PANIAI - Dalam
rangka mengantisipasi aksi-aksi pengibaran bendera Bintang Kejora
maupun aksi lain dalam melakukan perayaan Negara Papua Barat tanggal 1
Desember 2012, Kapolda dan Pandam XVII Cenderawasih Papua melakukan
kunjungan dinas ke Kabupaten Nabire, Sabtu, 24 November 2012.
Kedua petinggi
di institusi keamanan ini, melakukan tatap muda dengan pemerintah
daerah dan masyarakat kabupaten Nabire di gedung Gues House, Sabtu
(24/11). Yang diundang dalam acara Tatap muka ini adalah Bupati dan
Muspida Nabire, aparat TNI/POLRI, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh
Perempuan, Tokoh Pemuda di Gues House Kabupaten Nabire. Namun hasil
pengamatan dan wawancara saya dengan beberapa aparat keamanan, maka yang
hadir dalam acara tatap muka itu adalah 95 persen aparat TNI/POLRI, BIN
dan BAIS yang hadir dalam acara tersebut dan sisanya dari tokoh agama
dan tokoh masyarakat. Acara tatap muka tersebut dimulai pukul. 08.00 pm
-12.00 pm. Acara dibuka dengan santap bersama dan dilanjutkan dengan
pengarahan dari Pangdam XVII Cenderawasih, Kapolda Papua dan Bupati
Nabire. Selanjutnya peserta diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan.
Pada session tanya jawab, para tokoh agama diberi kesempatan pertama. Vikaris Jenderal Keuskupan Timika Pastor Nato Gobai, Pr adalah orang pertama yang menyampaikan dan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Kapolda Papua dan Pandam XVII Cenderawasih. Berikut ini adalah pertanyaan Pastor Nato dan Jawaban Kapolda Papua beserta Pangdam XVII Cenderawasih Papua.
1. Pastor Nato : “Masalah Paniai itu terjadi di kampung saya yakni kampung Eduda yang selama ini menjadi Markas Tentara Papua Barat. Kelompok ini sudah lama ada dan tidak pernah dihancurkan oleh aparat keamanan. Kenapa TNI/POLRI tidak pernah hancurkan? Kenapa dibiarkan mereka terus ada? Ada apa dibalik itu?”
Jawaban Pangdam : “Memang kami sudah tahu tetapi sulit ditumpas apalagi menangkap mereka. Namun kami punya komitmen pada tugas TNI di Tanah Papua bahwa menjaga kedaulatan NKRI. Sehingga masyarakat harus mendukung aparat keamanan dalam menjaga kedaulatan NKRI. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan segera melaporkan kepada aparat keamanan setempat.”
Jawaban Kapolda : Tidak menjawab pertanyaan pastor Nato ini.
2. Pastor Nato : “Saya mohon dengan hormat kepada Kapolda Papua dan Pangdam XVII Cenderawasih bahwa segera menarik pasukan TNI/POLRI dari Paniai, karena saya sudah lama mendengar dari masyarakat yang korban bahwa mereka hidup tidak aman karena keberadaan pasukan di kampung-kampung. Bukan hanya dari Kabupaten Paniai, tapi saya menuntut kepada Negara agar segara menarik pasukan TNI/POLRI dari seluruh Tanah Papua, karena orang Papua sudah tidak aman melihat keberadaan pasukan, apalagi pengiriman pasukan di kampung-kampung yang disana hanya ada masyarakat tak berpendidikan.”
Jawaban Pangdam : “demi NKRI, tidak akan menarik pasukan dari Paniai maupun dari daerah lain. Pasukan ada untuk menjaga perlindungan masyarakat dari kelompok-kelompok yang berbeda ideologi.”
Jawaban Kapolda : “Tidak jawab tapi Kapolda menyatakan terorisme itu sama dengan separatisme jadi pihak kepolisian akan selalu mendeteksi cepat terror-teror yang terjadi di Tanah Papua. Separatism itu sama dengan terorisme atau terorisme itu separatisme sehingga kami tidak akan menarik pasukan dari Paniai maupun dari daerah untuk menumpastuntas kelompok-kelompok pengacau.”
3. Pastor Nato : “Orang Papua ingin Merdeka tidak dengan kekerasan fisik tapi dengan damai. Tapi saya heran bahwa ada orang yang melakukan kekerasan untuk kemerdekaan Papua. Saya tidak mengerti hal ini. Ada apa dibalik ini? Siapa yang bermain? Siapa yang kendalikan kekerasan?”
Pada session tanya jawab, para tokoh agama diberi kesempatan pertama. Vikaris Jenderal Keuskupan Timika Pastor Nato Gobai, Pr adalah orang pertama yang menyampaikan dan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Kapolda Papua dan Pandam XVII Cenderawasih. Berikut ini adalah pertanyaan Pastor Nato dan Jawaban Kapolda Papua beserta Pangdam XVII Cenderawasih Papua.
