Anak-anak jalanan di Papua dan Papua Barat saat ini perlu diselamatkan
dari kebiasaan mereka menghirup "Lem Aibon". Bila pemerintah daerah
menganggap masalah ini biasa saja, maka jangan heran anak-anak jalanan
ini tumbuh dengan kondisi sekarang maka berbagai kejahatan di kedua
provinsi ini makin ganas ke depan.
JAYAPURA : Rahman Latif, tokoh Pemuda di Papua, minta
pemerintah segera menyelamatkan anak-anak jalanan di Papua dan Papua
Barat yang sudah telanjur menghirup “lem aibon”.
“Anak-anak jalanan di dua provinsi tertimur Indonesia itu entah dari mana pengaruhnya, sehingga kini rata-rata mereka menghirup lem aibon. Kemungkinan bukan lem aibon saja tapi obat-obat terlarang lainnya juga mereka konsumsi,”kata Latif kepada wartawan di Jayapura, Minggu (31/12/2017) pagi.
Menurut Latif, Polisi terus melakukan razia-razia tapi, yang namanya hidup di jalanan ini,kan tak ada pengawasan dan bimbingan dari orang tua mau pun mereka yang dituakan dalam kelompok mereka. Akhirnya, kondisi prihatin anak jalanan itu berlangsung dari hari ke hari dan tahun ke tahun.
Dikatakannya, kesalahan itu murni bukan saja dari orang tua mereka, tapi pemerintah daerah juga harus ikut bertanggung jawab. Dana yang begitu besar dikucurkan pemerintah pusat ke Papua dan Papua Barat tak dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat. Seperti halnya anak-anak jalanan ini.
Manfaat dalam hal ini, lanjut Latif, tidak semata-mata anggaran besar itu digunakan untuk pembangunan fisik saja. Tapi, pembangunan non fisik pun harus dialokasikan anggarannya meski hanya beberapa persen saja.
Rata-rata anak jalanan itu punya orang tua mau keluarga dekatnya. Namun karena dunia jalanan sudah menjadi kehidupan mereka maka sulit untuk mereka keluar dari dunianya itu. Pasalnya, kalau di rumah juga mereka hidup dalam kondisi ekonomi jauh di bawah standar, rasanya lebih senang mereka hidup di jalanan.
Hidup di jalanan itu kan ada yang dituakan dan itulah yang mereka jadikan sebagai orang tua. Nah untuk mempertahankan kehidupan mereka di jalanan, tentu mereka harus menghalalkan semua cara termasuk mencuri, memalak dan merampok untuk mendapatkan sesuap nasi.
“Perlu diketahui bahwa banyak penjahat yang melakukan pembegalan,pencurian dan lainnya, itu anak-anak jalanan yang jarang tinggal di rumahnya. Anak-anak itu, sekilas terlihat seperti warga yang baik namun karena mereka terdesak untuk kebutuhan perut terpaksa melakukan aksi kejahatan. Seperti mencuri, merampok dengan kekerasan, memerkosa dan sebagainya,” kata Latif .
Dalam hal ini, jika pemerintah daerah kurang memperhatikan kaum anak jalanan ini, maka jangan kaget kalau perampokan dengan kekerasan, pembunuhan , pencurian makin menjadi-jadi di Papua dan Papua Barat ke depan.
Dewasa ini di Papua dan Papua Barat, polisi kewalahan untuk melakukan pengejaran terhadap kaum anak jalanan ini.
Hari ini tangkap,besok tangkap lagi dan kebanyak dari pelaku kejahatan itu adalah anak-anak jalanan. Mereka itu adalah anak-anak kita yang hidup di jalanan karena berbagai faktor. Namun yang utama adalah faktor ekonomi orang tua yang sangat prihatin.
