Arema Indonesia Cukur Persidafon 4-0

Arema Malang (Slamet Mulyono/VIVAbola)
Arema sudah unggul 2-0 di babak pertama. 
  Arema Indonesia tampil gemilang saat menjamu tim asal Papua, Persidafon Dafonsoro di Stadion Kanjuruhan, Malang, Kamis, 31 Mei 2012. Tampil di depan publiknya sendiri, Singo Edan mengamuk dan mencukur tim tamu Persidafon empat gol tanpa balas.

Dalam lanjutan Liga Super Indonesia (ISL) 2011-12 ini, Arema langsung menekan pertahanan Persidafon sejak menit awal babak pertama. Tuan rumah nyaris mencetak gol pada keempat lewat Herman Dzumafo yang berhasil menusuk ke jantung pertahanan Persidafon.

Beruntung kiper tim tamu, Selcius Gebze mampu membendung bola. Pada menit ke-10, tusukan Herman kembali mengancam gawang Persidafon. Namun kali ini dia memberikan umpan matang ke Sunarto yang berdiri bebas. Sayang tandukan Sunarto masih melebar.

Arema akhirnya memecah kebuntuan lewat Feri Aman Saragih pada menit ke-17. Tandukannya berhasil merobek jala Persidafon. Herman Dzumafo kemudian menggandakan keunggulan tuan rumah pada menit ke-37. Skor 2-0 untuk Arema pun bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, Arema kembali mendominasi jalannya pertandingan. Singo Edan kembali memperlebar jarak lewat Ahmad Faris pada menit ke-74. Sedangkan gol penutup dicetak oleh Dicky Firasat menit 88. Dengan hasil ini Arema semakin menjauh dari zona degradasi. Singo Edan kini menempati peringkat ke-12 dengan koleksi 31 poin.

Susunan Pemain
Arema Indonesia:
Akhmad Kurniawan,Seme Piere Patrick, Johan Ibo, Al Farizi, Khusnul Yuli, Hendro Siswanto, Ferry Aman Saragih, Alain N ‘Kong, Arif Arianto (46”) , Dicky Firasat (59”) ,Herman Dzumafo Epandi(c)

Persidafon Dafonsoro:
Selcius Bebze, Bejo Sugiyantoro, Andri Ibo , Marcello Cirelly, Rasmoyo, Michel Nere, Isack Wanggai, Cristian Warabay, Eduard Ivakdalam (c), Corinus Fringkrew(67'), Lukas Rumkabu
 
 Sumber: Vivabola
 
 
 

Jerman Minta Warganya Dievakuasi dari Papua


 Jayapura- Pemerintah Jerman meminta Dietmer Pieper (55 th), warganya yang mengalami luka tembak segera dievakuasi dari Jayapura, Papua.  Kepala Dinas Kesehatan Papua drg Joseph Rinta mengakui, hasil keputusan tim dokter RSUD Dok II Jayapura, Pieper diizinkan untuk dievakuasi sesuai permintaan dari pemerintah negara tersebut mengingat kondisi korban saat ini sudah stabil.

Dikatakan, untuk mengevakuasi korban, Kedubes Jerman bekerja sama dengan pihak asuransi saat ini sedang melakukan berbagai persiapan mengingat kondisi korban yang mengalami luka tembak di bagian punggung dekat pinggang kiri tembus dada bawah.

"Kami belum dapat memastikan kapan evakuasi itu dilakukan, karena masih menunggu informasi lebih lanjut," ungkap Kadis Kesehatan Papua.

 Menurutnya, korban yang sempat dioperasi "thoraxtomy", masih dalam perawatan intensif di ruang ICU RSUD Dok II Jayapura dan terus dilakukan pemantauan oleh tim dokter.

 Korban sendiri saat ini masih mengeluh kesakitan sehingga, tim dokter memberi obat pengurang rasa sakit yang menyebabkannya tidur, kata Rinta, seraya menambahkan evakuasi akan menggunakan pesawat khusus yang juga berfungsi sebagai ambulans udara.

 Penembakan terjadi saat korban bersama istrinya, Eva Medina yang berkebangsaan Spanyol berada di Pantai Base G Kodya Jayapura.

Pieper berkebangsaan Jerman mempunyai paspor yang berlaku hingga 12 Januari 2019, sedangkan  Eva Medina yang berkebangsaan Spanyol memiliki paspor yang berlaku hingga 28 Januari 2014. [003-antara]

Penembakan WN Jerman Dituding Terkait Teguran di Sidang HAM

Jubir KNPB Victor Yeimo (kanan)--MI/Marcel /r
JAYAPURA--Penembakan terhadap warga Jerman, Dietmar Pieper, pada Selasa (29/5) adalah sebuah konspirasi besar NKRI untuk mengeliminasi desakan internasional tentang keterlibatannya dalam pelanggaran HAM di Papua. Penembakan ini tampaknya sangat erat kaitannya dengan teguran keras kepada Indonesia oleh dewan HAM PBB saat sidang di sana.

Teguran keras itu berkaitan dengan TNI/Polri yang merupakan aktor kekerasan dan pelanggaran HAM berat di Papua. Apalagi, Jerman juga merupakan negara yang terang-terangan menegur Indonesia dalam sidang itu.

Juru Bicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Victor Yeimo, di Jayapura, Rabu (30/5), mengatakan pihaknya menilai dengan cermat bahwa penembakan ini adalah murni konspirasi negara untuk mengambinghitamkan orang Papua sebagai dalang di balik konflik kekerasan di tanah Papua.

"Kami bersyukur orang asing ada di Papua. Apalagi Jerman, sejak Ottow dan Geisler masuk Papua ratusan tahun silam sebagai penyebar agama, Papua tak pernah musuhi mereka. Justru pemerintah Indonesia yang melarang warga dan wartawan asing masuk Papua, bahkan menangkap dan deportasi," ujarnya.

Victor Yeimo mengaku pihaknya sangat kecewa karena hampir semua kasus penembakan di Papua tak pernah terungkap, dan selalu saja mengatakan pelaku adalah berciri orang Papua.

"Masalah ini tak semudah katakan pelaku adalah orang tak dikenal sebagaimana ditulis berbagai media cetak dan elektronik. Aparat juga beritahu bahwa mobil yang sudah ditemukan tapi tak pernah bisa buktikan," katanya.

"Pengalaman selama ini pelaku tak pernah diungkap. Siapa di belakang penembakan selama ini? Ini bukti konspirasi ini terus berjalan. Jangan lihat topengnya, kenapa selalu ciri-ciri keriting, gimbal, kulit hitam berewok, selalu kambinghitamkan pelaku adalah orang Papua. Jelas pekerja HAM selalu pertanyakan (ini) tak pernah diungkap. Ini bisa saja konspirasi TNI/Polri merusak nama orang Papua," tegas Yeimo lagi.

Menyikapi penembakan warga Jerman itu, pihak KNPB mendesak pemerintah Jerman untuk segera mengirim tim independen untuk mengungkapnya, serta mendesak pemutusan hubungan diplomatik dengan Indonesia. "Ini tak boleh dibiarkan tanpa penyelesaian yang jelas," papar Victor. (MC/OL-10)

Sumber: MICOM

Pendukung Bupati Manokwari Baku Pukul dengan Puluhan PNS

Manokwari: Aksi segel Pegawai negeri Sipil (PNS) terhadap ruang kerja pejabat sementara Sekretaris Daerah Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Kamis (31/5), berakhir ricuh.

Para PNS yang menyegel ruangan kerja Sekda Manokwari Joas Paiki di Kantor Bupati Manokwari, Papua Barat, terlibat baku pukul dengan pendukung Bupati Manokwari Bastian Salabay. Seorang PNS nyaris jadi bulan-bulanan pendukung bupati, jika tidak melarikan diri.

Dengan membawa sejumlah senjata tajam seperti parang, massa bupati Manokwari mengusir PNS yang menyegel pintu ruang kerja pejabat sementara Sekda Joas Paiki. Beruntung aksi anarkis tidak berlanjut karena aparat kepolisian langsung menenangkan massa.

