ilustrasi@ |
Ini diakibatkan, tingginya biaya transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan bahan baku bangunan tersebut ke daerah-daerah terpencil yang infrastrukturnya belum memadai.
"Harga semen di Papua mahal, karena ongkos transportasinya tinggi. Maka untuk mengendalikannya kami bangun packing plan di Sorong, yang sudah jadi sekarang," kata CEO PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Dwi Soetjipto saat ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Senin (25/3/2013).
Menurutnya, melalui pembangunan packing plan dapat menurunkan biaya produksi semen sebesar 5-10 persen. Namun, sayangnya terkait berapa besaran kemungkinan penurunan harga semen di wilayah Papua, dia belum bisa memberikan kisaran angka.
"Cost-nya bisa turun 5-10 persen. Kalau harganya ya kita harapkan enggak naik lah. Jika infrastrukstur terutama jalan di daerah-daerah di Papua sudah bagus maka harga semennya tidak mahal lagi. Sekarang mahal karena dari Sorong dibawa pakai helikopter," jelasnya.
Sebelumnya, perwakilan dari Dewan Pertimbangan Daerah (DPD) Real Estat Indonesia (REI) Papua, Maria pernah mengatakan, harga semen di Papua bisa mencapai Rp100 ribu ke atas per sak. Hal ini menjadi kendala bagi pengembang properti setempat untuk mengembangkan rumah, terutama jenis rumah sederhana tapak (RST).
"Di Papua harga semen sangat tinggi. Jadi, bagaimana kami pengembang bisa bangun rumah murah. Maka, kami minta kalau bisa pemerintah bagun pabrik semen juga di Papua," kata Maria dalam Rakernas REI di Jakarta akhir tahun lalu. (nia)
0 komentar:
Post a Comment