pendidikan Protestan/Kingmi dan Katolik untuk program pengembangan pendidikan di masa mendatang. *) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta
0 komentar:
Post a Comment