Nabire -- Rakyat Papua di Kabupaten Nabire dan sekitarnya yang tergabung dalam
Koalisi Rakyat Papua Kabupaten Nabire (KRPKN) menggelar aksi demontrasi
menolak hasil PEPERA 19 Juli 1969 yang digelar di Nabire dan meminta
segera dilakukan referendum untuk Papua, Kamis, (19/7).
Seperti diberitakan media ini pada edisi, Selasa (17/7), pihak
kepolisian tidak menerbitkan Surat Tanda Terimah Pemberitahuan (STTP)
tetapi KRPKN tetap menggelar aksi di tempat pelaksanaan PEPERA di
wilayah Paniai pada 19 Juli 1969 silam, di sekitar halaman kantor Bupati
Nabire yang terletak di Jalan Merdek.Dari pantauan media ini, masa aksi
berkumpul di Taman Bunga Bangsa Oyehe dan di pasar Karang Tumaritis.
Kelompok yang berkumpul di Taman Bunga Bangsa Oyehe menjemput kelompok
yang berkumpul di pasar Karang Tumaritis dengan long march melalui
jalan Merdeka. Setelah menjemput, masa aksi long march menuju ke titik
aksi melewati jalan Jendral Sudirman, Bukit Meriam menuju ke Air Port
dan masuk ke titik aksi (di halaman Kator Bupati) melalui jalan Pepera.
Dalam orasinya di kantor Bupati, koordinator aksi Zeth Giay
mengatakan, PEPERA yang dilaksanakan di Papua pada tahun 1969 adalah
cacat moral dan tidak sesuai dengan mekanisme internasional. Maka, kata
dia, KRPKN turun jalan untuk menyampaikan kepada dunia, terutama PBB
untuk segera menggelar referendum untuk Papua.
Hal senada dengan Zeth juga disampaikan, aktivis Papua, Gunawan
Inggeruhi. “Pepera tahun 1969 telah gagal. Kami minta dilakukan
referendum ulang bagi Papua untuk menguji kembali. Kami juga minta
kepada PBB untuk segera mendaftarkan masalah Politik Rakyat Papua Barat
di Komisi Dekolonisasi PBB,” kata koordinator aksi itu.
Aksi diikuti ratusan itu, menghadirkan beberapa pelaku PEPERA antara
lain ibu Marsia Giay. KRPKN memberikan kesempatan kepada Ibu Marsia
untuk menyampaikan apa yang dialaminya ketika PEPERA di gelar. Kepada
masa aksi Marsia menyampaikan kronologi pelaksanaan PEPERA sekitar 30
menit.
Masa aksi membawa beberapa bendera dan spanduk. Terlihat bendera SOS yang dibagian bawahnya bertuliskan “West Papua Emergency, Help Us” dan bendera putih bertuliskan “Save Our Papua”. Ada dua spanduk bertuliskan masing-masing bertuliskan “Sekjen PBB Segera Mendaftarkan Masalah Politik Rakyat Papua Barat di Komisi Dekolonisasi PBB” dan “Kami Rakyat Papua Barat dengan Tegas Menolak PEPERA 1969 dan Menuntut Referendum Ulang”. (Hery Tebai/DE/MS)
Sumber: Majalahselangkah
0 komentar:
Post a Comment