Militer di Papua (photo Bidaipouga Timipotu) |
Bersamaan
dengan gagalnya otonomi khusus Papua, Indonesia juga berupaya untuk
membuka pos-pos militer diantara pemukiman penduduk orang Papua
seakan-akan penduduk orang Papua adalah perbatasan negara Indonesia
dan Papua.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono selalu mengatakan untuk membangun Papua
perluh ditempuh melalui Damai, Kasih, dan Demokrasi. Untuk mewujudkan
Damai, Kasih dan Demokrasi itu pemerintah Indonesia dibawah pimpinan
Presiden SBY selalu mengirimkan militer yang benar-benar terlatih
dalam hal perang untuk mengamankan keamanan Papua.
Apakah
militer bisa mengamankan keamanan Papua? Dengan melihat kondisi di
lapangan (Papua) begitu banyaknya militer di Papua masalah
pelanggaran HAM pun semakin meningkat tanpa mengungkapkan siapa
pelaku? Sehingga salah satu landasan pemikiran yang musti
dikembangkan oleh Orang Asli Papua di atas tanah Papua adalah apa
benar pemerintah Indonesia bersama kekuatan militer akan membangun
Papua melalui Kasih, Damai dan Demokrasi?
Ligoka
polos selalu mengatakan kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan
permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia yang berbangsa dan
bernegara. Sama halnya dengan Papua, selama Papua dibanjiri oleh
militer, Papua tidak akan mencapai pada titik yang diharapkan oleh
pemerintah Indonesia. Apapun motifnya bentuk kekerasan tidak akan
membawah dan menciptakan kasih, kedamaian, dan demokrasi di Papua.
Presiden
SBY selalu menginstruksi kepada militer, segera mengamankan keamanan
Papua. Disampin instruksi, SBY juga selalu memberikan kepercayaan
penuh kepada militer untuk mengamankan situasi Papua. Yang menjadi
pertanyaan bagi orang Papua adalah sebenarnya ada apa dibalik
kepercayaan itu? Apakah presiden SBY konsisten dengan perkataannya?
Tindakan apa yang dilakukan sebagai kepala Negara saat militer
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang asli Papua?
Dibalik
instruksi dan imbauan presiden terhadap keamanan di Papua, presiden
juga hanya bertepuk tangan di belakang layar settingan sistem
pemerintahan.
Sudah
terbukti bahwa, presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertepuk tangan
dibalik instruksi, imbauan, dan perkataan “Papua
harus di bangun dengan Kasih, Damai dan Demokrasi.
Saat militer membunuh Kelyk Kwalik, Theys dan Mako Tabuni, bapak
presiden hanya diam membisu dan bertepuk tangan dibalik imbauan dan
intruksi tersebut. Tidak pernah berkomentar apapun terhadap militer
Indonesia yang telah melakukan pelanggaran HAM berat di Papua Barat.
Tindakan
kepala Negara sudah terbukti bahwa pemimpin Negara mendukung militer
untuk mewujudkan permusuhan, kekerasan, pemerkosahan. Penganiayaan,
intimidasi, teror dan pembunuhan dalam Negara Indonesia yang sudah
merdeka itu.
Dengan
melihat tindakan Negara bersama kekuatan militer terhadap Orang Asli
Papua itu, apa benar Papua harga mati untuk keluar dari NKRI? Apa
benar Papua merdeka adalah harga mati bagi Orang Papua?
Kemerdekaan
adalah sesuatu hal yang sudah ada pada manusia dan kemerdekaan adalah
sesuatu yang kondrat bagi manusia sebab kemerdekaan manusia adalah
harapan besar Tuhan sebagai pencipta manusia. Selain itu, kemerdekaan
bagi suatu bangsa adalah piagam PBB yang sudah di agendakan sebab
kemerdekaan adalah hak veto segala suku bangsa.
Aristoteles
mengatakan, apabila dalam satu Negara kehidupan manusia merasa
tertekan, tidak dihargai harkat, dan martabat sebagai manusia berarti
tentu saja manusia akan berupaya untuk menghindar diri dari segala
ancaman tersebut.
Apa
yang dikatakan oleh Aristoteles itu sangat benar bagi Oang Papua dan
sangat tepat untuk menjawab pertanyaan “ mengapa Papua ingin
merdeka sendiri?” apakah Indonesia tidak menghargai orang Papua
yang mempunyai harkat dan bermartabat?
Bagi
penulis, kalau Papua mau merdeka perluh juga melihat sejarah
kehidupan orang Papua di atas tanah Papua selama Papua diintegrasikan
dalam NKRI sampai saat ini, kalau memang Indonesia tidak menghargai
harkat dan martabat sebagai manusia Papua berarti sudah jelas bahwa
kemerdekaan adalah harga mati bagi Papua. Apabila harkat, martabat
dan moralitas sebagai manusia Papua telah dirusak, tidak dihargai
oleh Negara Indonesia, Papua merdeka adalah hak penuh bagi orang
Papua.
(httr,
Bidaipouga Timipotu)
0 komentar:
Post a Comment