Muridan Satrio Widjojo, Koordinator Jaringan Damai Papua (photo Tim) |
Manokwari - Muridan Satrio Widjojo, salah satu
Koordinator Jaringan Damai Papua mengatakan, Papua masih menghadapi
sebuah kebuntuan politik. Ada ketidakpercayaan antara pemerintah dan
orang Papua, begitu sebaliknya.
Kebuntuan ini, terjadi pada tiap kejadian buruk. Kerap timbul
pemahaman bahwa pemerintah sengaja mau hancurkan orang Papua. Misalnya
penyakit babi di Lembah Baliem. Warga Wamena percaya, pemerintah sengaja
masukan penyakit babi dan setelah itu, mau merampas tanah Orang Papua.
“Bahasa ini kuat sekali, orang juga percaya, HIV AIDS itu kerja
intelejen, saya mau katakan, bahwa ini ada semacam tembok besar yang
menghalangi pemerintah dan masyarakat,” kata Muridan pada Forum Kajian
Indikator Papua Tanah Damai di Manokwari, Papua Barat, Sabtu lalu.
Menurut dia, mengatasi masalah Papua, pemerintah telah beritikad
baik. Pemerintah mengutus Farid Husein yang telah bertemu banyak tokoh.
Husein sukses dalam proses perdamaian di Aceh.
Pemerintah juga membentuk Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua
Barat. “Dari proses-proses ini, kami sebetulnya ingin mendorong agar
pemerintah melihat masalah Papua secara sungguh-sungguh. Tapi jangan
lupa, yang mengolah Papua itu ada banyak jajaran, sehingga untuk
mensinergikan itu, butuh kerja besar,” ujarnya.
Ia menjelaskan, karena begitu banyak jajaran, kebijakan menjadi tidak
jelas. “Disini kita semua mencoba memperbaiki, bahwa ada kebijakan yang
jelas untuk Papua, hanya belum mengarah dan efektif,” ujarnya lagi.
Muridan berpendapat, tembok yang memisahkan Jakarta dan Papua bukan
hanya orang Papua, juga antara keduanya sebagai masyarakat sipil. “Untuk
itu kita buat Jaringan Damai Papua yang koordinatornya ada dua, yaitu
di Jakarta dan Papua,” katanya.
0 komentar:
Post a Comment