Home » , » Suasana Dogiyai masih seperti dulu

Suasana Dogiyai masih seperti dulu

Suasana Dogiyai masih seperti dulu, dingin ketika tiba sore harinya hampir selalu hujan, dan jalan utama menuju sejumlah perkampungan, distrik dan Kantor Bupati hampir semua jalan ditemui berlumpurkan tanah merah dan hitam. Jalan-jalan aspal yang dulu sudah berbolong seperti kolam-kolam kotoran sapi. Jalan-jalan itu belum diperhatikan dengan baik, padahal melalui jalan itu orang selalu lintas bukan saja masyarakat tapi juga pejabat.

Sejenak berpikir kebelakang, Kehidupan orang Dogiyai sebelum pemekaran lebih baik dibanding sesudah pemekaran. Harapan hidup orang Dogiya kini terlihat, dengan gampang saja digadekan dengan nilai material. Sebelum pemekaran, tim pemekaran dengan bangga selalu gembar-gemborkan akan pejuangkan nilai-nilai kehidupan orang Dogiyai yang bermartabat dalam mengelolaan tata pemerintahn yang bersih dan benar (Good Government). Janji itu tidak hanya bicara, sampai detik ini masyarakat kampung masih menunnggu kapan relaisasinya ?

Sehari, saya berjalan dari kampung Mauwa terlihat jelas di sebelah kanan dan kiri jalan banyak tumpukan material (pasir, batu, papan dan balok). Tumpukan itu terlihat jelas menutut agar pihak kompten mengelolah menjadi barang layak pakai. Waktu itu saya memandang dengan jelas, Orang Mauwa duduk-duduk atas material-material itu, mungkin saja mereka harapkan akan ada orang yang hendak beli, tetapi waktu selalu berlanjut tidak seorang pun menginginkan material itu. Fenomena yang terjadi adalah ketika hujan turun setiap sore hari barang material itu termakan air hujan hingga kelamaan menghilang bagai air. Lain hal dengan tumpukan batu yang terlihat banyak lumut-lumut yang tumbuh. Dengan kejadian ini, saya berpikir Suasana pembangunan fisik di kabupaten Dogiya belum dilaksanakan.

Setelah melewati kampung Mauwa sempat saya ke kantor Perikanan, Perkebunan, Pertanian, Peternakan, dan Pendidikan (P-5) yang kini masih eksis menghasilkan kopi asli Moaenamani ada pegawai yang memakai busana adat (Koteka) juga lainya pake pakaian sedang bekerja dengan serius. Mereka (para pegawai) orang yang ramah, ketika kami mendekati mereka menyapa: koya (selamat) ! Pria berjengot itu datang dan berjabat tangan dengan saya. Pria itu memperkenalkan dirinya, Ir. Didimus Tebai; Saya terharu dengan dirinya yang masih polos, kewibawaanya terlihat pada dirinya belum merasa bosan untuk pertahankan nama Kopi Moanemamani itu.

Banyak yang diceritakan, pemerintah belum melihat tanaman kopi Moanemani ini sebagai salah satu potensi Kabupaten, mereka itu mungkin buta karena belum masih kerja sama dan membangkitkan ekonomi kerakyatan di Kabupaten Dogiay. Niat baik P-5 selalu ajukan proposal tapi sampai saat ini belum ada tanggapan.

Saya berpikir Kopi Moanemani bukan sesuatu yang baru, coba melihat di daerah lain seperti Wamena dan Pegunungan Bintang yang baru memulai tanam kopi, mereka berhasil mengangkat nama daerah juga ekonomi kerakyatan dengan mengeksport kopi ke luar negri terutama di negara-negara maju seperti Amerika, Jerman dan Belanda. Sesuatu yang mengherankan adalah kopi Wamena atau Pegunugnan Bintang itu tidak disebar luaskan di dalam negri, jika bandingkan dengan kopi Moanemani masih beredar di kalangan orang Dogiay. Hal ini membuat saya menjadi sedih, orang Moanemani yang memiliki keahlian tanam kopi mereka harus geserkan pekerajaan itu dan sekarang banyak hidup mengantungkan diri dengan banyak jual lahan, turun ke kota, beli motor, dan berevoria. Perilaku ini cenderung tidak mem pertimbangkan kehidupan generasi yang akan datang.

