ANTARA/Anang Budiono/zn |
"Hanya telur dan ikan yang kosong di pasaran. Bahan pokok lain masih ada, dan harganya relatif stabil," kata Kepala Dinas Perhubungan Puncak Jaya Yohanis Koirewoa, kemarin.
Masyarakat masih pergi ke pasar dan berbelanja seperti biasa. Kebutuhan bahan pokok dipasok dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, lewat jalan darat.
Stok BBM, lanjut Yohanis, sempat langka dua hari lalu. Persediaan BBM sudah tidak bermasalah lagi, karena ada pasokan yang diturunkan di Bandara Wamena dan diteruskan dengan perjalanan darat ke Mulia.
"Harga jualnya saat ini Rp40 ribu per liter. Itu tergolong wajar, karena sebelumnya juga dijual Rp30 ribu-Rp35 ribu per liter," tandasnya.
Terhambatnya distribusi barang lewat jalur udara terjadi setelah pesawat Trigana Air ditembaki orang tidak dikenal di Bandara Mulia, Minggu (8/4). Sejak saat itu, tidak ada pesawat yang berani mendarat di bandara tersebut.
Ketua DPRD Puncak Jaya Nesco Wonda menambahkan, warga di
Mulia dan Puncak Jaya relatif tidak terlalu terpengaruh dengan berkurangnya pasokan bahan pokok dari luar. Warga sudah terbiasa mengonsumsi hasil kebun, seperti ubi dan keladi.
"Tidak hanya warga asli, para pendatang pun sudah terbiasa mengonsumsi umbi-umbian."
Direktur RSUD Mulia Erwin Panjaitan membenarkan hal itu. "Soal makanan tidak ada masalah. Kami biasa makan mi, atau umbi-umbian dan kembali ke alam."
Soal belum terbangnya Trigana ke Mulia, juru bicara perusahaan itu, Irwan Rochendi, mengaku pilot masih trauma untuk menerbangkan pesawat ke sana. "Kami tidak bisa memaksa pilot karena trauma masih memengaruhi mereka. Soal lain, pesawat kami berkurang dari tiga menjadi dua, karena yang satu rusak akibat tembakan di Mulia," tutur Irwan. (MC/N-2)
mediaindonesia
0 komentar:
Post a Comment