Depok - Universitas Indonesia (UI), bekerja sama
dengan Universitas Cendrawasih membuka Papua Center di Kampus UI Depok,
guna membangun pendidikan dan meningkatkan kebudayaan masyarakat Papua,
agar mampu bangkit dan bersaing dengan daerah lainnya di Indonesia.
Menurut Bambang Shergi Laksmono, dalam peresmian Pusat Kajian Papua, di Auditorium FISIP UI, Depok, Senin (9/4), inti dari pembentukan Papua Center yaitu mengupayakan adanya lembaga yang mendorong agar interaksi kebudayaan dan akademik meningkat, sehingga fungsi sosialisasi yang berkaitan dengan Papua bisa segera diketahui oleh publik.
Bambang menilai, dalam beberapa waktu ke depan, Papua dapat menjadi kawasan yang sangat strategis karena terletak antara gerbang dari ASEAN dan Asia Pasifik Selatan, sehingga harus dikembangkan secara serius.
Menurutnya, masyarakat Papua memiliki beragam keistimewaan. Untuk itu, pengembangan identitas masyarakat Papua merupakan hal wajib yang harus dilakukan.
Selain itu, Papua Center juga akan mengintensifkan kajian kebuadayan dan pemetaan kebudayaan dalam bentuk data, termasuk 300 ragam suku dan bahasa yang ada di Papua. Selanjutnya, Papua Center juga akan meneliti mengenai percepatan pembangunan di Papua dan dampak sosialnya di masayarakat.
Dalam kerja sama antara dua perguruan tinggi tersebut, Papua Center akan melakukan sejumlah program seperti, pertukaran mahasiswa Universitas Indonesia dengan Universitas Cendrawasih, pertukaran staf akademik, dan Pekan Ragam Budaya Papua dari Suku Kamoro.
Festus Simbiak, Rektor Universitas Cendrawasih, mengharapkan, dengan program ini Papua dapat menjadi provinsi besar, seperti di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor Universitas Indonesia juga menyatakan harapannya. “Semoga dengan adanya program ini, dapat melahirkan kajian yang mampu memecahkan persoalan, khususnya di tanah Papua yang kita cintai,” kata Rusliwa.
Lebih jauh lagi, Bambang mengatakan bahwa Papua Center akan menghasilkan referensi acuan bagi pendalaman studi intergrasi kebangsaan nasional. “Papua Center memiliki motto, 'Indonesia tanpa Papua, itu tidak sempurna'," ujar Bambang.
gatra.com
Menurut Bambang Shergi Laksmono, dalam peresmian Pusat Kajian Papua, di Auditorium FISIP UI, Depok, Senin (9/4), inti dari pembentukan Papua Center yaitu mengupayakan adanya lembaga yang mendorong agar interaksi kebudayaan dan akademik meningkat, sehingga fungsi sosialisasi yang berkaitan dengan Papua bisa segera diketahui oleh publik.
Bambang menilai, dalam beberapa waktu ke depan, Papua dapat menjadi kawasan yang sangat strategis karena terletak antara gerbang dari ASEAN dan Asia Pasifik Selatan, sehingga harus dikembangkan secara serius.
Menurutnya, masyarakat Papua memiliki beragam keistimewaan. Untuk itu, pengembangan identitas masyarakat Papua merupakan hal wajib yang harus dilakukan.
Selain itu, Papua Center juga akan mengintensifkan kajian kebuadayan dan pemetaan kebudayaan dalam bentuk data, termasuk 300 ragam suku dan bahasa yang ada di Papua. Selanjutnya, Papua Center juga akan meneliti mengenai percepatan pembangunan di Papua dan dampak sosialnya di masayarakat.
Dalam kerja sama antara dua perguruan tinggi tersebut, Papua Center akan melakukan sejumlah program seperti, pertukaran mahasiswa Universitas Indonesia dengan Universitas Cendrawasih, pertukaran staf akademik, dan Pekan Ragam Budaya Papua dari Suku Kamoro.
Festus Simbiak, Rektor Universitas Cendrawasih, mengharapkan, dengan program ini Papua dapat menjadi provinsi besar, seperti di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor Universitas Indonesia juga menyatakan harapannya. “Semoga dengan adanya program ini, dapat melahirkan kajian yang mampu memecahkan persoalan, khususnya di tanah Papua yang kita cintai,” kata Rusliwa.
Lebih jauh lagi, Bambang mengatakan bahwa Papua Center akan menghasilkan referensi acuan bagi pendalaman studi intergrasi kebangsaan nasional. “Papua Center memiliki motto, 'Indonesia tanpa Papua, itu tidak sempurna'," ujar Bambang.
gatra.com
0 komentar:
Post a Comment