Selain kantor P-5, Saya juga sempat berdiri di halaman kantor DPRD Dogiay dari tempat itu melihat seluruh lembah kamuu itu terlihat tumbuhan (rerumputan) yang hijau, tidaak ketingglan perumahan penduduk pun terjejer rapi tempat itu, Kantor DPRD Dogiay itu selalu sunyi, dan sepi tidak ada pengunjung. Lebih terhormat bagi saya waktu itu, ada beberapa babi yang berkeliaran. Sempat saya berpikir. Apakah babi-babi ini berkantor disini ?. tetapi itu pikiran yang negatif, saya berusaha maju dengan dekat melihat gedung DPRD itu sangat mewah dari bangunan gedung lain di Dogiay tapi tidak semewah intelektualitas, kinerja DPRD yang selelu tutup pintu, aspirasi rakyat pun tidak pernah di sampaikan saat ini. Selanjuutnya saya bertanya, Dimana aktivitas anggota DPRD Dogiya ?. jika berjalan di kota-kota terutama Nabire, atau Jayapura, Orang akan menceritakan kemegahan diri mereka yang memakai mobil-mobil rental atau memakai mobil-mobil. Mereka juga banyak menghibur dirinya di perhotelan, juga banyak mengurusi keluarga tambahan di luar daerah dogiya.

Saya mendapatkan cerita juga bahwa yang menjadi tim sukese dalam pemilukada lebih dominan adlaah anggota DPRD, bukan ahanya angota tetapi ketuanya pun terlibat jadi setua tim sukses salah satu kandidata. Jika merefleksikan kejaidna ini sungguh lewat dari norma-norma hukum yang telah ditetap dalam UU. Pemilukada bahwa seorang anggota DPR itu tidka boleh ikut mensukses seorang kandidat. Jika parlemen dan pemerintahan itu berjalan seimbang dalam hal tidak ada sistem kontrol, dan pengawasan maka yang diabaikan adalah masyarakat. Karena kepala pemeirntahan secara otomati akan melaksanakan kewenangan dengan ego. 
 
Dengan kejadian pemilukada yang semkain alot, semua pejabat yang menanam nilai bargening pun ada di Jakarata, bukan hanya itu tetapi sebagian besar dari anggota DPRD Dogiay ada di Jakarta. Saya hanya menemui seorang anggota dengan Dogiay, sejenak menyapa dirinya yang yang terliaht luguh, sedang sibuk di gereja Mauwa. 
 
Dengan melihat terlibatnya anggota dewan dlaam tim sukses secara otomati juga telah mengkotak-kotakan kelompok orang dogiay dengan berbagai isu dan startegi yang sifat slaing menjatuhkan. Bila pikir-pikir merke aikut menciptakan satu paradigma baru di kalangan masyarakat, sekarang sifat saling bantu-membantu dan hormat menghrmati sudah dibuang jauh dalam kehdiupan, yang ada hanyalah ko siap, dan saya siapa. Kapankah kita hidup bersatu sepeti dulu lagi ?.

Anggota DPRD yang lemah dalam menjalankan fugsi kontrol terhadap rola pemerintahan dogiay membuat Aktivitas perkantoran juga menjadi lumpuh. Ada satu cara hidup baru para elite Dogiay terutama Kepala SKPD masih berkeliaran di perkotaan. Untuk membukti saya mencoba mendekati Mama Iyai, kenapa Pemerintahan di Dogai Sepi ?. Dia katakan “ aduh, anak Dogiay orang bilang kabupten tapi saya pikir Dogiay itu kampung, coba lihat saja kalau Bupati ada, semua SKPD semua berlomba-lomba naik dari nabire atau jayapura tetapi Bupati tidak ada, semua SKPD juga ikut keluar “ perilakua birokrat seprti ini mingkin juga ikut habiskan anggran dalam biaya perjalanan yang memang belum memiliki dampak yang singnifikan . dengan wajah yang penuh dengan sedih Mama Iyai juga memberikan satu pesan bahwa “buapti amupaun kepala SKPD jangan datan ghanya karena uang atau jabatan tapi datanglah dengan panggilan Tuhan unutk melayani”.

Kejadian diatas tentu menciptakan suasana kehidupan masyarakat dan pemerintahan pun belum jalan normal, ada konflik horizontal secara kecil-kecil itu tercipta antar kepala SKPD dan pimpinan. Masyarkat dengan mata objektif selalu mendialogkan perilaku mereka (elite politek dan birokrat) di tempat-tempat terhormat seperti di kebun, pasar, dan dalam gedung ibadah agar perilaku yang tidak manusiawi itu bisa di rubah. Apakah semua kejadian diatas boleh dikatakan itukah jejak generasi yang ternoda ?.
 Oleh Natan Tebai
Share this video :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. RASUDO FM DOGIYAI - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger