![]() |
Demo rakyat Papua tuntut kemerdekaan (Foto: Ist) |
MANOKWARI--Penganiyayaan, pemerkosaan dan pembunuhan
terhadap kami Orang Asli Papua (OPA) terus terjadi sejak tahun 1961
hingga saat ini ketika Papua dideklarasikan menjadi sebuah negara
merdeka dan berdaulat.
Hal ini diungkapkan mama Ferdinanda Ibo Yatipai, salah satu pelaku
sejarah Papua, ketika ditemui suarapapua.com, Sabtu (12 /05), di Kantor
Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah III Mnukwar, Manokwari, Papua Barat.
“Waktu itu tahun 1961, mama masih ingat, hari Jumat pagi, kita menyanyi
lagu hai tanahku Papua dan kibarkan bendera bintang kejora di lapangan
Imbi, Hollandia, dan saat itu kami tau bahwa kami adalah bangsa Papua
yang telah merdeka,” jalasnya.
Padahal, lanjut mama Ibo, justru banyak kekerasan dan pelanggaran hak
asasi manusia yang dilakukan NKRI terhadap orang asli Papua, dan
kemudian tahun 1963 Papua dipaksakan masuk ke dalam NKRI, dan kemudian
di tahun 1969 dilakukan penentuan pendapat rakyat (PEPERA).
“Kalau suami tidak pulang beberapa hari, mama-mama akan menangis dan
tanya-tanya tetangga, tapi kalau suda lewat beberapa hari, berarti itu
pergi untuk selamanya, dan tahu saja kalau sudah meninggal karena
diculik dan dibunuh karena tidak menerima NKRI,” ujarnya.
Disampaikan juga, mama-mama Papua sangat bersyukur karena telah
melahirkan banyak anak-anak muda Papua yang sekarang terus suarakan
perjuangan pengakuan kedaulatan bangsa Papua.
"Kami akan terus mendoakan anak-anak muda Papua yang sekarang sedang berjuang," kata mama Ibo.
Sambil mengangkat tangan , mama Yatipai menyampaiakan bahwa, ia sangat
yakin bahwa pengakuan kedaulatan akan diperoleh dalam waktu yang tidak
terlalu lama, karena bapa Yahwe, Tuhan Yesus Kristus yang adalah bintang
pagi atau bintang fajar turut bekerja di dalamnya.(DOLLY KORWA)
SUMBER: SUARA PAPUA.
0 komentar:
Post a Comment