Aksi segel ruang Sekda dilakukan PNS yang tidak setuju dengan rencana pelantikan Skda definitif oleh Bupati Manokwari Bastian Salabay. Alasannya, pejabat Sekda yang baru bukan berasal dari Papua. Sementara para pendukung bupati datang untuk mendukung kebijakan bupati Manokwari, terkait pelantikan Sekda definitif.(RZY)

Sumber:  Metrotvnews.com

Pelayanan Pasien di RSUD Wamena Sangat Kurang

JAYAPURA – Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat(YPKM), terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat, dengan 10 RSUD yang menjadi tempat penelitian, Wamena mendapat nilai negatif, pasalnya pelayanan terhadap pasien di RSUD tersebut sangat kurang.

 “Dari sepuluh rumah sakit yang diteliti hanya Wamena yang kurang. Indikator yang menyebabkan sehingga terjadinya ketidakpuasan terhadap pasien adalah karena fasilitas, ketenagaannya, atau sisi sumber daya manusianya yang masih minim sekali,” ungkap Koordinator Tim Peneliti yang juga Direktur YPKM, Drs. T.G Butarbutar, M.Kes, kepada wartawan di Aula SMK Negeri 1 Jayapura, Selasa (29/5).
 Sedangkan Rumah Sakit Umum Daerah yang memilik kepuasan pasien tertinggi adalah Rumah Sakit Fakfak, diikuti oleh RSUD Manokwari, Yowari. 

 Menurut Butarbutar, aspek-aspek yang dipakai oleh YPKM dalam mengukur kepuasan pasien itu diantaranya ada 5 yaitu ketanggapan, kehandalan dalam melakukan penanganan, perhatian, penampilan fisik rumah sakit dan manajemen. Sepuluh rumah sakit yang diteliti itu diantaranya, di RSUD Abepura, Biak, Dok II, Fakfak, Manokwari, Merauke, Nabire, Serui, Wamena Yowari.

  Latarbelakang malakukan penelitian ini adalah untuk memberikan masukan bagi peningkatan pelayanan kesehatan secara khusus kepada masyarakat yang ada dirumah sakit. Dengan penelitian tersebut, sudah sejauhmana kepuasan pelayanan terhadap masyarakat.

“Penelitian ini nantinya akan memberikan masukan kepada masukan kepada rumah sakit, pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, dan kepada masyarakat,” katannya.

Sementara itu,  Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Drg. Yosep Rinta, M.Kes, menyambut baik hasil penelitian itu, karena menurutnya, dengan penelitian-penelitian tersebut dapat memberikan masukan atau kritikan terhadap kelangsungan pelayanan rumah sakit pemerintah kepada pasien atau masyarakat di Papua dan Papua Barat.

“Dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh YPKM ini, kami berharap bisa menjadi evaluasi terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang kami lakukan terutama kepada RSUD,” ujarnya. Dari hasil penelitian tersebut, pihak pemerintah akan melakukan perbaikan-perbaikan untuk menyempurnahkan pelayanan kepada masyarakat. (cr-177/nan)
 
Sumber : Cepos

Aktivis HAM Papua: Ungkap penembakan warga Jerman

Rentetan kasus kekerasan dan terror yang dilakukan oleh orang tidak dikenal di Papua dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir mulai menuai keprihatinan.

Koordinator Aktivitis HAM Papua Markus Haluk melalui pesan elektroniknya kepada Tribunnews.com di Jayapura Rabu (30/05) mengatakan penembakan terhadap WNA asal Jerman Djetmar Pieper sama halnya, yang pernah terjadi pada Opinus Tabuni, tanggal 9 Agustus 2008 di Wamena, saat perayaan hari Masyarakat Pribumi Sedunia.

Penembakan di Jayapura sepanjang 2009 – 2011, penembakan di Puncak Jaya, rentetan penembakan di areal konsesi Freeport dan penembakan terhadap Terjolih Weyah yang tertembak di samping Koramil Abepura pada 1 Mei 2012, sekitar pukul 18.00 WIT.

“Dari semua penembakan di Papua sejauh ini aparat keamanan belum pernah mengungkap dan memproses pelakunya secara hukum. Justru sebaliknya, kesimpulan yang selalu diambil ialah kelompok sipil bersenjata, kalaupun ditemukan peluru yang ditemukan dalam tubuh korban selalu saling menyangkal dan melempar diantara dua institusi Kepolisian RI dan TNI,” jelas Markus.

Menurut Markus, demikian pula dengan korban kekerasan pada 19 Oktober 2012 saat rakyat bangsa Papua menyelengarakan Kongres Papua III, lagi-lagi pelaku pelanggaran HAM belum disentuh serta diproses hukum sampai dengan saat ini.

“Inpunitas terhadap aparat keamanan Republik Indonesia (Polisi dan TNI) adalah fakta yang tidak dapat disangkal dalam berbagai peristiwa kekeran di tanah Papua. Justru sebaliknya, warga sipil di tanah Papua senantiasa dikambing hitamkan oleh aparat keamanan sebagai pelaku kekerasan,” katanya.

Lebih jauh dari itu, Markus berharap bahwa penembakan terhadap tuan Djetmar Pieper Helmut (55), bukan untuk bermaksud memberikan tekanan teror terhadap warga asing untuk mengunjungi Papua. Sebab, selama ini pemerintah Republik Indonesia tidak membuka akses bagi jurnalis asing, diplomat, anggota parlemen/senator serta pekerja hak asasi manusia untuk mereka mengunjugi tanah Papua.

“Sebaliknya, disaat yang sama bagi rakyat bangsa Papua, tidak pernah melarang komunitas internasional untuk berkunjung ke tanah Papua dan justru mereka selalu menyambut dengan tangan terbuka,” ujarnya.
Apakah ini sebagai balasan atas suara kritis wakil pemerintah Jerman atas situasi Hak Azasi Manusia di Papua dalam pelaksanaan sidang XIII Komisi HAM PBB di Jenewa pada 25 Mei 2012, dimana pada kesempatan tersebut pemerintah RI dievaluasi oleh negara-negara anggota Komisi HAM PBB atas kebijakan HAM selama selama 4 tahun silam 2008-2012.

Foto: rakyatmerdekaonline.com

Sumber:  http://indonesia.ucanews.com

Jadi Daerah Penghasil Gas, Harga LPG di Sorong Justru 2 Kali di Jawa


Sorong - Beberapa daerah tertinggal ternyata memiliki sumber daya alam yang mampu meningkatkan kondisi perekonomian mereka. Namun sumber daya alam itu tidak diperuntukkan secara proporsional untuk masyarakat setempat sehingga ekonomi mereka masih terus tertatih. Masyarakat daerah tertinggal pun mengeluh.

Salah satu daerah tertinggal penghasil sumber daya alam adalah Kabupaten Sorong, Papua Barat. Sorong menyimpan kekayaan hasil tambang di mana beberapa di antaranya telah dieksplorasi seperti minyak bumi yang dilakukan oleh Perusahaan Pertamina di Distrik Klamono dan Gas alam yang dilakukan oleh Perusahaan Petrocina.

Akan tetapi meski menyandang status sebagai daerah penghasil minyak, masih cukup banyak wilayah di Sorong yang masuk kategori daerah tertinggal. Bahkan, harga minyak di wilayah ini jauh lebih mahal ketimbang harga di Pulau Jawa.

"Harga gas saja selangit di sini, Rp 103.000 per 12 Kg (tabung biru), bandingkan dengan harga di Cilacap yang jauh lebih murah Rp 48 ribu. Padahal kami penghasil gas, kok harganya lebih mahal dua kali lipat," keluh Wakil Bupati Sorong, Tri Budiarto, dalam perbincangan di Hotel Mariat Sorong, Kamis (31/5/2012).

Menurut Tri, kondisi seperti ini tidak adil bagi daerahnya. Apalagi dengan sistem pembagian pendapatan daerah-nasional sekarang, memungkinkan daerah menerima 70 persen dari total penerimaan. Penerimaan Rp 150 miliar per tahun dari BP Migas hasil kerjasama dengan Petri China menurutnya tidak fair bagi Sorong.

