Penembakan misterius di Papua terus terjadi. Akhir pekan lalu,
karyawan PT. Freeport asal Philipina tewas secara misterius. Sementara
satu anggota Brimob terluka terkena timah panas penembak misterius.
Kekerasan di Papua terus terjadi, meski rombongan Menkopolhukam sudah
berkunjung ke Bumi Cendrawasih. Siapa pelaku penembakan sebenarnya ?
Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan,
Kontras, Haris Ashar membahasnya dalam perbincangan berikut ini.
Lagi, TNI-Polri gagal antisipasi penembak misterius ?
Kita bisa ngobrol sama orang yang kita
tidak tahu dia siapa, kita bisa tembak-tembakan sama orang yang kita
tidak tahu siapa, jadi pertanyaan besar. Ini sudah berkali-kali kasus
yang seperti kemarin itu orang asing terbunuh ditembak, dilukai, korban
kekerasan di Papua sudah berkali-kali, semuanya tidak ada yang selesai.
Kita pernah berbincang dengan
salah satu seniman yaitu Edo Kondologit, dia menyebutkan katanya ini
karena masalah kesejahteraan dan ekonomi, sepertinya Papua itu kurang
diperhatikan selama ini. Apakah memang seperti itu dari pantauan
Kontras?
Iya betul. Memang ada segudang masalah
di Papua itu terutama soal identitas orang Papua yang tidak diakomodir,
mengakomodir identitas orang Papua hanya sekedar ya pejabatnya sekarang
orang Papua semua. Orang Papua tidak butuh jabatan tapi butuh pengakuan,
bisakah pemerintah Indonesia memberikan definisi pengakuan buat orang
Papua. Ada lagi soal disrkriminasi, misalnya orang Papua yang bawa
bintang kejora dihukum 15 tahun, tapi misalnya ada anggota TNI atau
polisi yang melakukan kekerasan hanya 3-4 bulan, orang Papua ini
bertanya dianggap apa.
Penembakan misterius terjadi lagi dan menimpa warga asing Filipina, apakah menurut anda ini terkait dengan yang lainnya?
Secara keseluruhan saya mau bilang
meskipun tidak ada ketersinambungan antara kasus satu dengan yang lain,
tapi ini memberikan gambaran bahwa Papua itu tidak aman atau memang
dibikin tidak aman. Kekerasan-kekerasan seperti ini hidup ditengah satu
situasi dan juga tidak jelas sikap pemerintah terhadap pemerintah. Jadi
menarik kalau lihat 10 syarat negara gagal kemarin yang di launching,
itu sebagian besar terjadi di Papua. Misalnya banyaknya orang menderita
bertambah, penegakan hukum tidak ada, rasa aman menghilang, ekonomi
orang Papua tambah menurun, ekonomi pendatang yang meningkat, jadi
indikator-indikator itu ada semua di Papua.
Kalau kita sebut Papua dan Aceh,
di Aceh bisa diredam hal-hal seperti ini kalau di Papua selama ini
masih terjadi. Sebenarnya apa perbedaan masalah di Papua sementara di
Aceh bisa diatasi?
Di Aceh juga hanya beberapa jumlah kecil
saja yang terbongkar. Saya cuma bilang, pembunuhan misterius yang
terjadi ini salah satu model yang cukup banyak terjadi di Indonesia,
sekitar 6-7 tahun lalu kita menyaksikan bagaimana ini terjadi di Poso,
beberapa tahun kemudian di Maluku, lalu ke Aceh. Ini modus yang memang
jadi ada satu pembunuhan misterius atau penembakan misterius yang
terjadi yang memang itu jadi model untuk membuat ketidaknyamanan, itu
satu. Kedua, tidak banyak yang terbongkar, kalaupun terbongkar itu
didominasi oleh aparat penegak hukum yang kita juga tahu aparat penegak
hukum banyak yang tidak netral.
Polisi juga sering menyebutkan orang tak dikenal sebagai pelakunya, apakah itu artinya mereka tidak mampu menyelesaikan ini?
Saya tidak yakin kalau mereka tidak
mampu. Apakah pengeboman, teroris-teroris itu dikenal tidak juga tapi
polisi bisa, kenapa polisi bisa membongkar karena duitnya besar, karena
program Global War on Terror. Jadi kalau dapat nama di situ, keuntungan
di situ ya dikerjakan, Papua ini kalau mau diurus polisi bonusnya apa,
kalau itu belum jelas polisi tidak mau mengerjakan soal Papua ini. Jadi
kalau anda tanya bisa atau tidak bisa, dugaan saya tahu tapi mereka
enggan mengerjakan.
Kalau Kontras Papua apakah sudah mencium indikasi pelaku penembakan misterius ini siapa sebenarnya?
Kita sudah sering investigasi, saya
sendiri pernah ke lokasi tahun lalu. Informasi di lapangan banyak sekali
ada yang punya videonya saya dikasih, ada yang melihat, macam-macam.
Beberapa informasinya mengatakan bahwa ada dalam beberapa penembakan,
aneh kalau dibilang itu OPM karena OPM tidak punya senjata laras panjang
bisa menembak jauh begitu. Terus 1-2 orang bilang tidak yakin kalau OPM
bisa menembak, lalu ada lagi yang melihat tentara atau polisi itu
ketika ada tembak-tembakan ada yang santai samil merokok membalasnya.
Ini sebetulnya mau dibilang serius ada yang ditembak sampai meninggal,
dibilang tidak serius juga kadang-kadang ada ekspresi yang biasa-biasa
saja.
Indikasinya ke siapa?
Kita tidak tahu siapa, ini yang pasti
ciri-cirinya di sekitar Freeport ada beredar senjata yang bisa menempuh
jarak jauh dan itu bisa tepat sasaran. Orangnya terlatih senjatanya
canggih dan dieksekusi kepada korban-korban tertentu dan ditembakkan ke
tempat yang mematikannya. Kalau orang sipil saja kita bisa identifikasi
ciri-cirinya, sekarang tinggal dicari siapa orang-orang di dalam Papua
yang punya kemampuan seperti itu mau dia OPM, anggota institusi keamanan
Indonesia atau siapapun dicari.
Kalau dari identifikasi senjata ini mengarah ke aparat?
Peluru, itu hanya didominasi
kepemilikannya oleh institusi negara. Kalau ada orang-orang di luar
institusi negara yang dibiarkan memiliki peluru, itu pertanyaan apa
tujuannya, siapa yang memberikan. Kalau dibilang ada penyelundupan
kenapa kita membiarkan penyelundupan itu, dimana bea cukai kita, dimana
perbatasan-perbatasan diijaga atau tidak, semua peluru ada nomornya.
Pertanyaan saya polisi pernah tidak mengikuti nomor peluru itu, korban
si A, ada pelurunya, nomornya dilihat, dicek siapa yang punya, gampang
sebetulnya kalau mau.
KBR68H
0 komentar:
Post a Comment