YOGYA - Ikatan
Pelajar dan Mahasiswa Deiyai Yogyakarta dan Solo kembali menggelar diskusi yang
ke 43 pada Kamis, 20 Februari 2014.
Diskusi
ini berjudul “Memperjuangkan Kejujuran” yang dibawakan oleh Moses Douw, Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “STPMD” APMD Yogyakarta. Diskusi kali ini dimulai pada pukul 20.30
WIB.
Dalam
diskusi, pemateri memaparkan bahwa kejujuran perlu diperbaiki dan diangkat
kembali. Ia mngambil contoh kejujuran yang pernah dialami oleh seorang tokoh
nasional India yakni Mahatma Gandhi. Semasa beliau sekolah, kata Moses, ketika
mengikuti ujian- ujian di sekolah Gandhi tidak menggunakan bocoran jawaban atau
menyontek. Bisa dikatakan bahwa seorang Mahatma Gandhi adalah seorang yang
lemah namun menerima kuat dalam pendiriannya, jujur pada sikap dan tindakannya.
Selain
itu, dalam pembahasan selanjutnya,
Moses menghubungkan kejujuran dalam kehidupan dengan bacaan yang terdapat di
ayat- ayat kitab suci. Dalam hal kejujuran, Yesus berbicara dan bersikap sangat
tegas. Yesus semasa hidupnya di dunia ini, Dia sangat sadar dan pemaaf. Tetapi terhadap kaum
munafik, Yesus sangat keras. Mengapa demikian? Orang- orang yang munafik sulit
sekali untuk bertobat karena mereka menganggap dirinya suci. Mereka sangat
mengandalkan kesalehan, kekudusan, dan kekuasaannya sendiri.
Dalam
sesi selanjutnya, Deserius Butu mengemukakan bahwa salah satu contoh kejujuran
yang sering dilakukan adalah mereka yang sering merokok. Prinsip yang sering
mereka lakukan adalah membagi rokok jika ada rokok dan tidak jika tidak ada
rokok.
Pendapat
lain dikemukakan oleh Yustinus Tebay, Mahasiswa Jurusan Ekonomi di STIB Bank. Tebay
berpendapat bahwa kejujuran harus ditanamkan dari anak masih kecil. Jika anak
dilatih dari kecil untuk selalu jujur, maka ketika dewasa orang tersebut akan
berusaha jujur misalnya dalam hal ekonomi. Contohnya ketika orang tersebut
diberi tanggung jawab menjadi bendahara di suatu komunitas maka tugas tersebut
tidak dilalaikan olehnya.
Di
sela- sela penjelasan tersebut muncul pula pertanyaan yang sangat bagus, yang
dilontarkan oleh Bernadeta Goo, Mahasiswa
Jurusan Ekonomi
Universitas Widya Wiwaha. Bernadeta melontarkan pertanyaan bahwa setiap orang
di dunia pasti tidak lupa dari ketidakjujuran. Untuk mengatasi ketidakjujuran
tersebut langkah- langkah apa saja yang dilakukan agar ketidakjujuran tidak
muncul?
Mendengar
pertanyaan tersebut, para mahasiswa yang mengikuti diskusi pun mengemukakan
pendapat masing- masing. Pendapat dimulai dari pemateri, Moses Douw. Douw
mengemukakan bahwa untuk mengatasi munculnya ketidakjujuran itu kita harus
kembali ke agama. Kita Punya keyakinan kepada Tuhan yang kita yakini. Contoh
nyata adalah Mahatma Gandhi. Beliau menegakkan kejujuran melalui agama yang
diyakininya. Pendapat Moses ditambahkan oleh Deserius Butu bahwa selain agama,
kita juga harus kembali ke budaya kita. Ketidakjujuran menjadi hal yang biasa karena
saat ini, sanksi yang diberikan tidak seberat masa lalu (masa nenek moyang).
Selain
tanggapan di atas, tanggan lain dipaparkan oleh Agustian Tatogo, Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma(USD). Tatogo
menjelaskan kejujuran harus dimulai dari diri sendiri. Seseorang harus percaya
diri (PD) terhadap dirinya sendiri. Untuk menetukan suatu tindakan, entah itu
baik atau buruk, dalam dirinya harus mempunyai keyakinan. Keyakinan seseorang
adalah awal dari sukses atau tidaknya kejujuran tersebut.
Tanggapan
lain disampaikan oleh Albertus You, Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas
Jana Badra (UJB). You menambahkan ada tiga unsur utama untuk mengatasi
ketidakjujuran, yakni pertama:
kesadaran diri. Ketika melakukan sesuatu, apakah seseorang tersebut sadar akan
dirinya atau tidak? Kedua: mempunyai
prinsip. Untuk bertindak sesuatu hal, seseorang harus mempunyai prinsip,
punya keyakinan serta selalu optimis. Ketiga:
hidup seadanya. Artinya, dalam hidup kita sehari- hari kita hidup apa adanya,
jika tidak kaya akan harta duniawi, kita tidak boleh berkeinginan untuk menjadi
kaya karena ketika kita bekeinginan untuk menjadi kaya, muncullah sikap dan
tindakan ketidakjujuran.
Hal
senada pula dilontarkan oleh Andy Pigai, Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan
Sekolah Tinggi Ilmu Lingkungan. Andy mengemukakan bahwa manusia hidup antara
keinginan dan iman. Keinginan dan
iman tidak dapat disatukan karena keduanya bertolak belakang. Keinginan manusia
sering kali tidak selaras dengan iman. Manusia pada zaman ini memiliki keinginan tetapi tidak memiliki iman. Hal ini
yang menyebabkan munculnya ketidakjujuran di dunia ini. Maka, harapannya agar
manusia di dunia ini
semakin mengenal iman, berjalan dan bertindak sesuai dengan iman. Iman yang dimaksud adalah
keyakinan kita akan Tuhan yang kita yakini.
Pendapat
lain tentang kejujuran dimunculkan oleh Stefanus Bukega, Mahasiswa Jurusan
Teknik Sipil Universitas Jana Badra (UJB). Bukega memaparkan bahwa melakukan
ketidakjujuran namun jika demi kepentingan bersama itu tidak jadi persoalan.
Yang menjadi persoalan adalah melakukan tindak ketidakjujuran namun untuk
kepentingan diri sendiri, misalnya mencari jabatan atau kedudukan, memperkaya
diri sendiri. Hal demikian tidak diperbolekan. Memang ada benarnya juga bahwa,
untuk melakukan ketidakjujuran itu tergantung situasi dan kondisi pada orang
yang melakukan tindakan tidak jujur.
Pada
akhir sesi, pemateri menyimpulkan bahwa ketidakjujuran itu bermanfaat untuk
mendapatkan jabatan serta untuk mendapatkan kekayaan. Tetapi di balik
ketidakjujuran yang dilakukannya tersebut diharapkan agar nantinya akan ada
feedback atau timbal baliknya.
Tentunya timbal balik adalah hal- hal yang posistif atau bisa membantu
masyarakat lain dalam mengembangkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Kejujuran menjadi faktor penentu dalam kehidupan, misalnya kita ingin hidup
miskin tetapi bahagia karena jujur atau kaya tetapi tidak bahagia, semua itu
tergantung pada pilihan dari orang tersebut. Acara diakhiri pada pukul
22.00 WIB dengan tepuk tangan meriah. (Agustinus Tatogo)
Sumber:
http://www.timipotu.blogspot.com/2014/02/asdei-yogya-memperjuangkan-kejujuran.html
0 komentar:
Post a Comment