Home » , » El Clasico di Tengah Isu Merdeka

El Clasico di Tengah Isu Merdeka

BARCELONA – Pada 11 September lalu, sekitar sejuta warga Catalan menghelat demonstrasi tahunan yang disebut diada. Tapi, khusus tahun ini, isu yang diangkat tak sembarangan: kemerdekaan.
Menuntut kemerdekaan sebenarnya bukan hal baru bagi Catalan. Tapi, sebulan terakhir, isu soal kemerdekaan tersebut memang terus menguat.
Krisis ekonomi yang selama setahun terakhir mendera Spanyol kian menjadi pemicu.

Apalagi, selama ini, secara ekonomi Catalan cukup mandiri dan menjadi penyuplai devisa buat Negeri Matador. Selain pemasukan besar dari wisata, juga dari pabrik-pabrik vital yang terletak di Catalan.

Di tengah memanasnya hubungan Spanyol-Catalunya itulah el clasico antara Barcelona melawan Real Madrid dihelat dini hari nanti WIB di Nou Camp. Jadi, bisa dibayangkan betapa tingginya tensi di dalam lapangan.

Apalagi para fans Barca berencana akan menyanyikan lagu khusus pada menit ke-17 lewat 14 detik. Itu sebagai simbol dari tahun 1714 saat pasukan Catalan kalah dalam peperangan di Barcelona melawan pasukan Spanyol setelah berperang selama 14 tahun.

”Jelas bahwa orang Catalan menginginkan kemerdekaan. Anda bisa lihat betapa banyak orang yang turun ke jalan. Itu pesan yang jelas,” kata Joan Laporta, mantan presiden Barcelona, seperti dikutip Goal.

”Kemerdekaan adalah hak kami dan seharusnya tidak perlu dutanyakan lagi. Itu seharusnya langsung kami dapatkan dengan cara yang demokratis,” kata Laporta.

Lalu, bagaimana dengan nasib Barca bila Catalan jadi merdeka" ”Barcelona tetap bermain di kompetisi yang kompetitif tentunya. Kami masih bisa tampil di Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub,” bilang Laporta.

Pendapat berbeda disampaikan Presiden Barca Sandro Rosell. Menurutnya, kalau pun Catalan merdeka, Barca tetap akan bergabung dengan Primera Division Spanyol. Seperti yang dilakukan AS Monaco yang juga tampil di Liga Prancis.

”Biarpun situasi tuntutan kemerdekaan Catalan terus bergema, persiapan el clasico tetap berjalan. Kami akan bertanding melawan Real Madrid seperti biasanya. Kami akan tetap di Primera Division selamanya,” kata Rosell, seperti dikutip Sport.

Rivalitas Barca dan Real memang kerap keluar dari batas-batas olahraga belaka. Ketika era kekuasaan diktator Jenderal Franco, Real dijadikan alat politik untuk propaganda. Konflik dengan Catalan sering memuncak.

Bahkan, di era Franco, ada larangan penggunaan bahasa Catalan di muka umum. Pada 1936, salah satu tragedi besar ketika para anggota partai separatis Catalan dan juga presiden Barca saat itu, Josep Suyol, dieksekusi tentara Franco tanpa pengadilan.

Sulit melakukan perlawanan terbuka, Catalan pun melakukan perlawanan melalui lapangan hijau. Tak heran, Barca memiliki slogan ”mes que un club” alias ”more than a club”. Barca menjadi alat perjuangan komunitas melalui olahraga. (ucup)

 
 
Share this video :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger