gambar : centraldemokrasi.com |
Para aktivis Papua merdeka awal pekan lalu telah membentuk sebuah forum yang mereka sebut Dewan Nasional Papua Barat (PNPB), diketuai Buchtar
Tabuni (Ketua Komite Nasional Papua Barat / KNPB). Peluncuran forum
tersebut berlangsung di Makam Theys Eluay di Sentani, Papua.
Dalam jumpa pers di Cafe Prima Garden, Abepura, Jayapura beberapa hari lalu, Mako Tabuni (Ketua I KNPB) mengatakan bahwa PNPB dibentuk
dan dihidupkan kembali untuk memperjuangkan hak politik dan hak
penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua barat diatas tanah leluhurnya
sesuai dengan standar hukum internasional.
“Naskah
pidato pertama dan surat dari PNPB akan disampaikan ke PBB dan
negara-negara anggota PBB, termasuk negara Indonesia untuk diketahui,
bahwa proses aneksasi Papua kedalam NKRI secara hukum internasional
adalah cacat”, kata Mako.
Menurut
informasi, forum ini akan berfungsi sebagai parlemen-nya orang Papua
(sama dengan DPR RI). Di setiap daerah (distrik) telah dibentuk Parlemen
Rakyat Daerah (PRD) yang berisikan sejumlah orang dari berbagai elemen,
seperti kelompok agama, adat, mahasiswa dan sebagainya.
Format pembentukan lembaga ini mengikuti riwayat pembentukan parlemen papua di jaman Belanda yaitu Nieuw Guinea Raad.
Parlemen Tandingan
Jika
benar PNPB akan didaftarkan ke PBB, berarti sudah ada dua “produk”
aktivis Papua yang nantinya akan terdaftar di PBB. Yang pertama adalah
produk dari kelompok Forkorus Yaboisembut-Edison Waromi, dan kedua adalah produk dari kelompok kelompok Buchtar dan Mako Tabuni.
Kedua
kelompok sedari awal diketahui tidak saling akur. Mako dan Buchtar
menolak produk Forkorus (‘negara’ Papua Barat yang diproklamirkan
Forkorus cs. pada 19 Oktober 2011) yang ditudingnya tidak mewakili
aspirasi orang papua, sementara PNPB yang diluncurkan
oleh kelompok Buchtar dan Mako pekan lalu adalah lembaga tandingan
karena Forkorus cs sebetulnya sudah lebih dahulu membentuk parlemen (Dewan Nasional Papua / DNP) yang diketuai Ely Sirwa.
Jika kondisinya seperti itu, lantas Benny Wenda
dkk yang menjadi tim kampanye free west papua di luar negeri, bekerja
untuk kelompok siapa? Untuk kelompok Forkorus kah? Atau untuk kelompok
Buchtar dan Mako Tabuni? Mungkin saja Benny Wenda, Herman Wanggai,
Oridek AP, de-el-el itu akan mendapatkan keuntungan dari situasi ini.
Entah
siapa memanfaatkan siapa, yang pasti mereka yang berkampanye di luar
negeri, atas nama kepentingan ideologi papua merdeka tetap berkelimpahan
dollar dan euro dari negara-negara yang memiliki agenda terselubung
atas status politik Tanah Papua…….
0 komentar:
Post a Comment