Pastor juga menyampaikan bahwa, bukunya yang adalah kumpulan artikel opini ini ditulis setelah Kongres Papua, 2000. Dalam konggres itu, salah satu keputusannya adalah dialog Jakarta-Papua. Maka, buku itu adalah kumpulan tulisan tentang dialog yang pernah dimuat di berbagai media massa lokal maupun nasional. Ada 54 buah artikel yang dikumpulkan sejak tahun 2001 –2011.
Dalam peluncuran bukunya, di STFT “Fajar Timur”, pastor mengatakan dialog bukan merupakan tujuan dan solusi, melainkan sarana untuk membicarakan pesoalan Papua.Melihat situasi Papua yang semakin hari semakin bergejolak dan konflik di seluruh tanah Papua terus memanas, maka Pater Neles mengatakan segala sesuatu harus dibicarakan. Masalah Papua pun harus dibicarakan dalam dialog.
Dalam budaya Papua Dialog bukan merupakan hal baru. Orang Papua dalam suatu masalah, mereka selalu menyelesaikannya melalui dialog. Maka menurut Pater masalah Papua pun harus dibicarakan dalam dialog antara ke dua bela pihak yang bertikai. Kedua kelompok ini, harus dipertemukan dan duduk bersama untuk membicarakan akar persoalan bersama.
Pastor mengatakan, ia berjuang dialog Jakarta-Papua karena iman. Dengan mena iman, ia melihat bahwa manusia sebagai ciptaan Allah sesuai cira-Nya. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling luhur dan bermartabat, maka harus ada kedamaian antara sesama manusia sebagai mahkluk sosial. Maka, dialog merupakan cara untuk membangun kedamaian antara mahkluk sosial. Kedua mahkluk sosial yang saling bertikai harus di damaikan, karena keduanya adalah ciptaan Tuhan yang luhur. Oleh karena itu, Pastor meyakini bahwa dialog Jakarta-Papua harus terlaksana. (Honaratus Pigai)
0 komentar:
Post a Comment