Sabtu, 01 Desember 2012 18
Semarang: Pada tanggal 01 Desember 2012, FORKOMPAS Memperingati HUT Kemerdekaan Papua Barat yang ke 51 di tempat Asrama Manokwari dengan tema Berjuang Tanpa Kekerasan.
Semarang: Pada tanggal 01 Desember 2012, FORKOMPAS Memperingati HUT Kemerdekaan Papua Barat yang ke 51 di tempat Asrama Manokwari dengan tema Berjuang Tanpa Kekerasan.
Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk
memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Tanah Papua, yang mana telah
merdeka pada tahun 1961.
Ketika diwawancarai dengan panitai pelaksana HUT Kemedekaan Papua Barat
atas nama Ambrosisus Yobee menyatakan bahwa kita adakan kegiatan dengan
Ibadah dan pemutaran film untuk merayakan hari ulang tahun Kemerdekaan
Papua Barat yang berusia 51 tahun ini.
Lanjut Yobee bahwa selama ini untuk
Memperingati hari Ulang Tahun Kemerdekaan Papua Barat dilakukan dengan
berbagai kegiatan yakni demo dan lain sebagainya sehingga banyak warga
sipil yang menjadi korban. Akhirnya mengodai hari kemerdekaan Papua
Barat. Untuk itu, FORKOMPAS memilih untuk Memperingati Hari Kemerdekaan
Papua Barat dengan cara beribadah dan pemutaran film. Karena doa adalah
senjata yang paling ampuh. “tandasnya”.
Menurut mahasiswa Unika ini bahwa Alasan
kami memilih untuk beribadah dan pemutaran film karena berjuang tanpa
Tuhan pada akhirnya akan sia-sia. Melalui Ibadah juga mengenang kembali
sejarah-sejarah yang terjadi pada masa silam dan mendoakan kepada para
pahlawan yang telah korban memperjuangkan kemerdekaan. Dan juga melalui
pemutaran film memberikan wawasan kepada warga yang berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut.
Ketika diminta padangan dari ketua
FORKOMPAS atas nama Otis Tipakau terhadap kegiatan ibadah dan pemutaran
film ketimbang demo. Otis menyatakan bahwa generasi sekarang belum
mengerti tentang sejarah Papua Barat sehingga kami memilih ibadah dan
pemutaran film agar melalui kegiatan tersebut generasi Papua bisa
memahami sejarah Papua Barat.
Lanjut Otis berjuang tanpa kekerasan
adalah perlu digunakan dalam organ-oragan yang ada untuk berjuang. Dia
(Otis) menyatakkan bahwa banyak negara di dunia yang berjuang tanpa
kekerasaan sehingga kita juga harus belajar dari pengalaman orang lain.
Kegiatan tersebut diawali dengan ibadah
yang dipimpin oleh pendeta Yulianus Anow. dalam kotbahnya pendeta
menyatakan bahwa warga Papua harus memiliki 5 makna yang terkandung
dalam Injil yakni kebenaran, kekudusan, kedamaian, keadilan dan
kejujuran “dengan nada yang tegas”. Cp Yance Iyai dan Amoyeyoka Marselino Tekege.
Sumber: Cermin Papua
0 komentar:
Post a Comment