"Harusnya kami lebih dari itu. 2020 Kontrak BP Migas dan Petrochina berakhir. Kami mengusulkan BUMD maju dan bekerjasama dengan BP Migas," ujarnya.

Kabupaten Sorong saat ini masih sangat menggantungkan dari pemerintah pusat. Dari APBD senilai Rp 800 miliar di tahun 2011, hanya ditopang Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebanyak Rp 16 miliar.

"Pendapatan kami sebesar itu. Jika kami mendapatkan lebih dari sektor minyak. Kami bisa menopang sendiri," papar Tri Budiarto yang telah mengirimkan surat ke BP Migas dengan tembusan ke Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) ini.

Sementara itu, Menteri PDT Helmy Faishal membenarkan dia telah menerima surat dari Pemkab Sorong mengenai keluhan persoalan gas tersebut. Politisi dari PKB ini akan membantu pihak Sorong untuk menegosiasikan keluhan mereka ke BP Migas.

"Ya suratnya sudah sampai ke saya, ditandatangani oleh wakil bupati. Saya akan kawal sampai berhasil. Merujuk pada kabupaten lain yang memiliki problem dengan pemerintah pusat, bisa selesai dalam hitungan minggu jika kami (Kementerian PDT) kawal," ujar Helmy yang mengadakan kunjungan kerja selama dua hari di Pemkab Sorong ini.

Merujuk pada data Pemkab Sorong, dari tahun 2008 dan tahun 2009 ada empat perusahaan minyak bumi yang beroperasi di Kabupaten Sorong, dan perusahaan di sektor gas bumi. Kabupaten Sorong selain memiliki minyak bumi dan Gas bumi, masih ada beberapa potensi bahan galian seperti pasir, Tanah urung, Batu Gunung, Kerikil/koral dan bahan galian sirtu.

Pada tahun 2008 dan 2009, masing-masing komoditi bahan galian tidak mengalami peningkatan atau pengurangan jumlah perusahaan kecuali bahan galian sirtu yang mengalami peningkatan jumlah perusahaan di tahun 2009. Begitu juga dengan peningkatan jumlah tenaga kerja, hanya bahan galian sirtu yang mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja di tahun 2009.

 Sumber: News Detik.com


Wahid Institute Bahas Dialog Papua-Jakarta

Jakarta The Wahid Institute, yaitu lembaga yang melanjutkan cita-cita dan perjuangan KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur membahas persoalan Papua dengan membedah buku “Angkat Pena Demi Dialog Papua” pada Selasa, (29/5) di Ball Room Hotel Akmani, Jalan Wahid Hasym, Jakarta.

Buku tersebut merupakan buah karya Pater Neles Tebay, Pr. Mulanya buku tersebut adalah kumpulan tulisan yang pernah diterbitkan di berbagai media cetak antara tahun 2001 hingga 2011. Gagasan yang dikemukakan Peter adalah dialog Papua-Jakarta.

“Pada prinsipnya semua mendukung gagasan ini, sekalipun dalam beberapa hal ada perbedaan. Karena itu, perlu dibicarakan secara terbuka di mana semua unsur terlibat untuk mempertajam apa yang dimaksudkan dengan dialog, apa maknanya dalam kehidupan berbangsa, terutama terkait persoalan Papua,” jelas Nurun Nisa, salah seorang panitia.

Tujuan bedah buku ini, sambung Nisa, adalah mempertajam pemahaman bersama tentang dialog Jakarta-Papua. Kemudian menemukan hal-hal penting yang diperlukan untuk menindaklanjuti janji dan harapan untuk dialog Jakarta-Papua. Selain itu, memperoleh dukungan seluas-luasnya dari bebagai kalangan untuk merealisasikan terlaksananya dialog Jakarta-Papua.

Bedah buku ini dibagi ke dalam tiga sesi dengan subtema tersendiri. Sesi pertama berlangsung mulai pukul 09.40-12.00 bertema “Dari Kebijakan ke Implementasi Dialog: Belajar dari  Pengalaman Usaha-Usaha Perdamaian tanpa Kekerasan”.

Sesi ini berdasarkan perspektif dan usul konkret pemerintah. Pembicaranya adalah Farid Husein (Tokoh & Pegiat Perdamaian Indonesia) Albert Hasibuan (Dewan Pertimbangan Presiden bidang Politik, Hukum dan HAM) TB. Hasanuddin (Anggota Komisi I DPR-RI), dimoderatori Cornelius Purba (The Jakarta Post).

Sesi kedua mulai pukul 13.00-15.00, dengan tema “Dari Wacana ke Implementasi Dialog: Belajar dari Pengalaman Usaha-Usaha Perdamaian tanpa Kekerasan”. Sesi ini membidik pendapat dan usul konkret para akademisi, jurnalis, aktivis pluralisme. Pembicaranya Tamrin Amal Tomagola (Dosen Pasca Fisipol, UI) Ahmad Suaedy (Peneliti Senior The Wahid Institute) Tri Agung Kristanto (Editor bidang Politik-Kompas); dengan moderator Rahimah Abdulrahim (The Habibie Center).

Sesi ketiga mulai 15.10-17.00 bertema “Dialog, Jalan menuju Perdamaian tanpa Kekerasan: Dari Teks kepada Praksis Bersama Agama-agama dalam Konteks Menuju Papua Tanah Damai, Indonesia bangsa yang adil dan Beradab”. Sesi ini mengetengahkan perspektif dan usul konkret dari tokoh-tokoh agama. Pembicaranya Franz Magnis Suseno (STF-Driyarkara) Azyumardi Azra (UIN Syarif Hidayatullah) AA. Yewangoe (Ketua PGI) dan Moderator Daniel Dhakidae (Prisma).

Bedah buku yang akan dimeriahkan Glenn Fredly dan Edo Edo Kondologit merupakan kerjasama Wahid Institute dengan berbagai lembaga, di antaranya Institut Dialog Antariman di Indonesia (Institut Dian/Interfidei) bersama-sama dengan Wahid Institut, Ma’arif Institut, Aliansi Nasional Bhinekka Tunggal Ika (ANBTI), Jaringan Antariman Indonesia (JAI), dan Demos.



Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Abdullah Alawi


Sumber:  NU Online

Orang muda gambarkan wajah Gereja

Gereja saat ini didominasi umat berusia muda di seluruh dunia. Pembinaan iman Kristiani bagi mereka sangat penting dan menentukan. Berdasar catatan sejarah Gereja, Yesus Kristus memulai kekaryaan Ilahi-nya pada usia relatif muda dan berjalan dalam waktu singkat namun menuju keabadian. (REUTERS/Darren Whiteside)
Timika, Papua - Uskup Timika, Papua, Mgr John Philip Saklil Pr, mengemukakan betapa penting membina iman kekatolikan di kalangan orang muda. Populasi orang muda sangat dominan sehingga wajah Gereja ditentukan mereka.

"Umat terbanyak saat ini orang muda usia 15 sampai 30 tahun di setiap paroki. Jadi, boleh dikatakan wajah orang muda itu menggambarkan wajah Gereja dewasa ini dan iman orang muda itu menggambarkan iman umat," kata Saklil, di Timika, Kamis.

Uskup menekankan pentingnya orang muda Katolik di Mimika belajar lebih serius tentang agama dan selanjutnya dalam berfikir, bertindak, dan berbuat sesuatu menggambarkan iman yang dianutnya.

"Menjadi Katolik itu bukan jaminan, banyak orang bisa mengatakan dia penganut Katolik dari zaman dahulu. Yang menjamin itu, imannya harus tumbuh dalam dirinya dan menggerakkan hidup sehingga Roh Allah menjadi hidup," ujar Uskup kelahiran Kampung Umar, Mimika Barat itu.

Uskup Saklil prihatin dengan kondisi orang muda Katolik dewasa ini yang menghayati agama secara biasa-biasa saja.

"... boleh dikatakan 
wajah orang muda
itu menggambarkan wajah 
dewasa ini..."

