Home » , , » Nabire, Kapankah Ibu-Ibu Papua Akan Berjualan Di Dalam Pasar?

Nabire, Kapankah Ibu-Ibu Papua Akan Berjualan Di Dalam Pasar?

Oleh: Yohanes Gobai
Tak asing lagi, kita melihat ibu-ibu Papua berjualan di luar pasar, seperti di emperan-emperan toko, di pinggiran jalan dan di atas aspal dengan beralaskan karton atau karung. Di dalam pasar, semua tempat sudah di monopoli oleh Pedagang Asing (nonpapua), sementara itu, ibu-ibu papua mendapatkan tempat yang tidak tetap, sehingga ibu-ibu Papua harus berjualan di luar pasar dengan beralaskan karton dan beratapkan matahari. Ketika hujan datang mereka terburu-buru lari mencari tempat perlindungan. Kemudian, saat panas, bukan hanya panas bagi mereka, tetapi jualannya pun layu, maka bukan lagi keuntungan bagi mereka. Hal ini, nampakan bahwa tiada lagi peduli dan prihatinan untuk ibu di negri ini.

Suatu sore, saya sempat bertemu dengan Ibu Veronika Kobogau, tinggalnya di Wadio. Kemudian, Ibu Veronika sudah 4 tahun lamanya, berjualan di pasar Karang. “ saya sudah lama berjualan di sisi. Tapi, selama ini saya jualan di luar disini karena di dalam pasar, semua tempat orang sudah miliki jadi,” Ucap Ibu Veronika. 

Ibu selalu berusaha menjual hasil taninya untuk menghidupi keluarganya dan membiayai anak yang sedang sekolah. Pepata kata mengatakan Ibu adalah dasar (Idima, Utoma Kabo) maka usaha ibu tiada hentinya. Panas meralat, hujan lebat, debu, lapar, bagi Ibu bukan halangan demi keluarga dan anak-anaknya untuk masa depan. “saat laku untungnya batas Rp 50.000,- keatas. Tapi saat orang jarang-jarang datang dapatnya tidak sampai Rp.50.000,- kemudian jualan sisanya yang sudah layu kami buang tapi yang masih segar kami masak,” ucap ibu Sisilia Mote—penjual. Tinggal di kampung bouw-Kota Lama.

Dari periode ke periode, setiapkali ada isu PILKADA, yang selalu sibuk dan berjuang mati-matian adalah Ibu-ibu. Namun kenyataannya balasbudi perjuangannya jarang pernah melakukan sesuatu untuk ibu-ibu. Dalam artian bahwa, bagaimana supaya Ibu-ibu papua juga dapat berjualan didalam pasar sehingga bisa jualan dengan aman dari segala cuaca dan dengan efektif. “Hasil yang kami dapat tidak memuaskan karena tidak sesuai dengan tenaga yang kami keluarkan untuk tanam dan merawatnya.kemudian banyak jualan kami yang layu sehingga banyak yang kami buang,” kata Ibu Sisilia dan kawan-kawannya. 

Melihat keprihatinan diatas, maka harus ada upaya untuk menanganinya. Dalam hal ini yang berwenang menanganinya adalah pemerintah maka, Karena pasar dibangun oleh pemerintah, maka harus tangani pula dalam hal “adil” tepat didalam pasar. Artinya bahwa, membagirata tempat didalam pasar untuk ibu-ibu papua dan Pedagang nonPapua. Jika hal ini terjadi, maka akan ada keunikan jualan atau pun pedagang dan pembelinya pula. Maka Ibu-Ibu papua atau pun Pedagang nonPapua akan ada setara dalam tempat dan kenikmatannya pula.

Apabila solusi yang pertama “berat” untuk dilakukan, maka solusi kedua adalah pemerintah harus membangun satu pasar khusus untuk Ibu-Ibu papua. Karena, di dalam pasar semua tempat sudah dimonopoli atau dikuasai oleh Pedagang asing (nonPapua). Dengan adanya hal ini, agar mereka juga dapat menikmati sebagaimana yang dinikmati oleh pedagang nonPapua. Akhir kata anda dan saya ada karena Ibu.

Share this video :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger