YOGYA - Bendera Bintang Kejora lahir sebagai bendera bangsa Papua yang mana akan
mengentitikan orang Papua sebagai orang yang berbudaya dan berbangsa yang pada
selanjutnya akan disebut sebagai lambang Negara Papua Barat. Itu pasti akan
terwujud.
Yang
perluh diketahui oleh semua orang adalah, BENDERA BINTANG KEJORA” itu bukan ada
ketika Indonesia merdeka tetapi sebelum Indonesia Merdeka sudah ada Bintang
Kejora.
Hal ini bisa dilihat dari perjuangan Papua Merdeka. Perjuangan Papua
Merdeka dimulai sejak tahhun 1932-an dan pada tahun 1961 diakui Bintang Kejora
Sebagai lambang Negara bukan lambang Budaya.
Tahun
1961 di New York Belanda, Papua diakui sebagai sebuah Negara dengan lambang
bintang kejora dan lagu hai tanahku Papua. Berkibarlah di alam angkasa, bendera
Bintang Kejora dalam nyanyian lapu kemerdekaan “hai tanah ku Papua”. Itulah
harga diri manusia Papua sebagai ciptaan Allah yang berkodrat kebebasan.
Berdasarkan
sejarah perjuangan kemerdekaan Papua sebagai salah satu Negara yang sudah
diakui pada tahun 1961 maka, sebagia Negara sudah mendukung dan sedang
menyoroti Indonesia untuk harus mengakui Papua sebagai Negara yang sudah
merdeka.
Hal
ini kembali terjadi perdebatan juga dalam Negara Indonesia. Banyak orang dalam
NKRI ini mengakui bahwa Papua adalah sebuah Negara tersendiri bukan sebuah
wilayah dalam NKRI maka Negara harus mengakui kemerdekaan Papua.
Bagaimana perdebatan antara Dus Dur
dan Wiranto tentang “Bintang Kejora” di Papua?
Gus
Dur mengakui dan mempersilahkan untuk kibarkan “BENDERA BINTANG KEJORA”. Sementara
itu, pada tahun 2001, Gus Dur merubahkan nama Irian Jaya menjadi Papua. Itulah
Gus Dus disebut sebagai guru bagi bangsa Papua.
Gus
Dur menyebut bahwa bendera Bintang Kejora hanya sebuah umbul-umbul seperti yang
ada ketika pertandingan sepak bola. Gus Dur pun meminta TNI tidak terlalu risau
dengan pengibaran bendera tersebut. Itukan bendera Papua, sama dengan bendera
Indonesia. Kata gus dus.
Hal
ini seperti yang disampaikan Mubarok saat menghadiri acara 1000 hari
meninggalnya Gus Dur. Mubarok mendapatkan cerita ini dari mantan Menteri
Kelautan Freedy Numberi yang menyaksikan sendiri bagaimana Gus Dur mendamprat
Wiranto gara-gara bendera OPM tersebut.
Saat
itu Wiranto masih menjabat Menko Polkam dan melapor ke Pak Presiden Gus Dur
terkait pengibaran bendera OPM, Bintang Kejora.
"Bapak
Presiden, kami laporkan di Papua ada pengibaran bendera Bintang Kejora,"
ujar Mubarok menirukan Wiranto saat melapor.
Mendengar
laporan tersebut, kemudian Gus Dur bertanya, "Apa masih ada bendera Merah
Putihnya?" tanya Gus Dur. "Ada hanya satu, tinggi," ujar Wiranto
sigap.
Mendengar
jawaban itu, Gus Dur kemudian menjawab, "Ya sudah, anggap saja Bintang
Kejora itu umbul-umbul, itu kan Bendera mereka, sama dengan merah putih. ujar
Gus Dur santai.
"Tapi
Bapak Presiden, ini sangat berbahaya," sergah Wiranto.
Gus
Dur pun marah dan segera mendamprat Wiranto, "Pikiran Bapak yang harus
berubah, apa susahnya menganggap Bintang Kejora sebagai umbul-umbul! Sepakbola
saja banyak benderanya!" ucap Gus Dur.
Dalam
sebuah diskusi di Kantor PBNU pada Jumat (06/07/2007) Gus Dur yang sudah tidak
lagi jadi presiden, kembali menyebut alasannya memperbolehkan bendera Bintang
Kejora berkibar. Gus Dur menganggap bendera Bintang Kejora hanya bendera
kultural warga Papua.
"Bintang
kejora bendera kultural. Kalau kita anggap sebagai bendera politik, salah kita
sendiri," kata Gus Dur kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya,
Jakarta, Jumat (6/7).
Gus
Dur, yang saat menjabat presiden mengabulkan permintaan masyarakat Irian Jaya
(waktu itu) untuk menggunakan sebutan Papua, justru menuding polisi dan TNI
tidak berpikir mendalam ketika melarang pengibaran bendera Bintang Kejora.
"Ketika
polisi melarang, tidak dipikir mendalam, (tim) sepak bola saja punya bendera sendiri.
Kita tak perlu ngotot sesuatu yang tak benar," katanya.
Menurut
Franz Magnis Suseno, pemberian nama Papua pada Irian Jaya dan pemberian izin
pengibaran bendera Bintang Kejora bukan tanda Gus Dur meremehkan terhadap
Indonesia.
Gus
Dur percaya pada Orang Papua. Gus Dur tahu bahwa itulah cara untuk merebut hati
suatu masyarakat yang puluhan tahun merasa tersinggung, tidak dihormati, dan
bahkan dihina. Karena itu orang-orang Papua mencintai Gus Dur," ujar Franz
Magnis dalam kata pengantar buku karangan Muhammad AS Hikam, berjudul 'Gus Dur
Ku, Gus Dur Anda dan Gus Dur Kita'.
Memang
benar, orang Papua tetap menyebut Gus Dur sebagai guru Papua sebab dialah
pemimpin Indonesia yang memiliki rasa kemanusiaan terutama kepada masyarakat
yand sedang dijajah oleh penguasa Negara. Satu kalimat Gus Dus yang akan
dikenang oleh orang Papua adalah, Papua mau merdeka dan tidak itu tergantung
kesiapan orang Papua sendiri, itu sama hal dengan kita Indonesia. (Bidaipouga Mote)
Sumber: http://timipotu.blogspot.com/2014/02/percakapan-gus-dur-dan-wiranto-terkait.html
0 komentar:
Post a Comment