Dalam perkembangan dunia yang semakin modern didukung perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi sangat cepat, katanya, setiap orang bisa memiliki pola pikir, cara hidup dan kebebasannya sendiri-sendiri.
Pada saat seseorang tumbuh menjadi orang muda, ada banyak kasus mereka tidak bisa merealisasikan cita-cita, karena orang tua tidak mampu ataukah karena orang tua tidak mau perduli. 

"Saat itulah mereka perlu perhatian orang tua. Kalau tidak ada perhatian, dia akan hancur dan pada akhirnya mencari jalan pintas," tutur Uskup Saklil.

Uskup Saklil juga menekankan pentingnya setiap orang dapat memahami adat-istiadat, budaya dan karakter orang lain dari suku, budaya dan adat-istiadat yang berbeda untuk menumbuhkan kehidupan yang harmonis di Mimika.
 
 
Sumber: Antara
 

Pasukan Gabungan TNI/Polri Grebek Markas OPM di Papua

Seorang anggota Tentara Pembebasan Nasional (TPN) / Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang berhasil di tangkap dalam penggebrekan markas TPN/OPM di Serui, Kepulauan Yapen Papua, oleh pasukan gabungan TNI/Polri
JAYAPURA- Gabungan TNI Polri antara lain Polres Kep. Yapen dan Kodim 1709 Yawa beserta Kompi E Yonif 753 dengan kekuatan 1 SSK dipimpin oleh Kapolres Kep Yapen AKBP Royce Harilangi telah melaksanakan Patroli penyergapan terhadap Markas TPN OPM yang berada di hutan Kampung Wadapi Distrik Angkaisera Kep Yapen.

Dari data yang berhasil dihimpun Tribunnews.com melalui sumber terpercaya di Polres Serui kepulauan Yapen menyebutkan bahwa benar adanya penggerebekan terhadap salah stau markas OPM di kabupaten kepulauan Yapen. Dimana satu pelaku di duga anggota TPN OPM Yan Aroi (40) ditangkap.

Dalam penggerebekan tersebut di temukan 2 pucuk senjata rakitan, 4 pucuk senapan angin, 3 pucuk senjata panah, 2 pucuk tombak, 4 buah golok, 2 buah kapak, 2 buah wajan ukuran besar,1 buah genset, 1 buah senso penebang pohon, 1 buah stabilisator, 6 buah tenda terpal, 5 karung beras.


Kini semua barang bukti diamankan di Mapolres Kep Yapen dan satu orang personel yang diduga anggota TPN OPM menjalani penyidikan di Polres Kep Yapen.

Penggerebekan ini berawal dari pukul 17.00 Wit Patroli bergerak dari Mapolres menuju Kampung Wadapi Distrik Angkaisera Kep. Yapen. Kemudian Pukul 20.00 Wit Pasukan Patroli tiba di Kampung Wadapi dan langsung menuju Hutan yang jaraknya dari jln kurang lebih 400 m, lokasi Markas TPN OPM.

 “Setibanya di Lokasi terdapat Base Come TPM dengan areal kurang lebih 1.000 meter persegi, dilengkapi lapangan apel, lapangan HR, 10 bivak personel, senjata dan logistik. Dilokasi hanya terdapat satu orang personel yang diduga anggota TPN OPM dan berhasil ditangkap,” jelas sumber  yang enggan menyebutkan namanya.

Selanjutnya anggota patroli langsung melakukan pembongkaran bivak, dan sarana lainnya yang selanjutnya sebagian di angkut ke dalam kendaraan dan yang lainnya dibakar di tempat. Selain itu melaksanakan penyergapan di Markas TPN OPM juga melakukan penyergapan di dua rumah yang berdekatan dengan Lokasi Markas.

“Di dalam satu rumah tidak terdapat personel dan mendapatkan 1 pucuk senjata rakitan dan 1 unit sepeda motor tanpa nomor, sedangkan dirumah lainnya tidak terdapat personel dan mendapat 20 butir munisi pistol call 9 mm, 1 pucuk senapan angin, 2 buah tombak dan 1 unit sepeda motor tanpa nomor,” katanya.





 TRIBUNNEWS.COM

Unipa Terima 1.500 Mahasiwa Baru

MANOKWARI - Rektor Unipa (Universitas Negeri Papua), Dr Suriel Mofu berharap,makin banyak lulusan SMA/SMK yang memilih perguruan tinggi negeri ini untuk melanjutkan pendidikan. Sebab, dalam setiap tahun penerimaan mahasiswa baru, kuota yang disediakan tak pernah terisi penuh.
  
Suriel Mofu yang baru seminggu lebih dilantik sebagai Rektor Unipa ini menyebut, perguruan tinggi yang dipimpinnya ini menerima calon mahasiswa sebanyak-banyaknya. ‘’Persoalannya,kuota yang tersedia tidak pernah mencapai jumlah maksimal yang kita inginkan,’’ tandasnya.

Dalam menjaring mahasiswa baru ini, Unipa membuka semua jalur penerimaan, baik jalur undangan, juga jalur SNMPTN (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri),seleksi lokal. Sehingga ditargetkan, dalam tahun ini Unipa bisa menerima 1.200-1.5000. ‘’Dan tahun sebelumnya partisipasi dari jalur undangan ini tak mencapai 50 persen,’’ imbuhnya.
  
Dikatakan, penerimaan mahasiswa baru sebanyak 1.200-1.500 orang,disesuaikan dengan daya tampung Unipa. Namun demikian, dalam menjaring mahasiswa baru ini,Unipa harus bersaing dengan sejumlah perguruan tinggi dari luar Papua yang ikut mencari mahasiswa dari Papua. ‘’Kita harus berkompetisi juga dengan perguruan tinggi dari luar yang cari mahasiswa di Papua,’’ tandasnya.
  
Unipa terdiri dari 6 fakultas, yakni Fakultas Kehutanan, F-Pertanian dan Teknologi Pertanian, F-Peternakan, Perikanan dan Ilmu Kelautan,F-MIPA,F-Ekonomi dan F-Sastra. Juga akan membuka jurusan-jurusan S1 teknik, migas yang  sebelumnya hanya diploma. ‘’Kita harapkan,Fakultas Teknik bisa segera dibuka di Unipa. Kita sudah punya mahasiswa dan fasilitasnya,’’ tukasnya.(lm)
 
 
SUMBER: JPNN 



 

Cinta dan Pengabdian untuk Papua

Agnes Retno Wijayanti sedang memeriksa pasien.
 PAPUA - Agnes Retno Wijayanti (26) terpanggil untuk memberikan pelayanan di daerah terpencil. Kini, ia bertugas sebagai dokter di Puskesmas Perawatan Wanggar Sari, Distrik Wanggar, Kabupaten Nabire, Papua.

Sejak masih menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agnes telah memiliki keinginan untuk melayani di daerah terpencil. Alasannya sederhana, daerah terpencil masih sangat membutuhkan tenaga dokter.

Bagi Agnes, menjadi dokter tidak sekadar bekerja tetapi juga pengabdian. Ia ingin melayani Tuhan dengan cara melayani orang-orang yang paling membutuhkan, yang sakit, miskin, lemah, dan tersingkir.

Ia yakin, pengalaman yang akan didapatkan selama menjadi dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) pasti akan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi hidupnya. Ini menjadi bekal untuk pembelajaran di masa yang akan datang. "Pandangan saya waktu itu adalah apabila saya bisa melayani di tempat yang cukup 'sulit', pasti akan memberi saya hati untuk melayani dengan kasih dan rasa kemanusiaan, di mana pun saya ditugaskan kelak," ungkapnya.

Keinginan hati

Setelah menyelesaikan kuliah pada 2010, keinginan Agnes sangat besar untuk dapat 'menginjakkan' kaki dan bekerja sebagai dokter di tanah Papua. Walaupun tak punya alasan pasti mengapa memilih Papua, ia mengaku kerinduan itu sudah ada sejak lama. "Saya ingin melayani di Papua, tetapi saya tidak tahu harus ke Papua sebelah mana. Keputusan saya untuk memilih Nabire tentu dipengaruhi berbagai macam pemikiran dan pertimbangan," ujar perempuan yang gemar travelling dan fotografi ini.

