Home » » BUKU - MERUNTUHKAN PAHAM SESAT KEBANGSAAN': ILUSI PAHAM KEBANGSAAN DAN NASIONALISME: KRITIK LENIN DAN STALIN

BUKU - MERUNTUHKAN PAHAM SESAT KEBANGSAAN': ILUSI PAHAM KEBANGSAAN DAN NASIONALISME: KRITIK LENIN DAN STALIN

EMANUL - Bangsa. Kata ini barangkali adalah misterium et tremendum bagi abad modern. Atas namanya, orang rela bertempur dan saling membunuh. Lalu dengan cepat, kata ini memperoleh latar teoretis dan praktik yang faktualâ”seiring dengan merebaknya kolonialisme; dan hadirlah nasionalisme. Orang-orang yang berada di pegunungan Papua merasa senasib dan sepenanggungan dengan orang-orang yang tinggal di pesisir Madura. Atau orang-orang yang terbiasa berbahasa Sasak di Lombok tiba-tiba merasa menjadi satu identitas dengan orang-orang yang menggunakan kromo inggil di keraton Yogya. Di sinilah nasionalisme tiba-tiba menggantikan ayat suci. Ia juga kerap hadir dalam pidato atau buku-buku. Lihat saja kalau Soekarno sudah berdiri di atas panggung dan mengucapkan “saoedara-saoedara sebangsa dan setanahairâ” atau kalau mendaras Mein Kampf karya Hitler; berjuta-juta manusia takzim dalam kegetaran dan kegetiran yang taksa.
Kebangsaan dan nasionalisme turut mengundang pergunjingan yang ramai di kalangan intelektual. Ernest Renan misalnya, ia menggambarkan bangsa serupa monumen yang memoratif; kaya akan kenangan. Terutama kenangan akan pengorbanan dan kesediaan untuk hidup dan berbagi dalam satu “jiwa bersama”. Bangsa, karena itu, dalam definisi ini dipupuk melalui sekian propaganda-propaganda yang serempak. Definisi lain datang dari Benedict Anderson. Bagi Anderson, bangsa adalah “komunitas yang dibayangkanâ”. Meski antar masing-masing anggota bangsa saling tak mengenal, tetapi mereka diikat oleh satu identitas yang terbayang. Seperti Renan, kebangsaan dalam definisi Anderson adalah rasa kebersamaan atas pengorbanan. Selain itu, setidaknya kebangsaan juga dialasi oleh kemunculan kapitalisme cetak yang menggusur bahasa sakral (kitab suci) menjadi bahasa sekuler. Ikatan keagamaan dengan demikian tergantikan oleh solidaritas kebangsaan nasional. Kapitalisme cetak pada gilirannya juga mampu menyeragamkan bahasa sebagai alas dasar bagi tumbuhnya nasionalisme. Selain Anderson, ada juga Eric J. Hobsbawm. Bangsa, bagi Hobsbawm, adalah kreasi kultural. Orang-orang mengidentifikasi dirinya sebagai sebuah bangsa. Biasanya, menurut Hobsbwam, pembentukan bangsa melalui sebuah episode perjalanan dari terbentuknya kebangkitan kebudayaan hingga adanya proto nasionalisme-populer hingga konsolidasi dukungan massa. Dengan mengajukan argumen marxisme, utamanya dari Lenin dan Stalin, definisi-definisi kebangsaan macam inilah yang hendak dilampaui oleh penulis buku ini.


Kritik Lenin dan Stalin

Pendekatan marxisme, utamanya dari Lenin dan Stalin, berguna untuk menunjukkan ilusi paham nasionalisme. Marxisme, seperti kita tahu, memang punya pendekatan yang khas: kelas dan formasi sosial kapitalisme. Karena itu bangsa, bagi Lenin dan Stalin, harus dilihat dalam masa perkembangan kapitalisme. Ia memang hadir dalam masa ekspansi dan kemenangan kapitalisme atas feodalisme. Akibatnya, berbagai kategori yang diungkapkan oleh Lenin dan Stalin seperti bahasa, wilayah, budaya dan ekonomi adalah akibat dari perkembangan dan formasi sosial kapitalisme. Karena itu, sebuah bangsa selalu memuat sekian kontradiksi akibat perkembangan kapitalisme itu; misalnya ada bangsa yang dominan dan ada bangsa tertindas. Bangsa yang dominan adalah elemen-elemen borjuasi yang memaksakan kategori-kategori seperti bahasa, wilayah, ekonomi dan budaya sesuai dengan kepentingannya. Dengan definisi seperti ini, jelas bangsa bukanlah sesuatu “kesatuan” yang berdiri tanpa kontradiksi kelas.

Bangsa – sebagaimana penulis buku ini sering ingatkan – harus dibedakan dari negara. Negara seperti diktum marxisme pada umumnya adalah ekspresi kelas berkuasa. Negara biasanya juga merupakan kesatuan dari multi bangsa. Karena itu, pertentangan kelas di sini menjadi jauh lebih kompleks. Ada borjuasi masing-masing bangsa, ada feodalisme dari masing-masing bangsa juga ada proletar dari masing-masing bangsa. Kategori yang cukup ketat dan rumit ini berujung pada diskursus tentang nasionalisme. Bagi Lenin dan Stalin nasionalisme pada dasarnya adalah gerakan nasional yang memperlihatkan ekspresi kepentingan borjuasi sebuah bangsa dalam menghadapi borjuasi bangsa asing. Meski demikian, menurut Lenin dan Stalin, gerakan nasionalisme asal ikut membawa serta kaum proletar mesti didukung. Pada titik ini, kita mungkin jadi maklum mengapa di negeri ini kaum kiri-lah yang berada di garda depan dalam perjuangan melawan kolonialisme. Tetapi juga dengan cermat Lenin dan Stalin mengingatkan supaya kaum buruh tidak terbuai dalam gerakan nasionalisme belaka. Selain penindasan yang diakibatkan oleh borjuasi bangsa asing, maka masih terdapat juga penindasan nesional yang dilakukan oleh borjuasi dalam sebuah bangsa itu sendiri. Dan penghancuran terhadap imperialisme – sebuah tahapan tertinggi dalam kapitalisme – bisa dilakukan jika kaum proletar dari seluruh bangsa bisa bersatu. Di titik inilah, Lenin dan Stalin menawarkan internasionalisme sebagai antitesa dari nasionalisme. Di titik ini juga perdebatan Lenin dan Stalin dengan kaum kiri lainnya semisal Rosa Luxemburg, Karl Kautsky dan Otto Bauer terjadi.

Gagasan Lenin dan Stalin tentang bangsa memang cenderung rumit. Meski demikian Sardo, penulis buku ini, dengan cerdas dan cerdik mampu melewati kerumitan itu dan berhasil menyusuri kompleksitasnya. Dengan kajian langsung terhadap teks-teks Lenin dan Stalin, Sardo menyuguhi kita dengan kemeriahan teori marxis dan otentisitas yang memukau. Bahkan, tidak hanya bercerita bangsa, buku ini juga melibatkan diri pada perbincangan tentang federalisme, hak untuk merdeka dan perjuangan proletar. Bahkan juga diperkaya oleh teori-teori bangsa dari Benedict Anderson, Eric J. Hobsbawm hingga Ernest Renan.
Share this video :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger