|
PM Selandia Baru, John Key bersama SBY (rri.co.id)
|
John Key, PM Selandia Baru kepada media Selandia Baru (Rabu/18/04) mengatakan
bahwa isu Papua Barat juga dibahas dalam pertemuannya dengan Presiden Indonesia,
Soesilo Bambang Yoedhoyono (SBY) di Jakarta, kemarin (Selasa 17/04).
Dalam pertemuan tersebut, SBY mengangkat isu Hak Asasi Manusia (HAM)
sebagai kata kunci untuk masalah Papua. <br>"Dia sangat terbuka dan jujur tentang
situasi di sana." kata Key tentang SBY.
Meskipun telah ada keprihatinan internasional tentang pelanggaran hak asasi manusia di
Papua Barat, Presiden Yudhoyono mengatakan kepada perdana menteri Selandia
Baru tersebut bahwa setiap pelanggaran tersebut akan diselidiki dan pelakunya
dibawa ke pengadilan.
Dia (SBY) mengakui ada berbagai pandangan mengenai tanah Papua tetapi pada
akhirnya, seperti bagian lain dari Indonesia, mereka ingin berhasil dan sukses dan
memiliki masa depan yang mereka yakini." kata Key tentang pertemuannya dengan
SBY.
Saya menegaskan kembali posisi Pemerintah (Selandia Baru) yang menghormati
integritas teritorial Indonesia ketika datang ke Papua Barat." kata Key.
Dalam pertemuan itu juga, Wakil Presiden Boediono mengucapkan terima kasih
kepada Selandia Baru yang telah bekerja di wilayah yang bermasalah, terutama
dengan sektor kebijakan masyarakat.
Seperti diketahui sebelumnya, rencana pertemuan antara John Key dan SBY yang
hanya berselang beberapa hari sejak Inggris mengumumkan akan memperbaharui
rencana penjualan senjata mereka ke Indonesia, membuat Partai Hijau di Selandia
Baru mendesak John Key untuk membicarakan masalah Papua dalam pertemuannya
itu.
Selain Partai Hijau, Komite HAM untuk Indonesia di Selandia Baru juga meminta
Key agar menempatkan Papua dalam agenda pembicaraannya dengan SBY.
Selandia Baru memiliki tanggung jawab khusus untuk tidak melupakan tetangga
Melanesia kami di Papua Barat. Kita tidak boleh mengabaikan masalah HAM yang s
edang berlangsung, dalam terburu-buru untuk mengakui perubahan positif yang
terjadi di Indonesia pasca Soeharto." kata Maire Leadbeater, juru bicara Komite ini.
Masih menurut komite yang dikenal dengan sebutan Indonesia Human Rights
Committee (IHRC) ini, Indonesia mempertahankan kehadiran militer dengan sangat
tidak proporsional di Papua Barat - termasuk Pasukan Khusus (Kopassus) dan
membatasi akses luar terhadap informasi dari Papua. (Jubi/Victor Mambor)
0 komentar:
Post a Comment