Jakarta - Kepala Biro Penelitian Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Papang Hidayat menilai, wilayah Papua
menjadi wilayah yang diduga banyak terjadi praktik penyiksaan selama
setahun terakhir. Situasi keamanan dan intensitas kekerasannya juga
dinilai bermasalah.
Papang mengatakan, secara de jure Papua dianggap daerah normal, artinya bukan daerah militer, namun secara de facto merupakan wilayah konflik. Di Papua ada kelompok separatis yang diidentifikasi sebagai kelompok pro kemerdekaan dan aparat keamanan punya label bahwa kelompok Papua asli dianggap separatis.
"Banyak korban salah tangkap dan penahanan semena-mena yang dilakukan aparat keamanan. Hal ini memperkuat stigmatisasi dan kriminalisasi terhadap orang Papua," ujarnya, di Jakarta (22/6/2012).
Dia menilai, praktik penyiksaan di Papua kuat berkorelasi dengan memanasnya situasi politik dan meningkatnya intensitas kekerasan secara umum selama setahun terakhir. Dugaan di lapangan banyak penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan oleh aparat keamanan dan ini menjadi dilematis sekali.
"Beberapa tapol yang mengalami sakit dibiarkan saja oleh aparat penjara. Jadi ada perpaduan, antara perilaku yang arogan dari petugas tapi ada satu sistem yang memfasilitasi itu," kata dia. [mvi]
INILAH
Papang mengatakan, secara de jure Papua dianggap daerah normal, artinya bukan daerah militer, namun secara de facto merupakan wilayah konflik. Di Papua ada kelompok separatis yang diidentifikasi sebagai kelompok pro kemerdekaan dan aparat keamanan punya label bahwa kelompok Papua asli dianggap separatis.
"Banyak korban salah tangkap dan penahanan semena-mena yang dilakukan aparat keamanan. Hal ini memperkuat stigmatisasi dan kriminalisasi terhadap orang Papua," ujarnya, di Jakarta (22/6/2012).
Dia menilai, praktik penyiksaan di Papua kuat berkorelasi dengan memanasnya situasi politik dan meningkatnya intensitas kekerasan secara umum selama setahun terakhir. Dugaan di lapangan banyak penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan oleh aparat keamanan dan ini menjadi dilematis sekali.
"Beberapa tapol yang mengalami sakit dibiarkan saja oleh aparat penjara. Jadi ada perpaduan, antara perilaku yang arogan dari petugas tapi ada satu sistem yang memfasilitasi itu," kata dia. [mvi]
INILAH
0 komentar:
Post a Comment