Kebetulan ia mengenal seorang frater yang pernah berkarya di Nabire. Ia menghubunginya untuk meminta gambaran mengenai suasana dan medan di sana. Setelah melalui proses pendaftaran, ia diberangkatkan ke Nabire oleh Kementerian Kesehatan.

Kemudian, Agnes menjalani PTT di puskesmas yang terletak di Desa Wanggar Sari, Nabire, Papua, sejak April 2011. Puskesmas tempatnya bekerja masih bisa ditempuh dengan jalan darat. Saat pertama kali ia datang, kondisi jalan sangat rusak. Ia tinggal di rumah dinas dokter yang letaknya masih di area puskesmas. Di tempat itu, penerangan listrik hanya enam jam sehari mulai pukul 18.00-24.00 WIT.

Aktivitas sehari-hari ia jalankan baik sebagai dokter maupun sebagai anggota masyarakat. Tugas utama putri sulung dari dua bersaudara ini memberikan pelayanan kesehatan di puskesmas tempatnya bertugas.

Ia bersama staf puskesmas yang lain juga mengadakan penyuluhan kesehatan, terutama di sekolah-sekolah di distrik wilayah kerja puskesmas. Rutinitas sepanjang jam dinas bisa dibilang tidak terlalu bervariasi. Sepulang kerja terasa sepi dan membosankan karena tak ada listrik. Apabila tidak terlalu lelah, ia berjalan-jalan, terkadang sampai ke desa sebelah. "Sekadar untuk melihat-lihat suasana desa, singgah di rumah warga, atau bermain dengan anak-anak kecil," kisahnya.

Ia juga melibatkan diri dalam kegiatan bakti sosial bersama dokter-dokter lain. "Selain itu, tiap satu atau dua minggu sekali, saya menghabiskan weekend di kota. Saya bergabung dengan kor paroki yang kebetulan mempunyai jadwal latihan tiap Minggu dan Senin."

Mencoba bertahan

Menjejakkan kaki di tanah yang baru bukanlah hal yang mudah. Di benak Agnes muncul kekhawatiran, apakah ia mampu bertahan dan diterima oleh masyarakat, serta mampu mengatasi kendala yang mungkin timbul. Berbagai pertanyaan terus mengitari pikirannya. Tapi, Agnes yakin bahwa jika ia datang dengan niat yang baik, pasti akan membuahkan hasil yang baik pula. Dan kekhawatiran itu perlahan sirna.

Ia mengaku tidak terlalu sulit untuk beradaptasi di Papua. Tidak sesulit yang ia bayangkan sebelumnya. Ia disambut baik masyarakat setempat, baik oleh penduduk asli maupun pendatang. Tidak banyak usaha yang ia lakukan untuk menyesuaikan diri. "Saya hanya menjalankan apa yang seharusnya saya lakukan," kisahnya.

Dengan segala kemampuan yang ia miliki, ia berusaha beradaptasi dengan masyarakat. "Saya mencoba membaur dengan masyarakat dan berusaha menjadi bagian dari mereka," ujar warga Paroki Santa Anna, Jakarta Timur ini.

Sebagai dokter yang berhadapan langsung dengan orang sakit, ia melihat bahwa derajat kesehatan di Desa Wanggar Sari masih sangat rendah. Tingkat kebersihan yang kurang mengakibatkan angka penderita berbagai penyakit cenderung tinggi. Keadaan ini dipersulit lagi dengan tingkat ekonomi yang rendah dan sulitnya transportasi. Mereka yang sakit baru mencari petugas kesehatan saat kondisi sudah parah.

Kenyataan lain yang membuatnya miris adalah tingginya angka penderita HIV/AIDS. Jumlah pengidap HIV/AIDS di Nabire menduduki peringkat kedua se-Papua.

Mengabdi

Agnes memaknai keberadaannya di tanah Papua bukan sekadar bekerja, tetapi sebagai bentuk pelayanan dan pengabdian. Apabila di sini ia sekadar bekerja, pasti akan banyak keluhan dan ketidakpuasan. Ia datang untuk melayani. Ia sedang diutus Tuhan untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya. "Sebagai seorang ‘utusan', sudah sepantasnya saya memberikan yang terbaik bagi Dia yang mengutus saya."

Di Papua, Agnes merasakan 'latihan' yang cukup keras untuk batinnya. Di sini ia bisa berkarya menjadi 'woman for and with others'. "Ketika saya mengalami kesesakan, tetapi mampu bersyukur, di situlah hadir rasa damai secara nyata," ungkapnya. Ia mengaku menemukan kebahagiaan sejati, saat ia mengerti bahwa manusia diciptakan untuk berbagi hidup dengan sesama yang membutuhkan.

Perjumpaannya dengan orang-orang lemah, miskin, dan tersingkir dianggapnya menjadi cara 'perjumpaan' dengan Tuhan. Melalui orang-orang sakit, anak-anak yang polos, perempuan Papua yang bekerja keras, ia banyak belajar mengenai kehidupan. "Saya sungguh bersyukur, karena saya memperoleh kesempatan untuk dapat menjadi bagian dari mereka," tuturnya.

Agnes juga bersyukur karena pengalaman di Papua membuatnya belajar melayani dengan gembira, mencintai dengan tulus, dan memberi tanpa mengharapkan imbalan. Pengalaman suka duka dalam pengabdiannya di Papua, ia rasakan sebagai tempaan yang menguatkannya.

Tuhan mendidiknya dengan tempaan agar lebih sabar, lebih bersahabat, dan juga lebih bertahan dalam kesepian dan keterbatasan. "Segala yang saya alami dan rasakan di Papua, niscaya tidak akan berlalu begitu saja, tetapi makin menguatkan saya," tandasnya.

Bagi Agnes, melayani di tanah Papua dirasakannya sebagai bentuk pengabdiannya dan sebuah proses memurnikan hati. Ia belajar untuk selalu bersyukur setiap waktu, sabar, mandiri, dan bekerja keras, serta berbesar hati.
Ivonne Suryanto

 HIDUPKATOLIK.com


Dandim: Timika pintu masuk perdagangan senjata api

Ilustrasi (ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang)
Timika (rasudofm) - Komandan Kodim 1710 Mimika, Letkol Inf TNI Christian Tehuteru menduga bahwa Timika selama ini menjadi salah satu pintu masuk distribusi dan perdagangan senjata api serta amunisi oleh kelompok tertentu.

"Melihat modus yang berkembang selama ini, sudah jelas bahwa Timika merupakan jalur bagi kelompok-kelompok tertentu untuk memasukan barang terlarang seperti senjata api dan amunisi oleh karena sudah tiga kali dilakukan penangkapan penyelundup senjata api dan amunisi," kata Christian di Timika, Rabu.




Dengan terungkapnya tiga kasus kepemilikan senjata api dan ratusan butir amunisi dalam kurun waktu lima bulan terakhir di Timika, Christian berharap semua pihak lebih meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.


"...Timika merupakan jalur bagi kelompok-kelompok tertentu untuk memasukan barang terlarang seperti senjata api dan amunisi oleh karena sudah tiga kali dilakukan penangkapan penyelundup senjata api dan amunisi"


Apalagi wilayah Mimika sangat luas, dimana masih banyak pintu masuk ke kampung-kampung terpencil di wilayah pesisir dan pedalaman yang belum tercover oleh TNI dan Polri.

"Kelompok-kelompok itu melihat Timika merupakan akses yang mudah bagi mereka untuk mendistribusikan barang-barang ini. Jadi, memang sangat diperlukan adanya antisipasi bersama," tutur Christian.

Menurut dia, kasus penangkapan dua orang yang membawa ratusan butir amunisi di Terminal Gorong Gorong Timika pada Minggu (20/5) hingga kini masih terus didalami jajaran penyidik Polres Mimika untuk mengetahui darimana para tersangka mendapatkan barang tersebut dan kepada kelompok mana mereka akan distribusikan.

