“Kalau Negara tidak Ikhlas Menerima Rakyat Papua sebagai Warga Negaranya, Maka Berikan Referendum Itu kepada Rakyat Papua”
Benny Rhamdani di hadapan mahasiswa dan masyarakat Papua (foto beritamanado) |
MANADO – Berbagai kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di negeri Papua diduga dilakukan aparat TNI
dan kepolisian. Buntutnya, masyarakat Papua menuntut dilakukan
referendum ulang untuk menentukan nasib mereka sendiri. Terakhir, dua
hari lalu ratusan mahasiswa dan masyarakat Papua melakukan aksi unjuk
rasa di DPRD Sulut mendesak pemerintah pusat menutup pengoperasian
perusahaan pertambangan PT Freeport, serta penuntasan berbagai kasus
pelanggaran HAM.
Hal ini mendapat tanggapan serius anggota deprov Benny Rhamdani.
Menurutnya, tuntutan masyarakat Papua tersebut adalah wajar dan sangat
manusiawi, karena selama ini negeri Cendrawasih ini seperti
terpinggirkan, serta eksplorasi kekayaan alam belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Papua.
“Kalau negara tidak ikhlas menerima rakyat Papua sebagai warga
negaranya, kalau negara tidak sungguh-sungguh melayani rakyat Papua
sebagai bagian negaranya, maka berikan referendum itu kepada rakyat
Papua dan biarkan rakyat Papua memilih hasrat politiknya dengan caranya
sendiri,” tukas Rhamdani.
Rhamdani menguraikan sejarah pengoperasian PT Freeport dari Amerika
Serikat dimulai sejak tahun 1967 dengan kontrak karya 75 tahun. “Hingga
saat ini mereka (PT Freeport) telah 44 tahun beroperasi, berarti masih
ada 31 tahun lagi Freeport akan mengeruk kekayaan alam milik rakyat
Papua. Sejauh ini yang diuntungkan hanya Amerika dan pemerintah Jakarta,
sementara rakyat Papua masih menderita,” tambahnya.
Referendum juga menurut legislator vokal ini bukanlah hal yang tabu
karena sebelumnya pernah dilakukan oleh Presiden B.J Habibie. “Jika
referendum dianggap melanggar hukum, maka tangkap dulu Presiden Habibie
yang memberikan referendum kepada rakyat Timor Timur,” tukasnya lagi.
Baginya tidak ada jalan lain bagi pemerintahan SBY-Boediono untuk
memberikan perhatian serius bagi kesejahteraan rakyat Papua yang hingga
kini masih terabaikan, bahkan pelanggaran HAM berupa penembakan serta
pembunuhan masih sering terjadi. “Kesejahteraan rakyat Papua adalah
harga mati jika kita tidak ingin kehilangan mereka. Kebijakan politik
dan ekonomi nasional harus bisa menjamin kesejahteraan serta keamanan di
negeri Cendrawasih ini,” pungkas Rhamdani. (jry)
0 komentar:
Post a Comment