Keterbatasan Fasilitas Bukan Alasan Mangkir Tugas
MANOKWARI -
Sudah bukan rahasia lagi para guru yang ditugaskan di sekolah-sekolah
pedalaman sering meninggalkan tempat tugas. Keterbatasan fasilitas,
kesejahteraan yang kurang diperhatikan hingga sulitnya alat transportasi
menuju tempat tugas menjadi alasan klasik.
Namun,.akibatnya sekolah-sekolah di pedalaman menjadi terlantar. Karena kerap kali ditinggal kepala sekolah bersama para staf dalam waktu yang lama. Yang menjadi korban tentu saja adalah para siswa karena mereka tak pernah mendapat pelayanan pendidikan sebagaimana mestinya.
Ketua DPRD Manokwari Yosias Saroi menyatakan,ada gejala sosial yang menjangkiti para guru di jaman sekarang yakni tidak tahan bertugas di tempat yang sepih dan minim fasilitas hiburan serta jauh dari jangkauan jaringan komunikasi. Semangat pengabdian para guru jaman sekarang ini sudah jauh menurun dibanding apa yang ditunjukkan para guru beberapa tahun lalu. Padahal, apa yang didapat para guru sekarang sudah jauh lebih baik dari yang diperoleh para guru dahulu.
“Para guru sekarang sudah terlalu manja, mereka selalu meninggalkan tugas karena alasan fasilitas, tetapi di semua tempat tidak begitu, ada kampung yang sudah lengkap rumah guru tetapi guru tidak ada di sana ,” kata Yosias di ruang kerjanya.
Di kampung Hink misalnya, di tempat itu, kata Yosias, Pemda sudah membangunkan fasilitas rumah guru mulai dari kepala sekolah hingga para guru biasa. Namun, faktanya SD di kampung itu lebih sering libur karena para guru jarang berada di sana.
Perihal kesejahteraan, para guru pun menurut Yosias sudah mendapat uang tunjangan, uang lauk pauk hingga dana operasional dari pusat seperti dana BOS, BOP maupun dana BEC yang secara rutin diterima sekolah. Karena itu tidak ada alasan bagi para tenaga pendidik itu untuk sering turun ke kota dan membiarkan anak didik mereka terlantar.
”Para guru selalu tuntut hak, tapi mereka harusnya juga koreksi diri, apa sudah mengabdi dengan baik atau belum,” ujar politisi dari Partai Amanat Nasional itu.
Untuk itu, ditambahkan, dinas Pendidikan harus berani memberi sangsi tegas bagi para guru di pedalaman yang sering meninggalkan tempat tugas. Sangsi berupa penundaan kenaikan pangkat, perlu diberlakukan agar memberi efek jera bagi para tenaga pendidik yang seharusnya memberi tauladan bagi para anak didik mereka. (lm)
Namun,.akibatnya sekolah-sekolah di pedalaman menjadi terlantar. Karena kerap kali ditinggal kepala sekolah bersama para staf dalam waktu yang lama. Yang menjadi korban tentu saja adalah para siswa karena mereka tak pernah mendapat pelayanan pendidikan sebagaimana mestinya.
Ketua DPRD Manokwari Yosias Saroi menyatakan,ada gejala sosial yang menjangkiti para guru di jaman sekarang yakni tidak tahan bertugas di tempat yang sepih dan minim fasilitas hiburan serta jauh dari jangkauan jaringan komunikasi. Semangat pengabdian para guru jaman sekarang ini sudah jauh menurun dibanding apa yang ditunjukkan para guru beberapa tahun lalu. Padahal, apa yang didapat para guru sekarang sudah jauh lebih baik dari yang diperoleh para guru dahulu.
“Para guru sekarang sudah terlalu manja, mereka selalu meninggalkan tugas karena alasan fasilitas, tetapi di semua tempat tidak begitu, ada kampung yang sudah lengkap rumah guru tetapi guru tidak ada di sana ,” kata Yosias di ruang kerjanya.
Di kampung Hink misalnya, di tempat itu, kata Yosias, Pemda sudah membangunkan fasilitas rumah guru mulai dari kepala sekolah hingga para guru biasa. Namun, faktanya SD di kampung itu lebih sering libur karena para guru jarang berada di sana.
Perihal kesejahteraan, para guru pun menurut Yosias sudah mendapat uang tunjangan, uang lauk pauk hingga dana operasional dari pusat seperti dana BOS, BOP maupun dana BEC yang secara rutin diterima sekolah. Karena itu tidak ada alasan bagi para tenaga pendidik itu untuk sering turun ke kota dan membiarkan anak didik mereka terlantar.
”Para guru selalu tuntut hak, tapi mereka harusnya juga koreksi diri, apa sudah mengabdi dengan baik atau belum,” ujar politisi dari Partai Amanat Nasional itu.
Untuk itu, ditambahkan, dinas Pendidikan harus berani memberi sangsi tegas bagi para guru di pedalaman yang sering meninggalkan tempat tugas. Sangsi berupa penundaan kenaikan pangkat, perlu diberlakukan agar memberi efek jera bagi para tenaga pendidik yang seharusnya memberi tauladan bagi para anak didik mereka. (lm)
0 komentar:
Post a Comment