"Sampai sekarang kita belum tahu apakah barang ini dipasok dari luar Timika ataukah dari dalam yang melibatkan anggota TNI atau Polri. Yang jelas sementara masih diselidiki. Tapi ada begitu banyak titik-titik masuk ke Timika dan banyak diantaranya yang belum tercover," jelas Christian.

Berbagai kasus perdagangan senjata api dan amunisi di Timika beberapa bulan terakhir selalu dibicarakan melalui wadah Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) Mimika yang melibatkan para pejabat Muspida dan Muspida Plus di daerah itu.

Pada kasus terakhir Minggu (20/5) di Terminal Gorong Gorong Timika, polisi berhasil menggagalkan rencana penyelundupan lebih dari 100 butir amunisi yang masih aktif yang hendak dibawa ke Kampung Banti, Distrik Tembagapura.

Ratusan butir amunisi tersebut ditemukan dari dalam tas yang dibawa seorang anak berusia 12 tahun berinisial AW terdiri dari 88 butir peluru kaliber 5,56 milimeter dan 37 peluru kaliber 4,5 milimeter.

Penemuan ratusan butir amunisi itu segera dilaporkan kepada aparat Satgas Amole 7 yang bertugas melakukan pengamanan di areal PT Freeport. Tak lama berselang, aparat Satgas Amole 7 bersama tim Polres Mimika datang ke Terminal Gorong Gorong. Setelah diinterogasi, AW mengaku disuruh oleh ayahnya, SW (50). 


Tak lama setelah itu, polisi berhasil membekuk SW dalam sebuah angkutan kota di pertigaan Jalan A Yani menuju Terminal Gorong Gorong. Bersama SW, turut dibekuk dua orang yang membawa senjata tajam masing-masing berinisial SM dan NM. Empat orang tersebut langsung digelandang ke Polres Mimika untuk dimintai keterangan. (E015)
 
Sumber: Antara
 

Ane UP4B meninggalkan Saudara kandungnya D Jakarta


Penulis: Marinus Gobaibo
      Mereka masih memiliki tanah,mereka masih memilik kekayaan ternak,kekayaan kebudayan tarian adat, kekayaan tanaman lokal, mereka masih memiliki sepengkal hak ulayat tanah,batas tanah, mereka masih memiliki kehidupan yang sederhana,mereka masih memiliki hasil kekayaan warisan budayanya disebut sebagai warisan leluhurnya.Mereka masih mendapatkan angin segar dari alam O2 maupun CO2, menikmati keindahan gunung yang alami,masih menikmati air minum alami  sumber mata air yang jelas,hujan yang tidak menyebabkan sakit karena tidak mengandung kimia tidak merusak kulit tubuh manusia. Mereka punya adat hukum.  Kehidupan yang lebih polos ini membuat mereka hidup aman dan serba kecukupan alam teratur sedemikan rupa melalui karya pemberian yang Maha Esa.

    Mengapa sepanjang tahun urus mereka di ufuk timur terus. Ini adalah sala satu ungkapan kata hati pengemis kota tua jakarta himbaukan kepada UP4B jakarta. Meskipun evolusi  telah berkembang di dunia. Mereka masih tetap hidup aman dan tentram disana. Semua tawarannya hanyalah mimpi siang tidak pernah membuahkan hasilnya.  Daun hijau UP4B dan Otsus berikanlah kepada kami yang tak punya apa-apa di bumi ini.Kami adalah satu rumpung ras,kulit,rabut dan bahasa dimanaka kesejateraan bagiku. Aku hanya pengemis jalanan.Bebaskan mereka semoga mereka urus diri sendiri dan keluarganya. Daripada diatas tanah mereka di bantai, dibunuh dikianati dari pembangunan negara (UP4B) yang tidak memberdayakan dan menguntungkannya kaum minoritas. Air darah manusia Papua  membentuk sebuah danau. Kayaknya danau  sentani berbentuk lingkaran. Itulah nasif buruk diatas tanah mereka sendiri.

     Sadarkah engkau melihat saudara -mu sendiri. Dia ada jalan kaki.Dia tidak sama sekali makan. Dia tidak sama sekali minum.Dia sedang bawah keleng kosong di kota tua. Dimana tempat tinggal dia. Dimanaka hidup aman bagi dia. Siapakah mereka sebut sebagai  pengemis di kota tua.

      Hiruk pikuknya mereka dapat mengalami setiap hidup. Mereka kurus karena tidak makan. Mereka kurus karena lapar,mereka kurus karena haus. Mereka kotor karena tidak mandi. Dimana kesetaraan hidup. Berkeliaran di bawah soka sumur terminal. Mancari nafka hidup susa di bumi negara berkembang. Ingin sekolah, ingin orang hebat, ingin orang sukses hanyalah khayalan dijalanan.Derita tangisan air mata datan saja di dekat mobil bekas buatan belanda.Harga diri. menjadi jaminannya hidup sepanjang tahun.

      Sejarah historis tidak pernah sembunyi dari kenyataan. Setiap menit,detik jam, kami ada di samping tugu bersejarah. Setiap hari kami berdiri - berdampingan menghomati bendera. Mereka berani mandi hujan. Biarpun  asap polusi mengeluarkan Ozon,kulit kami kering. Itulah nasip hidup kami. Air hujan seperti salju abadi,es batu tetap bertahan derita di bumi ini.Kucuran Air mata pun ikut  jatu bersama dertak -dertuk air hujan. Pendinginan tubuh melebihi 100 % derajat Celcius mengampiri tubuhku. Kedinginan air es hampir mirip dengan melele salju abadi puncak papua
 
     Mereka datang menjenguk si sopir jalanan sepanjang detik. Hormati mereka dengan setulus hati yang lembut penuh dengan manisan pipinya kanannya seperti manisan gula pasir. Biarpun menutupi pintu, kaca mobil,mata menole kesamping kiri atas,bawah,garu dibagian tangan,kepala suda sadarkah engkau. Kami sadar bahwa engkau penghancur dunia. Tanyakan mobilnya dia mengeluarkan apa di bawah kenapotnya. Kami jadilah wahai budak jalanan karena imbasnya saya jadilah korban,kesehatan-ku. Kini merekala sekurity jalanan mencari kehidupan yang merekan inginkan di bumi ini.

    Bapak UP4B mengapa engkau meninggalkan anak kandungku. Setiap hari kami menjaga istana negara. Bapak pergi ke luar negeri, mengelilingi matahari, saya penjaganya. Bintang diatas langit bukan manusia.Pesawat bukan penjagamu. Kata si penjaga istana UP4B ko teman sekarib dengan awan di udara ya. Hanyalah dalam 3 menit menghancurkan awan dan angin di udara. Daun - daun hijau menghabiskan dalam polusi udara yang menghancurkan nafas hidupku dari zat kimia OZOn. Kau punya mobil Pembelian dari daun hijau UP4B menghancurkan saya kulitku,kusm,kasar dan kena flu setiap saat.

    Bapak  mana bagianku kata penjaga sekurity di istana negara,UP4B tidak malu, dia tidak mau,mengusir,cuek,mala menolaknya setiap langka kakimu. Engkau menghamburkan daun - daun hijau diufuk timur,bagi mereka tak suka daun hijau tanaman siri muda itu. Angin pun tidak bergoyang,Cuaca alam pun mendungan kaya detik -detik hampir jatunya air hujan deras. Menjadikan lumuran darah di balik penggemburan dedaunan hijau pohon gaharu. Hujan,angin,semut pun ikut mengusir saya.Saya hanyalah daun hijau saja. Tawar menawar jangan memboikot aku. Aku malas menahan derita, keringat maupun air mataku. karena aku suda jadi daun  kering tidak berdaya lagi. kata si penjaga istana lagi "Lihatlah saudara, si UP4B, kini dia mengemis kaya saya see". Rencanya memetik daun pucuk di taman imbi disana impian dia kala total.

.................aku maluuuuu.kwakkkk.

