Home » » Anton Agapa : Alasan Sepele, Orang Asli Papua Sering Ditembak Mati

Anton Agapa : Alasan Sepele, Orang Asli Papua Sering Ditembak Mati

ilustrasi penembakan (foto/Antara)
NABIRE - Kapan penegakan hukum akan terlaksanakan di Bumi Cenderawasih Papua ini ? Sejak tahun 1969, yang namanya orang asli Papua itu melakukan konflik/kericuhan/perkelahian dengan pihak aparat keamanan Papua, akan tetap ada anggota masyarakat tewas akibat tembakan senjata. Yang aneh, yang tidak dapat diterima siapapun manusia di dunia adalah orang asli Papua sering ditembak mati hanya dengan alasan sepele saja.

Demikian seperti dikemukakan Anton Agapa, salah seorang pemerhati masalah kemanusiaan di daerah ini.
Lanjut Anton, apabila diklarifikasi tingkat pelenggarannya lewat jalur hukum tindakan penembakan mati yang dilakukan aparat keamanan itu biasanya tidak seimbang dengan tingkat pelanggarannya yang dijadikannya sebagai alasan penembakan oleh aparat keamanan. Semua bentuk kekerasan, baik yang berat maupun ringan, yang dilakukan orang Papua baik dengan motif kriminal maupun bermotif politik Papua merdeka selalu dipolitisir oleh aparat keamanan. Sehingga terkesan jelas aparat keamanan di Papua melaksanakan program penembakan, bukannya program penegakan hukum. Orang asli Papua yang berasalah ataupun yang melakukan kekerasan sangat jarang ditahan untuk ditindak hukum.

Beberapa kejadian berikut sebagai contohnya. Penembakan Mako Tabuni oleh aparat keamanan baru-baru ini dinilainya tanpa melewati prosedur hukum guna dicek bukti fisik dan saksi mata. Penembakan hanya berdasarkan praduga belaka, dan hanya atas dasar laporan pihak ketiga tanpa pembuktian faktual.
Selain itu pada bulan Oktober 2010 di KPR Nabire penembakan terhadap Melky A, karena mengancam tim polisi dengan parang. Si korban dalam keadaan sakit malaria tropika hanya mengancam dan tidak melukai pihak kepolisian. Namun demikian si korban ditembak dengan alasan melumpuhkan.
“Jadi anggota masyarakat yang sakit pun ditembak dengan alasan si korban mengancam dengan parang,” tuturnya.

Lain lagi di Kampung Itepa, Distrik Ugapuga, Kabupaten Dogiyai. L. Agapa memalang mobil yang ditumpangi aparat keamanan pada pukul 20.00, pada bulan Februari 2012. Pelaku pemalangan mobil terkena tembakan peluru dan mati di tempat. Si korban memang dalam keadaan mabuk. Ia warga sipil di Kampung Wenekaya dan bukan anggota OPM. Terjadi pengorbanan nyawa hanya karena memalang mobil pelintas jalan.

Berikutnya dalam bulan Mei 2012, di Degewo Kabupaten Paniai dalam peristiwa adu fisik 5 warga sipil dengan para anggota Brimob, dimana pihak aparat keamanan tidak ada yang cidera berat. Sedangkan pihak masyarakat 1 orang tewas dan 4 orang menjalani perawatan medis.
Ini hanya beberapa contoh dari begitu banyak peristiwa penembakan yang dialami rakyat sipil Papua dengan dasar alasan sepele saja. Kalau tindakan penembakan yang diberlakukan bukannya tindakan hukum, maka akan terjadi orang-orang Papua bisa segera habis termakan peluru alat negara republik ini.
Yang jelasnya, jalan penembakan bukan solusinya bagi masalah Papua. Sebaliknya jalan penembakan akan lebih memperlebar masalah Papua. Pendekatan keamanan Papua yang penuh kekerasan/penembakan itu perlu dirubah dan perlu diingat bahwa orang Papua itu kalau baik dengan mereka, maka mereka akan jauh lebih baik. Tetapi sebaliknya, kalau mengganggu mereka, maka mereka pun akan menjadi lebih kasar dan menjauh dari anda.

“Jadi kalau aparat keamanan di Papua itu tidak mau merubah pola pendekatan keamanan dengan sistim kekerasan atau penembakan itu, maka selanjutnya harus ada langkah interfensi pihak ketiga, yakni badan pengamanan internasional. Karena kami orang Papua tidak mau terus ditembak mati atas dasar alasan sepele. Bangsa Papua bukan bangsa binatang yang dapat ditembak seenaknya atas dasar praduga tak bersalah. Orang asli Papua itu 90 persen terdiri dari orang miskin, kotor, tak terpelajar dan sederhana,” tuturnya.

Bukan berarti status dirinya sebagai manusia rendah, bukan berarti mereka tak pantas untuk dihormati. Bukan berarti mereka itu gampang ditipu dan dibunuh. Manusia kotor adalah juga manusia yang sama harga dan nilai dirinya dengan orang lain yang lebih bersih dan dipandang layak. Yang berhak mencabut nyawa seseorang hanyalah Sang Pencipta, bukan manusia.

Lebih jauh dikatakan Anton, aparat keamanan di Papua tidak berhak sedikitpun untuk mencabut nyawa seseorang. Manusia suci seperti Allah dialah yang dapat mencabut nyawa seseorang. Aparat keamanan yang tidak suci itu tidak berhak sedikitpun mencabut nyawa seseorang pelaku pelanggaran. Yang bisa mencabut nyawa dari para pelaku pelanggaran adalah kekuatan hukum bukan senjata.

Dan perlu disadari bahwa bangsa Papua tidak melakukan perang dengan bangsa Indonesia. Jangan warga bangsa Papua terus diburu dan ditembak seolah-olah orang Papua itu warga bangsa lain yang sedang berperang hebat dengan bangsa Indonesia.

“Tidak ada cara lain kah untuk menghadapi masalah orang Papua ?” tanyanya. (ist)


 Papuapos Nabire
Share this video :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger