Perubahan adalah salah satu kata favorit saya
akhir-akhir ini. Mengutip kata-kata dari sebuah iklan "Perubahan itu
penting". dan benar sekali hal tersebut sangat penting. Dunia ini
berubah begitu cepat sampai ada salah satu hukum yang berkata "
Teknologi akan meningkat dua kali lipat setiap 3 tahun". Banyak bukti
nyata dari hukum ini, zaman dahulu kita masih ingat bagaimana kartu pos dan surat menjadi penghubung
begitu banyak orang lalu kemudian digantikan pager dan sekarang dengan
HandPhone.
Suka atau tidak suka, benci atau tidak benci, mau atau tidak mau, dunia terus mengalami perubahan. Kalau seseorang tidak mau berubah maka dia akan tertinggal. Dan setiap hal di dunia ini berubah dan mungkin hanya ada satu hal yang tidak berubah yaitu perubahan itu sendiri.
Waktu malam natal, saya berkumpul dengan teman-temanku bukan kumpul-kumpul untuk makan-makan tetapi kami berkumpul untuk saling sharing / evaluasi apa sih hal yang sudah kita alami , hal yang berkesan, pelajaran apa yg diterima, apa yang sudah dicapai dalam tahun ini. Saya bersyukur telah diundang dalam pertemuan ini karena dengan ini saya sendiri bisa menilai sejauh apa dan apa yang telah saya capai tahun ini.
Tapi bukan hal itu yang saya bahas saat ini, tetapi ada satu hal yang menggelitik hati dan pikiran saya. Salah satu teman saya sebut puyapode (bukan nama sebenarnya). Dia menceritakan pengalaman yang paling berkesan pada tahun ini. Salah satunya, dia sempat menderita penyakit dalam salah satu saluran pencernaannya. Ketika mengalami hal itu, dia mengalami pergolakan batin yang luar biasa, dia menceritakan hal tersebut dengan sangat detil sekali. Lalu dia bersumpah (mungkin lebih tepat bernazar) kepada Tuhan bila penyakit ini disembuhkan maka dia akan kembali ke Tuhan dan lebih serius lagi dalam perjalanan rohaninya.
Doa yang berasal dari hati pastilah dijawab, dalam beberapa hari kemudian dia sembuh. Lalu sesuai dengan janjinya dia mencoba kembali mendekat kepada sang Pencipta. Tapi hal tersebut hanya terjadi dua hari saja. Selebihnya dia terlalu malas untuk konsisten. Ketika dia selesai menceritakan hal ini, saya dan teman saya mencoba untuk men encourage dan mengingatkan kembali janji pribadinya untuk Tuhan. Cukup lama kami semua berusaha untuk memotivasinya. Tapi dia selalu berkata "gw gk bisa" "gw orangnya keras" "percuma u orang ngmg, gw emg orangnya kaya gini". Saya sendiri bahkan sudah menegur sangat keras tapi dilihat dari bahasa tubuhnya hal tersebut hanya sia-sia belaka.
Saya teringat salah satu statement yang berkata "Seseorang haruslah cukup besar untuk mengakui kesalahan-kesalahannya, cukup cerdas untuk memetik pelajaran darinya, dan cukup kuat untuk berubah". Ari sudah cukup besar untuk mengakui kesalahan dia dan tidak hanya itu dia tahu apa yang salah dari dirinya. Dua hal yang sudah sangat baik sekali tetapi sayang sekali dia tidak cukup mau/kuat untuk berubah. Hal inilah yang membuat saya berpikir ketika sedang berada dalam perjalan di motor sehabis pulang dari jalan-jalan.
Kenapa orang sulit sekali untuk berubah? Saya menemukan bahwa pertama, orang terlalu takut untuk berubah dan sudah benar-benar nyaman di dalam zona nyaman (comfort zone). Mereka takut bila berubah, maka bukan lebih baik maka hal buruk yang terjadi. kedua, perubahan itu tidak enak dan memerlukan proses waktu yang tidak instant !!