Aeee,pepohonan dulunya daun hijau sekali sekarang tetap aja layu?.ah Aku kemana lagi yah. Kata UP4B aku ini suda kena penyakit buaya. Musim panen tidak akn tumbuh bunga. Mereka menolak aku. Padahal suda lama aku menyumbangkan nafas kehidupan bagi tanaman ini. Suda beri pupuk tetap saja laju. Pohon ini tidak ada hara makanan b bagi pertumbuhan . Aku mau tanam tanaman tapi tidak punya tanah. Tanah yang subur pun tidak tumbuh subur lagi. Hasil yang suda tumbuh pun tidak laku ditempat penjulalan,aku malas semuanya sia- sia nie. Aku kembali ketempat habitatku. Lebih baik aku kembali urus rambutku yang sama, satu rumpung, dari pada saudarhku. Dia memutusakan kembali melihat saudaranya daripada dia jadi kuli jalanan di bumi ini. Kapankah uang UP4B memberdayakan bagi masyarkat pegamen jakarta ?

    Ini adalah kisah  hidup pengamen masyarakat jawa di balik penggemburan uang UP4B di tanah Papua. Mereka tidak mengenal nasip baik dan buruk. Mereka hidup optimis dan sederhana biarpun pengemis. UP4B uruslah dirimu dan keluargaku engakau saja belum beres dapurnya. Dari pada urus orang lain sama saja dengan menipu dirimu di dunia dan akhirat.
Tak ada artinya sejarah, adat istiadat, kulit semuanya berbeda ingin sekali menjadikan saudara sepupu di bumi ini. padahal kau dan saya suda beda sekali.
"Sekali lawan sampai menang"
Sumber:
.
hidup butu Perjuangan dan kegagalan bukanlah akhir dari sebuah perjungan

Seorang Guru Tewas Ditembak

JAYAPURA— Seorang pemilik kios yang sehari-hari juga bekerja sebagai guru, Anton Arung Tambila (36), tewas ditembak di kiosnya, Selasa (29/5/2012) malam ini.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Papua Ajun Komisaris Besar Johannes Nugroho Wicaksono, sekitar pukul 19.00 WIT, pelaku mendatangi kios korban di Kampung Kulirik, Distrik Mulia, Puncak Jaya.
Saat itu, pelaku membeli gula. Namun, entah apa yang terjadi, tiba-tiba dia menembak Anton dari luar kios miliknya. Proyektil menembus pipi kiri dan bersarang di kepala guru SD Inpres Dondobaga, Puncak Jaya, itu.
Ia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Mulia, tetapi sekitar pukul 19.50 WIT, nyawanya tak tertolong. Penembakan itu menambah panjang teror bersenjata di kawasan itu.
Sebelumnya, Kamis (17/5/2012), seorang tukang ojek juga tewas ditembak di Mulia.
  
KOMPAS.com

Polisi Papua Buru Penembak Warga Spanyol

 Papua: Korban penembakan di Papua ternyata bukanlah warga negara Jerman--seperti diberitakan sebelumnya. Korban bernama Dietmar Pieper (55) ternyata warga negara Spanyol yang tinggal di Jerman. Ia ditembak orang tak dikenal pada Selasa (29/5).

Kapolda Papua Irjen Pol BL Tobing sudah memerintahkan anggotanya untuk mengejar pelaku. Perintah pengejaran dikeluarkan sesaat setelah melihat langsung kondisi korban di UGD RSUD Dok II Jayapura.

Kabid Humas Polda Papua AKBP Yohannes Nugroho mengaku saat ini aparat keamanan sedang melakukan pengejaran.

"Anggota saat ini sedang dikerahkan untuk mencari pelaku penembakan yang diperkirakan masih berada di sekitar kota Jayapura," ujar Yohannes.

Korban berkebangsaan Spanyol yang mengaku tinggal di Jerman itu ditembak saat sedang berada di pantai Base G bersama istrinya Eva Medina. Korban yang sedang menikmati keindahan pantai tersebut tiba-tiba didatangi seseorang yang turun dari mobil. Orang itu langsung menembak ke arah korban.

"Ada tiga kali bunyi tembakan, " ujar istri korban kepada anggota Polresta Jayapura di UGD RSUD DOk II Jayapura.

Korban menderita luka tembak di bagian kaki dan dada. Saat ini sedang ditangani tim dokter RSUD Dok II Jayapura.(Ant/***)


Metrotvnews.com

Warga Spanyol Diberondong Peluru di Jayapura

Dari mobil itu turun pelaku yang langsung menembak secara brutal ke arah Dietmar Dieter

 JAYAPURA - Warga negara Spanyol ditembak orang tak dikenal di Pantai Base G, Jayapura, Papua, sekitar pukul 12.30 WIT, Selasa, 29 Mei 2012. Warga Spanyol yang diketahui bernama Dietmar Dieter usia 55 tahun itu dalam kondisi kritis.

Informasi yang diterima VIVAnews, Dietmar Dieter sedang berjalan bersama istrinya, Eva Medina di sepanjang Pantai Base G, Jayapura. Tiba-tiba, ada mobil berhenti tak jauh dari lokasi korban.

Dari mobil itu turun pelaku yang langsung menembak secara brutal ke arah Dietmar Dieter. Dieter mengalami luka tembak akibat tiga peluru yang mengenai tubuhnya. Dua peluru di antaranya mengenai kaki dan punggung.

Saat ini, Dieter sudah dibawa ke RS Dok II Jayapura. Pantauan VIVAnews, Kapolda Papua Irjen Polisi Bigman L Tobing sudah tiba di rumah sakit. Bigman tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait peristiwa ini.

Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari polisi terkait penembakan brutal oleh orang tak dikenal ini. Sementara, Eva Medina, istri korban masih terlihat menunggu di rumah sakit tempat suaminya dirawat.

 

VIVAnews

 

 

Pungutan Liar di Pelabuhan Sorong Dipertanyakan

KOTA SORONG - Administrator Pelabuhan (Adpel) Sorong, Willem Maryan, sebagai koordinator Pelabuhan Sorong, mempertanyakan dasar hukum pungutan demurrage ( keterlambatan mengeluarkan barang) dari dalam kontainer yang ditagih PT SPIL terhadap perusahaan ekspedisi muatan kapal (EMKL) setempat. 


Sebab, setiap pungutan di atas kawasan milik negara, seperti yang terjadi di Pelabuhan Sorong, harus dilakukan PT Pelindo IV Sorong, bukan oleh pihak swasta murni seperti yang dipungut PT SPIL. 


 
Seharusnya, pihak PT SPIL tidak melakukan pungutan demurrage. Pihak yang melakukan tagihan itu adalah PT Pelindo IV karena memang ada dasar pungutannya untuk negara. "Pertanyaannya, hasil pungutan demurrage tersebut disetor ke kas negara atau ke kas PT SPIL Sorong?" tanya Maryan. 


 
Kalau ternyata pungutan itu tidak disetor ke kas negara, menurut Maryan, justru hal itu dikategorikan sebagai pelanggaran pidana. Lebih-lebih yang menderita adalah para EMKL yang notabene pengusaha golongan ekonomi lemah (GEL). Malah bisa masuk kategori persaingan usaha tidak sehat. 


 
Dikisahkan Maryan, sebenarnya pihak PT SPIL juga sangat dirugikan karena barang kiriman milik pengusaha di Sorong itu menumpuk di pelabuhan setempat. Akibatnya, penumpukan kontainer memenuhi area dermaga Pelabuhan Sorong hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. "Nah, inilah yang disiasati PT SPIL untuk mencari cara bagaimana para pemilik barang secepatnya mengambil barang kirimannya dari dalam kontainer, jangan dijadikan gudang," kata Maryan. 


 
Sekarang ibarat makan buah simalakama. Tidak dimakan, ibu meninggal, tapi kalau dimakan, ayah meninggal. "Artinya, kontainer barang tidak boleh ke luar dari dalam pelabuhan karena dilarang Wali Kota Sorong. Kalau kontainer tidak keluar, pelabuhan menjadi gudang kontainer berisi barang kiriman dari pelabuhan kirim (pelabuhan pertama)," kata Maryan. 