1. Pastor Nato : “Masalah Paniai itu terjadi di kampung saya yakni kampung Eduda yang selama ini menjadi Markas Tentara Papua Barat. Kelompok ini sudah lama ada dan tidak pernah dihancurkan oleh aparat keamanan. Kenapa TNI/POLRI tidak pernah hancurkan? Kenapa dibiarkan mereka terus ada? Ada apa dibalik itu?”
Jawaban Pangdam : “Memang kami sudah tahu tetapi sulit ditumpas apalagi menangkap mereka. Namun kami punya komitmen pada tugas TNI di Tanah Papua bahwa menjaga kedaulatan NKRI. Sehingga masyarakat harus mendukung aparat keamanan dalam menjaga kedaulatan NKRI. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan segera melaporkan kepada aparat keamanan setempat.”
Jawaban Kapolda : Tidak menjawab pertanyaan pastor Nato ini.
2. Pastor Nato : “Saya mohon dengan hormat kepada Kapolda Papua dan Pangdam XVII Cenderawasih bahwa segera menarik pasukan TNI/POLRI dari Paniai, karena saya sudah lama mendengar dari masyarakat yang korban bahwa mereka hidup tidak aman karena keberadaan pasukan di kampung-kampung. Bukan hanya dari Kabupaten Paniai, tapi saya menuntut kepada Negara agar segara menarik pasukan TNI/POLRI dari seluruh Tanah Papua, karena orang Papua sudah tidak aman melihat keberadaan pasukan, apalagi pengiriman pasukan di kampung-kampung yang disana hanya ada masyarakat tak berpendidikan.”
Jawaban Pangdam : “demi NKRI, tidak akan menarik pasukan dari Paniai maupun dari daerah lain. Pasukan ada untuk menjaga perlindungan masyarakat dari kelompok-kelompok yang berbeda ideologi.”
Jawaban Kapolda : “Tidak jawab tapi Kapolda menyatakan terorisme itu sama dengan separatisme jadi pihak kepolisian akan selalu mendeteksi cepat terror-teror yang terjadi di Tanah Papua. Separatism itu sama dengan terorisme atau terorisme itu separatisme sehingga kami tidak akan menarik pasukan dari Paniai maupun dari daerah untuk menumpastuntas kelompok-kelompok pengacau.”
3. Pastor Nato : “Orang Papua ingin Merdeka tidak dengan kekerasan fisik tapi dengan damai. Tapi saya heran bahwa ada orang yang melakukan kekerasan untuk kemerdekaan Papua. Saya tidak mengerti hal ini. Ada apa dibalik ini? Siapa yang bermain? Siapa yang kendalikan kekerasan?”
Jawaban Pangdam : “Tidak
menjawab secara eksplisit tetapi Pangdam menyatakan berkali-kali bahwa
tugas TNI adalah menjaga kedaulatan sehingga ideologi yang melawan
dengan kekerasan pada Negara, aparat TNI akan melakukan perlindungan
kedaulatan. Saudara-saudara kita yang memiliki ideologi politik yang
berbeda dengan kita silahkan tetapi harus disampaikan dengan damai,
jangan dengan melakukan kekerasan. Gereja adalah salah satu lembaga
keamanan yang dapat memberikan nilai-nilai kesadaran kepada masyarakat
dan umat yang ada. Kami ingin bekerjasama dengan para tokoh agama untuk
memberikan penyadaran kepada masyarakat agar sama-sama menjaga keamanan
dan kedamaian di Tanah Papua.”
Jawaban Kapolda : Tidak menjawabnya.
Wakil Uskup Keuskupan Timika, Pastor Nato menyampaikan atas nama Gereja Katolik Keuskupan Timika kepada Negara Indonesia melalui Kapolda Papua dan Pangdam XVII Cenderawasih Papua yang datang ke Nabire untuk pengamanan 1 Desember 2012 sebagai HUT Negara Papua Barat. Kebetulan Uskup Timika juga ada di Nabire dalam rangka meresmikan gedung Gereja Katolik Kristus Sahabat Kita (KSK) Nabire, Minggu (25/11), sehingga diundang mendadak hadir dalam acara politik keamanan tersebut. (CP/Gadaby)
Wakil Uskup Keuskupan Timika, Pastor Nato menyampaikan atas nama Gereja Katolik Keuskupan Timika kepada Negara Indonesia melalui Kapolda Papua dan Pangdam XVII Cenderawasih Papua yang datang ke Nabire untuk pengamanan 1 Desember 2012 sebagai HUT Negara Papua Barat. Kebetulan Uskup Timika juga ada di Nabire dalam rangka meresmikan gedung Gereja Katolik Kristus Sahabat Kita (KSK) Nabire, Minggu (25/11), sehingga diundang mendadak hadir dalam acara politik keamanan tersebut. (CP/Gadaby)
sumber: cerminpapua.com
0 komentar:
Post a Comment