Apa yang harus dirubah untuk perubahan itu permanen/konsisten? saya menemukan 2 hal yang penting sekali
A. Perubahan pikiran
Ketika di motor, saya berusaha mencari apa kata sang Pencipta tentang perubahan tapi seingat informasi di otak saya saya hampir tidak pernah menemukan kata "berubah" yang tertulis tetapi secara ajaib Roh Kudus mengingatkan satu ayat yaitu Roma 12:2
Rom 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi BERUBAHLAH OLEH PEMBAHARUAN BUDIMU, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Langsung saya disadarkan, inilah kunci untuk perubahan yaitu pembaharuan budi atau dengan kata lain pembaharuan pikiran / perubahan pikiran. Kita tidak akan bisa berubah secara permanen bila pikiran kita belum terlebih dahulu berubah.
Motivator sekaligus pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell dalam bukunya Thinking for A Change menyatakan ada 6 langkah yang bisa mengubah hidup manusia. Pertama, kita harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara berpikir akan mengubah keyakinan kita. Kedua, jika keyakinan kita berubah, harapan kita akan berubah. Ketiga, jika harapan kita berubah sikap kita berubah. Keempat, jika sikap kita berubah, perilaku kita berubah. Kelima, jika perilaku kita berubah, kinerja kita berubah. Dan keenam, jika kinerja kita berubah, hidup kita akan berubah.
Dari pernyataan Dr. Maxwell ini saya mencatat bahwa perubahan diri selalu dimulai dengan perubahan pola pikir. Hal ini sangat sejalan dengan firman Tuhan yang disampaikan oleh rasul Paulus agar sebagai pengikut Kristus kita harus berubah oleh pembaharuan budi kita. Hanya saja, saya perlu mengingatkan sekali lagi bahwa perubahan tidak selalu menyenangkan. Bahkan kalau suatu proses perubahan itu terasa mulus dan sangat enak, bisa jadi itu bukan perubahan. Perubahan selalu menuntut pengorbanan namun perubahanlah satu-satunya sarana efektif menuju ke tahapan kehidupan yang lebih baik.
Saya juga diingatkan pada ayat lainnya yang menjelaskan hal ini
Ams 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Dalam bahasa aslinya (ibrani), kata kehidupan mempunyai arti yaitu "batas-batas kehidupan". Jadi hati (pikiran) kitalah yang menentukan batas kehidupan kita !! wow kebenaran yang luar biasa sekali, dulu saya sering mengatakan pada diri saya sendiri " saya orangnya pemalu, saya tidak mungkin bisa berbicara di depan umum, teman saya sedikit dsb" saya sedang membatasi kehidupan saya sendiri, saya sedang memenjarakan pikiran saya dan saya menghalangi Tuhan untuk bekerja lewat kehidupan saya. Dan ketika cara berpikir saya sudah berubah, saya sekarang melihat ternyata saya mampu untuk berbicara di depan banyak orang, mampu berdampak dan menjadi berkat untuk banyak orang.Bahkan kalau saya berkata dulu saya orang pemalu, teman-teman saya tidak ada satupun yang percaya hal itu dan mereka sering menambahkan "Kalau dulu pemalu, sekarang malu2in". Jika saya saja bisa, pastilah anda yang membaca tulisan ini juga bisa !!!
B. Komunitas yang membantu perubahan tersebut
Di sekolah saya ingat dalam salah satu buku pelajaran saya , tertulis "manusia adalah makhluk sosial yang berarti manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain". Suatu kebenaran yang luar biasa dan ini berlaku dalam proses perubahan itu sendiri. Saya sering menemukan orang lain bahkan diri saya sendiri, seringkali kita termotivasi untuk berubah tetapi ketika dilakukan, perubahan itu hanya terjadi secara sesaat mungkin hanya 2 hari, 1 minggu atau 1 bulan saja. Dengan perkataan lain, perubahan tersebut tidak konsisten.
Untuk perubahan tersebut menjadi konsisten, kita membutuhkan bantuan orang lain !! Kita tidak akan bisa berubah tanpa adanya dukungan dari orang lain. Pernah suatu saat, saya termotivasi untuk berubah dalam suatu hal tetapi tidak lama berselang ada suatu tantangan , ada masalah yang menghadang dan saya merasa diri saya tidak mampu untuk berubah. Pada saat seperti itulah, ada sahabat-sahabat yang mendukung, memberi kata-kata yang membangun. Kata-kata seperti "Ayoo kamu pasti bisa", "gw yakin u pasti bisa lewatin hal ini". Perkataan seperti itu, seperti air segar yang menyiram pikiran saya dan saya termotivasi kembali untuk berubah dan akhirnya saya bisa berubah secara konsisten dalam hal tersebut tandasnya pigomeibo.
Penulis :
Nama : Martinus Pigome
Mahasiswa :UNITRY Malang
Suka atau tidak suka, benci atau tidak benci, mau atau tidak mau, dunia terus mengalami perubahan. Kalau seseorang tidak mau berubah maka dia akan tertinggal. Dan setiap hal di dunia ini berubah dan mungkin hanya ada satu hal yang tidak berubah yaitu perubahan itu sendiri.
Waktu malam natal, saya berkumpul dengan teman-temanku bukan kumpul-kumpul untuk makan-makan tetapi kami berkumpul untuk saling sharing / evaluasi apa sih hal yang sudah kita alami , hal yang berkesan, pelajaran apa yg diterima, apa yang sudah dicapai dalam tahun ini. Saya bersyukur telah diundang dalam pertemuan ini karena dengan ini saya sendiri bisa menilai sejauh apa dan apa yang telah saya capai tahun ini.
Tapi bukan hal itu yang saya bahas saat ini, tetapi ada satu hal yang menggelitik hati dan pikiran saya. Salah satu teman saya sebut puyapode (bukan nama sebenarnya). Dia menceritakan pengalaman yang paling berkesan pada tahun ini. Salah satunya, dia sempat menderita penyakit dalam salah satu saluran pencernaannya. Ketika mengalami hal itu, dia mengalami pergolakan batin yang luar biasa, dia menceritakan hal tersebut dengan sangat detil sekali. Lalu dia bersumpah (mungkin lebih tepat bernazar) kepada Tuhan bila penyakit ini disembuhkan maka dia akan kembali ke Tuhan dan lebih serius lagi dalam perjalanan rohaninya.
Doa yang berasal dari hati pastilah dijawab, dalam beberapa hari kemudian dia sembuh. Lalu sesuai dengan janjinya dia mencoba kembali mendekat kepada sang Pencipta. Tapi hal tersebut hanya terjadi dua hari saja. Selebihnya dia terlalu malas untuk konsisten. Ketika dia selesai menceritakan hal ini, saya dan teman saya mencoba untuk men encourage dan mengingatkan kembali janji pribadinya untuk Tuhan. Cukup lama kami semua berusaha untuk memotivasinya. Tapi dia selalu berkata "gw gk bisa" "gw orangnya keras" "percuma u orang ngmg, gw emg orangnya kaya gini". Saya sendiri bahkan sudah menegur sangat keras tapi dilihat dari bahasa tubuhnya hal tersebut hanya sia-sia belaka.
Saya teringat salah satu statement yang berkata "Seseorang haruslah cukup besar untuk mengakui kesalahan-kesalahannya, cukup cerdas untuk memetik pelajaran darinya, dan cukup kuat untuk berubah". Ari sudah cukup besar untuk mengakui kesalahan dia dan tidak hanya itu dia tahu apa yang salah dari dirinya. Dua hal yang sudah sangat baik sekali tetapi sayang sekali dia tidak cukup mau/kuat untuk berubah. Hal inilah yang membuat saya berpikir ketika sedang berada dalam perjalan di motor sehabis pulang dari jalan-jalan.
Kenapa orang sulit sekali untuk berubah? Saya menemukan bahwa pertama, orang terlalu takut untuk berubah dan sudah benar-benar nyaman di dalam zona nyaman (comfort zone). Mereka takut bila berubah, maka bukan lebih baik maka hal buruk yang terjadi. kedua, perubahan itu tidak enak dan memerlukan proses waktu yang tidak instant !!
Apa yang harus dirubah untuk perubahan itu permanen/konsisten? saya menemukan 2 hal yang penting sekali
A. Perubahan pikiran
Ketika di motor, saya berusaha mencari apa kata sang Pencipta tentang perubahan tapi seingat informasi di otak saya saya hampir tidak pernah menemukan kata "berubah" yang tertulis tetapi secara ajaib Roh Kudus mengingatkan satu ayat yaitu Roma 12:2
Rom 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi BERUBAHLAH OLEH PEMBAHARUAN BUDIMU, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Langsung saya disadarkan, inilah kunci untuk perubahan yaitu pembaharuan budi atau dengan kata lain pembaharuan pikiran / perubahan pikiran. Kita tidak akan bisa berubah secara permanen bila pikiran kita belum terlebih dahulu berubah.