 
Jadi, persoalan itu merupakan masalah besar yang kini tengah dihadapi para stakeholder, baik swasta maupun pemerintah, yang punya kegiatan di Palabuhan Sorong. Walau demikian, jangan pula kesempatan itu, kata Maryan, digunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi seperti memungut demurrage yang dilakukan PT SPIL. 


 
"Pokoknya, tidak ada aturan pungutan demurrage ditagih oleh swasta karena hasil pungutan itu tidak masuk ke kas negara. Dan, pungutan itu sudah masuk dalam pidana sehingga di luar wewenang Adpel Sorong," kata Maryan. 


 

Pimpinan PT SPIL Sorong, Imam, ketika ditemui Suara Karya di kantornya, pekan lalu, mengatakan, pihaknya punya dasar hukum internasional. "Sabar, Mas (Suara Karya-Red), saya masih cari aturannya yang sudah saya fotokopi. Dalam aturan internasional, belum saya temukan, sampai saat ini adanya catatan pungutan demurrage itu," kata Imam. (Yacob Nauly)
 
 
 
 SUARA KARYA
 
 

Lima negara beri rekomendasi RI terkait Papua

Poengky Indarti
Laporan pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia saat ini sedang dikaji oleh Dewan HAM PBB dalam rangkaian sesi pembahasan Universal Periodic Review, yang berlangsung sejak 23 Mei lalu di Jenewa, Swiss.

Dalam forum ini, setidaknya ada delegasi dari 13 negara yang mempertanyakan tentang Papua.
Ada delegasi dari lima negara yang secara spesifik menanyakan serangkaian kekerasan di Papua yang pelakunya tak kunjung terungkap, demikian ungkap Direktur Imparsial, Poengki Indarti, melalui pesan elektroniknya, Minggu, 27 Mei 2012 seperti dilansir vivanews.com.

“Lima Negara yakni Jerman, Kanada, Inggris, Belanda dan Perancis, yang menunjukan perhatian mereka dan menanyakan tentang Papua. Khususnya terkait masalah HAM, pembela HAM, kasus penyiksaan serta serangkaian kasus kekerasan yang masih kerap terjadi, tapi aktor dan pelakunya tidak pernah terungkap,” kata Poengki.

Kelima negara itu menyatakan, di Papua sering terjadi penembakan terhadap warga sipil, tapi Polisi tidak pernah bisa menangkap para pelaku.

“Pelanggaran HAM sering terjadi di Papua, khususnya di area Freeport dan Puncak Jaya, di mana banyak berjatuhan korban meninggal dunia dan luka-luka akibat penembakan-penembakan yang dilakukan kelompok tak dikenal,” ucapnya.

“Polisi selalu gagal memburu para pelaku, meskipun ada banyak satuan keamanan yang ditempatkan di Freeport dan Puncak Jaya, antara lain aparat kepolisian, TNI dan intelejen,” lanjutnya.

Bahkan, sambung Poengki, kelima negara itu memandang kekerasan cenderung meningkat pada hari-hari tertentu di Papua. “Kekerasan yang dilakukan kelompok tak dikenal, yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia, meningkat tajam selama peringatan hari-hari bersejarah di Papua,” tutur Poengki.
Poengki mencontohkan, pada tanggal 1 Desember dan pada acara-acara khusus, misalnya Kongres Rakyat Papua Ke-III pada bulan Oktober 2011, dan acara West Papua National Committee seminar di bulan Agustus 2011.
Kelima negara itu juga mempertanyakan pembatasan kebebasan berekspresi di Papua.
“Di tahun 2011, aparat keamanan Indonesia membubarkan Kongres Rakyat Papua dan menangkap lebih dari 200 orang. Para pemimpin kongres ditahan dan proses pidana dengan dakwaan makar,” jelas Poengki.
Poengki melanjutkan, saat ini masyarakat asli Papua masih selalu dicurigai dan banyak yang dianggap pemberontak. Orang-orang asli Papua masih distigma sebagai separatis.

“Hal ini juga digunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam membuat kebijakan, misalnya ketika pemerintah membuat satu kebijakan tentang intelejen yang mengijinkan intelejen untuk menginterogasi, menyadap, dan mengecek arus keuangan seseorang yang diduga separatis,” paparnya.

Ketimbang memenuhi janjinya untuk mengadakan dialog dengan rakyat Papua, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono malah justru lebih memfokuskan perhatian kepada percepatan pembangunan di Papua dengan mendirikan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), yang lebih menitikberatkan pada isu pembangunan.

“Ironisnya, pembangunan yang dilaksanakan di Papua tidak berdasarkan partisipasi rakyat, contohnya proyek MIFEE yang menjadi proyek Pemerintah Pusat yang justru meminggirkan orang asli Papua”.
Terkait sejumlah pertanyaan dari kelima negara itu, Pemerintah Indonesia yang diwakili Menteri Luar Negeri tidak memberikan jawaban yang jelas selama sesi review UPR tersebut berlangsung. Pemerintah juga dianggap tidak memberikan informasi terkini tentang Papua di dalam laporan UPR 2012.
Rekomendasi dari kelima negara itu yakni:

1. Mendesak Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan dialog dengan perwakilan Papua;
2. Mendesak Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan reformasi sektor keamanan: TNI, Polisi dan Intelejen;
3. Mendesak Pemerintah Indonesia untuk melindungi Para Pembela HAM dan Rakyat Papua dari tindak kekerasan;
4. Mendesak Pemerintah Indonesia untuk melibatkan partisipasi rakyat dalam pembangunan di Papua.
Foto: inilahjabar.


 indonesia.ucanews.com




BUMN China Bangun Pabrik Semen di Papua

Selain BUMN China, Semen Gresik juga tengah merealisasikan pembangunan satu unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat.

JAKARTA, Rasudofm - Sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China tengah menyusun rencana investasi pabrik semen di Manokwari, Papua Barat. Pabrik semen berkapasitas satu juta ton per tahun itu bakal dibangun oleh State Development and Investment Cooperation (SDIC) China, sebagai bagian dari tujuh investor baru yang kini masuk ke dalam industri semen di Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Perindustrian, M.S. Hidayat dalam rapat kerja dengan DPR Komisi VI hari ini (28/5) di Jakarta. Belum ada penjelasan secara rinci mengenai investasi BUMN China tersebut.

Selain BUMN China, Semen Gresik juga tengah merealisasikan pembangunan satu unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat. Unit tersebut akan beroperasi pertengahan tahun ini.

Masih di Papua, menurut Hidayat, kini juga tengah dilakukan studi kelayakan pembangunan industri semen di Timika untuk tahun anggaran 2012. “Direncanakan, kegiatain ini akan dilanjutkan dengan pembangunan satu unit packing plat semen berkapasitas 300 ribu ton di Timika sebagai stimulus minat investor membangun industri semen di Timika,” kata Hidayat.

Tujuh investor baru di industri semen di Indonesia adalah sebagai berikut:

1.     Anhui Chonch Cement Co, Ltd.  Berencana membangun pabrik semen dengan total kapasitas produksi 10 juta ton per tahun di berbagai lokasi yakni Kalsel, Kaltim, Kalbar dan Papua Barat.

2.       China Trio Int Engineering Co, Ltd. Berencana membangun pabrik semen berkapasitas 2,5 juta ton di Tanjung, Kalsel.

3.       SDIC China, membangun pabrik semen 1 juta ton di Papua.

4.       Siam Cement, mengakuisisi pabrik semen Boral/Jaya Readymix berkapasitas 1,8 juta ton per tahun di Sukabumi.

5.       Wilmar, Semen Merah-Putih, membangun parbik semen berkapasitas 1,2 juta ton per tahun di Bayah (Banten)

6.       PT Jui Shin Indonesia, membangun pabrik semen berkapasitas 2,5 juta ton di Karawang.

7.       Semen Grobogan/Gajah Tunggal (China Triumph Int Eng Co. Ltd.) Membangun pabrik semen berkapasitas 1,5 juta ton per tahun di Grobogan.




Sumber: Jaringnews.com



 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger