Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 13:44:00
with No comments
Suasana Dogiyai masih seperti dulu, dingin ketika
tiba sore harinya hampir selalu hujan, dan jalan utama menuju sejumlah
perkampungan, distrik dan Kantor Bupati hampir semua jalan ditemui berlumpurkan
tanah merah dan hitam. Jalan-jalan aspal yang dulu sudah berbolong seperti
kolam-kolam kotoran sapi. Jalan-jalan itu belum diperhatikan dengan baik,
padahal melalui jalan itu orang selalu lintas bukan saja masyarakat tapi juga pejabat.
Sejenak berpikir kebelakang, Kehidupan orang Dogiyai
sebelum pemekaran lebih baik dibanding sesudah pemekaran. Harapan hidup orang
Dogiya kini terlihat, dengan gampang saja digadekan dengan nilai material.
Sebelum pemekaran, tim pemekaran dengan bangga selalu gembar-gemborkan akan
pejuangkan nilai-nilai kehidupan orang Dogiyai yang bermartabat dalam
mengelolaan tata pemerintahn yang bersih dan benar (Good Government). Janji itu
tidak hanya bicara, sampai detik ini masyarakat kampung masih menunnggu kapan
relaisasinya ?
Sehari, saya berjalan dari kampung Mauwa terlihat jelas
di sebelah kanan dan kiri jalan banyak tumpukan material (pasir, batu, papan
dan balok). Tumpukan itu terlihat jelas menutut agar pihak kompten mengelolah
menjadi barang layak pakai. Waktu itu saya memandang dengan jelas, Orang Mauwa
duduk-duduk atas material-material itu, mungkin saja mereka harapkan akan ada
orang yang hendak beli, tetapi waktu selalu berlanjut tidak seorang pun
menginginkan material itu. Fenomena yang terjadi adalah ketika hujan turun
setiap sore hari barang material itu termakan air hujan hingga kelamaan
menghilang bagai air. Lain hal dengan tumpukan batu yang terlihat banyak
lumut-lumut yang tumbuh. Dengan kejadian ini, saya berpikir Suasana pembangunan
fisik di kabupaten Dogiya belum dilaksanakan.
Setelah melewati kampung Mauwa sempat saya ke kantor
Perikanan, Perkebunan, Pertanian, Peternakan, dan Pendidikan (P-5) yang kini
masih eksis menghasilkan kopi asli Moaenamani ada pegawai yang memakai busana
adat (Koteka) juga lainya pake pakaian sedang bekerja dengan serius. Mereka
(para pegawai) orang yang ramah, ketika kami mendekati mereka menyapa: koya
(selamat) ! Pria berjengot itu datang dan berjabat tangan dengan saya. Pria itu
memperkenalkan dirinya, Ir. Didimus Tebai; Saya terharu dengan dirinya yang
masih polos, kewibawaanya terlihat pada dirinya belum merasa bosan untuk
pertahankan nama Kopi Moanemamani itu.
Banyak yang diceritakan, pemerintah belum melihat
tanaman kopi Moanemani ini sebagai salah satu potensi Kabupaten, mereka itu
mungkin buta karena belum masih kerja sama dan membangkitkan ekonomi kerakyatan
di Kabupaten Dogiay. Niat baik P-5 selalu ajukan proposal tapi sampai saat ini
belum ada tanggapan.
Saya berpikir Kopi Moanemani bukan sesuatu yang baru,
coba melihat di daerah lain seperti Wamena dan Pegunungan Bintang yang baru
memulai tanam kopi, mereka berhasil mengangkat nama daerah juga ekonomi
kerakyatan dengan mengeksport kopi ke luar negri terutama di negara-negara maju
seperti Amerika, Jerman dan Belanda. Sesuatu yang mengherankan adalah kopi
Wamena atau Pegunugnan Bintang itu tidak disebar luaskan di dalam negri, jika
bandingkan dengan kopi Moanemani masih beredar di kalangan orang Dogiay. Hal
ini membuat saya menjadi sedih, orang Moanemani yang memiliki keahlian tanam
kopi mereka harus geserkan pekerajaan itu dan sekarang banyak hidup
mengantungkan diri dengan banyak jual lahan, turun ke kota, beli motor, dan
berevoria. Perilaku ini cenderung tidak mem pertimbangkan kehidupan generasi yang
akan datang.
