Karel Gwijangge, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Mimika Foto: cyriakus_kiik |
Timika - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Mimika, Karel Gwijangge,
mengutuk keras anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian
di Kabupaten Mimika, Propinsi Papua.
“Jumlah anggota TNI dan Kepolisian di daerah itu terlalu banyak,
namun banyak pula persoalan yang terjadi tetapi tidak mampu
diselesaikan,” ungkap Karel, kepada Jurnaline.com disela-sela aksi
pendudukan Kantor DPRD Mimika, Kamis (13/9) kemarin.
Kantor DPRD Mimika diduduki massa Suku Amungme, salah satu suku besar dari tujuh suku yang saat ini menghuni Kabupaten Mimika.
Menurut Karel, banyak warga Kabupaten Mimika khususnya anak Suku
Amungme yang mati terbunuh sia-sia tetapi sampai saat ini tidak ada
proses hukum terhadap para pelaku.
“Polisi selalu beralasan bahwa para pelaku adalah orang tidak dikenal sehingga menyulitkan penyelidikan,” kata Karel.
Karel mengatakan, apabila pemerintah dan aparat kepolisian yang ada
di daerah itu mampu menyelesaikan semua masalah termasuk berbagai bentuk
pertikaian dalam berbagai modus, tentu keadaannya tidak seperti
sekarang.
“Yang terjadi, polisi justru tangkap orang tetapi kemudian dilepas
kembali, lalu dibilang sudah jatuh tempo untuk dipulangkan. Memangnya
pelaku kriminal dilepas begitu saja atau diproses sesuai hukum positif
yang ada,” tanya Karel.
Karel mengaku sudah tidak percaya polisi dan tentara. Sebab, polisi
dan tentara di tanah Amungme terlalu banyak tetapi mereka tidak menjaga
rakyat.
“Polisi dan tentara hanya jaga PT Freeport Indonesia. Masyarakat
dibunuh pelaku terang-terangan malah dibilang pelakunya orang tidak
dikenal. Ini sangat menyedihkan dan menyesatkan,” ucap Karel.
Karel juga mengingatkan masyarakat Suku Amungme untuk selalu
berhati-hati keluar rumah. Sebab, bisa saja saat keluar rumah langsung
ditikam atau dibunuh.
“Kita tidak punya tempat mengadu saat ini,” tutup Karel. [cyriakus_kiik]
Jurnaline.com
0 komentar:
Post a Comment