Oleh karena itu, di akhir tahun 2017 ini , diharapkan kepada pemerintah daerah di Papua dan Papua Barat agar memberikan sedikit porsi dari APBD-nya untuk pembinaan anak-anak jalanan yang juga dikategorikan sebagai anak - anak terlantar itu. ***
Suara Karya
Penulia: Yacob Nauly
Editor : Dwi Putro Agus Asianto -
Polisi sita Aibon dari anak-anak Jalanan di Papua dan Papua Barat |
“Anak-anak jalanan di dua provinsi tertimur Indonesia itu entah dari mana pengaruhnya, sehingga kini rata-rata mereka menghirup lem aibon. Kemungkinan bukan lem aibon saja tapi obat-obat terlarang lainnya juga mereka konsumsi,”kata Latif kepada wartawan di Jayapura, Minggu (31/12/2017) pagi.
Menurut Latif, Polisi terus melakukan razia-razia tapi, yang namanya hidup di jalanan ini,kan tak ada pengawasan dan bimbingan dari orang tua mau pun mereka yang dituakan dalam kelompok mereka. Akhirnya, kondisi prihatin anak jalanan itu berlangsung dari hari ke hari dan tahun ke tahun.
Dikatakannya, kesalahan itu murni bukan saja dari orang tua mereka, tapi pemerintah daerah juga harus ikut bertanggung jawab. Dana yang begitu besar dikucurkan pemerintah pusat ke Papua dan Papua Barat tak dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat. Seperti halnya anak-anak jalanan ini.
Manfaat dalam hal ini, lanjut Latif, tidak semata-mata anggaran besar itu digunakan untuk pembangunan fisik saja. Tapi, pembangunan non fisik pun harus dialokasikan anggarannya meski hanya beberapa persen saja.
Rata-rata anak jalanan itu punya orang tua mau keluarga dekatnya. Namun karena dunia jalanan sudah menjadi kehidupan mereka maka sulit untuk mereka keluar dari dunianya itu. Pasalnya, kalau di rumah juga mereka hidup dalam kondisi ekonomi jauh di bawah standar, rasanya lebih senang mereka hidup di jalanan.
Hidup di jalanan itu kan ada yang dituakan dan itulah yang mereka jadikan sebagai orang tua. Nah untuk mempertahankan kehidupan mereka di jalanan, tentu mereka harus menghalalkan semua cara termasuk mencuri, memalak dan merampok untuk mendapatkan sesuap nasi.
“Perlu diketahui bahwa banyak penjahat yang melakukan pembegalan,pencurian dan lainnya, itu anak-anak jalanan yang jarang tinggal di rumahnya. Anak-anak itu, sekilas terlihat seperti warga yang baik namun karena mereka terdesak untuk kebutuhan perut terpaksa melakukan aksi kejahatan. Seperti mencuri, merampok dengan kekerasan, memerkosa dan sebagainya,” kata Latif .
Dalam hal ini, jika pemerintah daerah kurang memperhatikan kaum anak jalanan ini, maka jangan kaget kalau perampokan dengan kekerasan, pembunuhan , pencurian makin menjadi-jadi di Papua dan Papua Barat ke depan.
Dewasa ini di Papua dan Papua Barat, polisi kewalahan untuk melakukan pengejaran terhadap kaum anak jalanan ini.
Hari ini tangkap,besok tangkap lagi dan kebanyak dari pelaku kejahatan itu adalah anak-anak jalanan. Mereka itu adalah anak-anak kita yang hidup di jalanan karena berbagai faktor. Namun yang utama adalah faktor ekonomi orang tua yang sangat prihatin.
Oleh karena itu, di akhir tahun 2017 ini , diharapkan kepada pemerintah daerah di Papua dan Papua Barat agar memberikan sedikit porsi dari APBD-nya untuk pembinaan anak-anak jalanan yang juga dikategorikan sebagai anak - anak terlantar itu. ***
Suara Karya
Penulia: Yacob Nauly
Editor : Dwi Putro Agus Asianto -
0 komentar:
Post a Comment