Selain kantor P-5, Saya juga sempat berdiri di halaman
kantor DPRD Dogiay dari tempat itu melihat seluruh lembah kamuu itu terlihat
tumbuhan (rerumputan) yang hijau, tidaak ketingglan perumahan penduduk pun
terjejer rapi tempat itu, Kantor DPRD Dogiay itu selalu sunyi, dan sepi tidak
ada pengunjung. Lebih terhormat bagi saya waktu itu, ada beberapa babi yang
berkeliaran. Sempat saya berpikir. Apakah babi-babi ini berkantor disini ?.
tetapi itu pikiran yang negatif, saya berusaha maju dengan dekat melihat gedung
DPRD itu sangat mewah dari bangunan gedung lain di Dogiay tapi tidak semewah
intelektualitas, kinerja DPRD yang selelu tutup pintu, aspirasi rakyat pun
tidak pernah di sampaikan saat ini. Selanjuutnya saya bertanya, Dimana
aktivitas anggota DPRD Dogiya ?. jika berjalan di kota-kota terutama Nabire,
atau Jayapura, Orang akan menceritakan kemegahan diri mereka yang memakai
mobil-mobil rental atau memakai mobil-mobil. Mereka juga banyak menghibur
dirinya di perhotelan, juga banyak mengurusi keluarga tambahan di luar daerah
dogiya.
Saya mendapatkan cerita juga bahwa yang menjadi tim
sukese dalam pemilukada lebih dominan adlaah anggota DPRD, bukan ahanya angota
tetapi ketuanya pun terlibat jadi setua tim sukses salah satu kandidata. Jika merefleksikan
kejaidna ini sungguh lewat dari norma-norma hukum yang telah ditetap dalam UU.
Pemilukada bahwa seorang anggota DPR itu tidka boleh ikut mensukses seorang
kandidat. Jika parlemen dan pemerintahan itu berjalan seimbang dalam hal tidak
ada sistem kontrol, dan pengawasan maka yang diabaikan adalah masyarakat.
Karena kepala pemeirntahan secara otomati akan melaksanakan kewenangan dengan
ego.
Dengan kejadian pemilukada yang semkain alot, semua
pejabat yang menanam nilai bargening pun ada di Jakarata, bukan hanya itu
tetapi sebagian besar dari anggota DPRD Dogiay ada di Jakarta. Saya hanya
menemui seorang anggota dengan Dogiay, sejenak menyapa dirinya yang yang
terliaht luguh, sedang sibuk di gereja Mauwa.
Dengan melihat terlibatnya anggota dewan dlaam tim
sukses secara otomati juga telah mengkotak-kotakan kelompok orang dogiay dengan
berbagai isu dan startegi yang sifat slaing menjatuhkan. Bila pikir-pikir merke
aikut menciptakan satu paradigma baru di kalangan masyarakat, sekarang sifat
saling bantu-membantu dan hormat menghrmati sudah dibuang jauh dalam kehdiupan,
yang ada hanyalah ko siap, dan saya siapa. Kapankah kita hidup bersatu sepeti
dulu lagi ?.
Anggota DPRD yang lemah dalam menjalankan fugsi kontrol
terhadap rola pemerintahan dogiay membuat Aktivitas perkantoran juga menjadi
lumpuh. Ada satu cara hidup baru para elite Dogiay terutama Kepala SKPD masih
berkeliaran di perkotaan. Untuk membukti saya mencoba mendekati Mama Iyai,
kenapa Pemerintahan di Dogai Sepi ?. Dia katakan “ aduh, anak Dogiay orang
bilang kabupten tapi saya pikir Dogiay itu kampung, coba lihat saja kalau
Bupati ada, semua SKPD semua berlomba-lomba naik dari nabire atau jayapura
tetapi Bupati tidak ada, semua SKPD juga ikut keluar “ perilakua birokrat
seprti ini mingkin juga ikut habiskan anggran dalam biaya perjalanan yang
memang belum memiliki dampak yang singnifikan . dengan wajah yang penuh dengan
sedih Mama Iyai juga memberikan satu pesan bahwa “buapti amupaun kepala SKPD
jangan datan ghanya karena uang atau jabatan tapi datanglah dengan panggilan
Tuhan unutk melayani”.
Kejadian diatas tentu menciptakan suasana kehidupan
masyarakat dan pemerintahan pun belum jalan normal, ada konflik horizontal
secara kecil-kecil itu tercipta antar kepala SKPD dan pimpinan. Masyarkat dengan
mata objektif selalu mendialogkan perilaku mereka (elite politek dan birokrat)
di tempat-tempat terhormat seperti di kebun, pasar, dan dalam gedung ibadah
agar perilaku yang tidak manusiawi itu bisa di rubah. Apakah semua kejadian
diatas boleh dikatakan itukah jejak generasi yang ternoda ?.
Oleh Natan Tebai
Related video you might like to see :
0 komentar:
Post a Comment