KEPALA SYAHBANDAR KELAS UTAMA TANJUNG PERAK SURABAYA, CHRIS P WANDA, S.Sos. MH
Chris P Wanda, S.Sos. MH memang putra seorang
pelaut, tapi dia sebenarnya tidak berniat menggeluti pelayaran seperti
Ayahnya. Kepala Syahbandar Kelas Utama Tanjung Perak Surabaya itu sejak
kecil ingin menjadi pemain inti klub Persipura (Persatuan Sepakbola
Indonesia Jayapura). Bahkan pria kelahiran Waropen (Papua) itu sempat
menjadi pemain di klub pembibitan Persipura.
OLEH: AMINULLAH
Secara
fisik, Chris memang layaknya olahragawan. Hal ini tidak lepas dari
kegemarannya bermain sepakbola sejak anak-anak. Saat remaja, dia memang
bercita-cita ingin menjadi pemain inti klub Persipura.
“Dulu
waktu saya masih sekolah sering bermain sepakbola,” ujarnya mengenang.
“Dan saya dulu sempat ingin menjadi pemain inti klub Persipura,” imbuh
pria kelahiran 26 Agustus 1954 itu.
Namun
keinginan itu akhirnya kandas karena orangtuanya meminta Chris untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. “Padahal, waktu itu saya sudah
bergabung dengan klub Tunas Muda. Klub itu menjadi tempat pembibitan
pemain Persipura. Tapi, orangtua mengharuskan saya melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, akhirnya saya melanjutkan
sekolah di Akademi Maritim tahun 1975,” ceritanya.
Crish
memang menggilai Persipura, hingga kini Chris tak pernah melewatkan
setiap laga klub yang memiliki julukan Mutiara Hitam itu. “Saya selalu
nonton pertandingan Persipura,” ujarnya.
Sedangkan
untuk klub internasional, Chris sangat memfavoritkan Barcelona.
Menurutnya, Persipura memiliki kesamaan gaya bermain seperti Barcelona.
“Sedangkan, untuk favorit pemainnya, saya paling menyukai Lionel Messi
dan Cristiano Ronaldo,” tegas ujar mantan Administrator Pelabuhan
(Adpel) Kelas II Biak itu. Kendati demikian, dia menjalankan amanah
orangtuanya dengan ikhlas, bahkan dengan keikhlasan itu kini dia menjadi
satu-satunya Putra Papua yang menjabat sebagai Kepala Syahbandar Utama
di Indonesia.
Chris menduduki jabatannya
sekarang ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dia harus
berjuang keras untuk mendapatkanya. Chris memulai kariernya dari staf di
lingkungan kesyahbandaran sampai menjabat sebagai Adpel di beberapa
daerah di Tanah Papua. Baginya, menjalani tugas harus dijalani dengan
ikhlas. “Bagi saya, kalau tidak menjalankan tugas secara maksimal,
rasanya ada yang tidak pas,” tuturnya.
Adapun
momentum paling berkesan dalam hidupnya, ketika dia diberi tugas sebagai
komandan jajar penghormatan saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mengunjungi Manokrawi pada tanggal 22 Januari 2009. Ketika itu Chris
masih menjabat Adpel Kelas IV Manokrawi.
“Waktu
saya bersalaman dengan SBY dia bertanya, gimana sehat Pak? Saya jawab
siap, sudah berapa lama bertugas di Manokrawi? Saya jawab sudah 10
tahun. SBY akhirnya berbincang ke Menhub yang mendampinginya dalam
kunjungan itu. Apakah Pak Chris ini bisa dipindah ke Biak? Nah setelah
itu saya langsung dipindah ke Biak,” kata Chris.
Bahkan
Menteri Perhubungan kala itu memintanya untuk tidak segera pensiun.
Seharusnya Chris pensiun pada tahun 2010, tapi karena tenaganya masih
dibutuhkan di lingkugan Kementerian Perhubungan (Kemnhub), maka
diperpanjang. “Saya diminta untuk bantu-bantu oleh Pak Menhub,”
tandasnya.
Atas pengabdianya terhadap negara
kurang lebih 37 tahun, Chris akhirnya mendapatkan penghargaan sebanyak
dua kali dari Presiden RI, yakni penghargaan Satya Lencana Karya Satya
30 Tahun dan Satya Lencana Karya Bahari 30 Tahun.
Kunci
sukses hingga dia menjabat sebagai Syahbandar di Tanjung Perak karena
rajin turun ke bawah untuk membicarakan apa yang menjadi kendala
bawahannya. Baginya, permasalahan seberat apapun yang terjadi dalam
suatu lembaga organisasi, pasti bisa terselesaikan. “Prinsipnya satu,
pendekatan, ajak bicara mereka,” ujar satu-satunya putra Papua yang
menjabat Kepala Syahbandar Kelas Utama di Indonesia itu.*
Sumber: surabayapost.co.id
Sumber: surabayapost.co.id
0 komentar:
Post a Comment