JAKARTA--Rasudo Fm: Imparsial
menyayangkan penembakan yang tak kunjung berhenti di Papua. Bahkan
sepanjang Januari sampai Juni 2012 telah terjadi 15 kasus penembakan
oleh orang tak dikenal (OTK) yang menewaskan sembilan orang dan melukai
15 orang.
"Pemerintah harus serius memperhatikan hak hidup orang Papua. Di sana jumlah aparat keamanan sudah banyak, tetapi kenapa justru kondisi Papua menjadi tidak aman?" kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti saat ditemui dikantornya, Jakarta, Kamis (7/6).
Untuk itu, kata Poengky, presiden harus memanggil semua pejabat yang terkait untuk membahas dan mengevaluasi kondisi penembakan misterius di Papua. "Penembakan OTK di Papua belakangan ini mengingatkan kami pada penembakan misterius pada jaman orde baru," katanya.
Ia mengatakan, aksi penembakan di Papua berbeda dengan aksi penembakan dengan motif ekonomi yang akhir-akhir ini banyak terjadi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Di Papua, lanjutnya, dugaan penembakan bermotif politik sangat kuat, mengingat para pelaku tidak menyasar korbannya dengan maksud memperoleh keuntungan (uang/barang).
"Pelaku penembakan misterius di Papua jelas ingin menciptakan situasi 'chaos' dan ketakutan masyarakat. Imparsial menduga, para pelaku penembakan misterius di Papua adalah orang atau kelompok yang sangat terlatih dalam menggunakan senjata api dan terlatih untuk menghilangkan jejak," kata Poengky.
Motif politik semakin kuat, lanjutnya, mengingat stigma yang selalu dilabelkan pada Papua adalah daerah separatis. "Polisi harus bertindak profesional, jangan takut. Kalau kejadian di Papua merupakan operasi keamanan, polisi harus tetap profesional dan mengungkap kejadian itu. Kalau tidak polisi akan jadi kambing hitam," kata Poengky. (OX/OL-9)
MICOM
"Pemerintah harus serius memperhatikan hak hidup orang Papua. Di sana jumlah aparat keamanan sudah banyak, tetapi kenapa justru kondisi Papua menjadi tidak aman?" kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti saat ditemui dikantornya, Jakarta, Kamis (7/6).
Untuk itu, kata Poengky, presiden harus memanggil semua pejabat yang terkait untuk membahas dan mengevaluasi kondisi penembakan misterius di Papua. "Penembakan OTK di Papua belakangan ini mengingatkan kami pada penembakan misterius pada jaman orde baru," katanya.
Ia mengatakan, aksi penembakan di Papua berbeda dengan aksi penembakan dengan motif ekonomi yang akhir-akhir ini banyak terjadi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Di Papua, lanjutnya, dugaan penembakan bermotif politik sangat kuat, mengingat para pelaku tidak menyasar korbannya dengan maksud memperoleh keuntungan (uang/barang).
"Pelaku penembakan misterius di Papua jelas ingin menciptakan situasi 'chaos' dan ketakutan masyarakat. Imparsial menduga, para pelaku penembakan misterius di Papua adalah orang atau kelompok yang sangat terlatih dalam menggunakan senjata api dan terlatih untuk menghilangkan jejak," kata Poengky.
Motif politik semakin kuat, lanjutnya, mengingat stigma yang selalu dilabelkan pada Papua adalah daerah separatis. "Polisi harus bertindak profesional, jangan takut. Kalau kejadian di Papua merupakan operasi keamanan, polisi harus tetap profesional dan mengungkap kejadian itu. Kalau tidak polisi akan jadi kambing hitam," kata Poengky. (OX/OL-9)
MICOM
0 komentar:
Post a Comment