ilustrasi |
“Kita bekerja baik itu pendeta,
kyai, ustadz dan semua pemuka agama, bekerja sesuai dengan kitab suci
yang diakui oleh negara. Oleh sebab itu ajaran-ajaran yang menyimpang
dari kitab suci tersebut, kami sudah sepakat semua untuk menolak,
termasuk Sinode GKI di Tanah Papua,” tegas Pdt. Albert Yoku.
Diakuinya, pemimpin agama di tanah
Papua dengan tegas telah menolak semua bentuk ajaran yang sesat dan
bertentangan dengan kitab suci dari 6 agama yang diakui oleh bangsa dan
negara.
Begitu pula dengan Sinode GKI di
Tanah Papua yang menolak segala bentuk kesesatan yang akhirnya membawa
dampak bagi keutuhan rumah tangga, masa depan pendidikan yang baik, juga
kebersamaan Indonesia sebagai bangsa yang beradab.
“Jadi kita bersama-sama mendukung
keputusan pemerintah untuk menolak segala bentuk ajaran yang menyesatkan
termasuk Gafatar dan radikalisme agama dari kelompok apapun baik
Kristen, Islam, Buddha, Hindu, dan Kong Hu Chu,” tuturnya.
Terkait dengan ajaran sesat dan
radikal ini, Pdt. Albert Yoku menghimbau seluruh seluruh pemimpin agama
dan masyarakat untuk bersama-sama melihat di sekitar lingkungannya
apabila ada ajaran yang masuk.
Hal ini menurutnya perlu mendapat
perhatian semua pihak, agar ajaran-ajaran yang menyesatkan tersebut
tidak mengganggu kedamaian yang sudah tercipta dan terjaga di tanah
Papua.
“Semua agama sudah hidup aman
disini, sehingga kita semua mempertahankan Papua yang aman dan damai itu
sebagai rumah besar untuk kita bersama,” pungkasnya. (jo/nat/afz/JPG)
0 komentar:
Post a Comment