Orang yang mengalami rasa takut (terhadap perang lain) karena telah
berbohong, biasanya akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan yang pertama.
Jadi setiap kebohongan memiliki kecenderungan untuk melahirkan kebohongan baru.
Kelihatannya hal serupa juga berlaku dalam tindakan kekerasan. Ketika
sekelompok orang memilki kekuasan atas kelompok yang lainya atau suatu bangsa
atas bangsa lainya dengan jalan kekerasan(termasuk pembunuhan),tidak mustahil
bangsa yang memperoleh kekuasaan melalui kekerasan tersebut akan menjaga
kelanggengan kekuasaannya dengan cara memelihara kekerasan sebagai sarana
mempertahankan hegemoninya terhadap bangsa yang ia kuasai sehingga bangsa yang
dikuasinya kerapkali harus mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara
mempertahankan diri melalui kekerasan pula. Terhadap itu, saya berpikir
:
Papua mengalami hal itu. Saya meyakini,kekerasan yang dilakukan baik oleh
individu maupun kelompok (dari bangsa Papua) terhadap kelompok YANG diyakini
sebagai musuhnya adalah sebagai usaha mempertahankan eksistensi diri dan
bangsanya dari serentetan kekerasan yang pernah ditujukan dan membungkam bahkan
terkesan "menghancurkan) individu maupun kelompok dari bangsa Papua pada
masa sebelumnya. Jika inilah yang terjadi, maka sudah sepantasnya sejarah Papua dibuka kembali,dilihat secara objektif
dengan sikap rendah hati dan menerima kesimpulan yang logis dari ke-objektif-an
itu dan memutuskan untuk bertindak secara tepat dan proporsional sesuai
kesimpulan itu dan bukanya melakukan manipulasi terhadap fakta sejarah dengan
cara menyederhanakan kekerasaan yang terjadi sebagai sebuah konflik biasa yang
perlu direkonsiliasi agar dapat menyebut daerah dimana terjadi konflik antara
yang menguasai dan dikuasi sebagai ZONA damai!
Oleh : Agus Mofu
0 komentar:
Post a Comment