Motivator sekaligus pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell dalam bukunya Thinking for A Change menyatakan ada 6 langkah yang bisa mengubah hidup manusia. Pertama, kita harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara berpikir akan mengubah keyakinan kita. Kedua, jika keyakinan kita berubah, harapan kita akan berubah. Ketiga, jika harapan kita berubah sikap kita berubah. Keempat, jika sikap kita berubah, perilaku kita berubah. Kelima, jika perilaku kita berubah, kinerja kita berubah. Dan keenam, jika kinerja kita berubah, hidup kita akan berubah.
Dari pernyataan Dr. Maxwell ini saya mencatat bahwa perubahan diri selalu dimulai dengan perubahan pola pikir. Hal ini sangat sejalan dengan firman Tuhan yang disampaikan oleh rasul Paulus agar sebagai pengikut Kristus kita harus berubah oleh pembaharuan budi kita. Hanya saja, saya perlu mengingatkan sekali lagi bahwa perubahan tidak selalu menyenangkan. Bahkan kalau suatu proses perubahan itu terasa mulus dan sangat enak, bisa jadi itu bukan perubahan. Perubahan selalu menuntut pengorbanan namun perubahanlah satu-satunya sarana efektif menuju ke tahapan kehidupan yang lebih baik.
Saya juga diingatkan pada ayat lainnya yang menjelaskan hal ini
Ams 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Dalam bahasa aslinya (ibrani), kata kehidupan mempunyai arti yaitu "batas-batas kehidupan". Jadi hati (pikiran) kitalah yang menentukan batas kehidupan kita !! wow kebenaran yang luar biasa sekali, dulu saya sering mengatakan pada diri saya sendiri " saya orangnya pemalu, saya tidak mungkin bisa berbicara di depan umum, teman saya sedikit dsb" saya sedang membatasi kehidupan saya sendiri, saya sedang memenjarakan pikiran saya dan saya menghalangi Tuhan untuk bekerja lewat kehidupan saya. Dan ketika cara berpikir saya sudah berubah, saya sekarang melihat ternyata saya mampu untuk berbicara di depan banyak orang, mampu berdampak dan menjadi berkat untuk banyak orang.Bahkan kalau saya berkata dulu saya orang pemalu, teman-teman saya tidak ada satupun yang percaya hal itu dan mereka sering menambahkan "Kalau dulu pemalu, sekarang malu2in". Jika saya saja bisa, pastilah anda yang membaca tulisan ini juga bisa !!!
B. Komunitas yang membantu perubahan tersebut
Di sekolah saya ingat dalam salah satu buku pelajaran saya , tertulis "manusia adalah makhluk sosial yang berarti manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain". Suatu kebenaran yang luar biasa dan ini berlaku dalam proses perubahan itu sendiri. Saya sering menemukan orang lain bahkan diri saya sendiri, seringkali kita termotivasi untuk berubah tetapi ketika dilakukan, perubahan itu hanya terjadi secara sesaat mungkin hanya 2 hari, 1 minggu atau 1 bulan saja. Dengan perkataan lain, perubahan tersebut tidak konsisten.
Untuk perubahan tersebut menjadi konsisten, kita membutuhkan bantuan orang lain !! Kita tidak akan bisa berubah tanpa adanya dukungan dari orang lain. Pernah suatu saat, saya termotivasi untuk berubah dalam suatu hal tetapi tidak lama berselang ada suatu tantangan , ada masalah yang menghadang dan saya merasa diri saya tidak mampu untuk berubah. Pada saat seperti itulah, ada sahabat-sahabat yang mendukung, memberi kata-kata yang membangun. Kata-kata seperti "Ayoo kamu pasti bisa", "gw yakin u pasti bisa lewatin hal ini". Perkataan seperti itu, seperti air segar yang menyiram pikiran saya dan saya termotivasi kembali untuk berubah dan akhirnya saya bisa berubah secara konsisten dalam hal tersebut tandasnya pigomeibo.
Penulis :
Nama : Martinus Pigome
Mahasiswa :UNITRY Malang
0 komentar:
Post a Comment