Jakarta-Napas.com, Aksi
bersama Prodemokrasi di Jakarta, yang dilakukan oleh Pimpinan-pimpinan
organisasi Prodemokrasi di Indonesia, kini menjadi catatan sejarah baru
bagi Indonesia. Aksi dan Audiensi ini sesungguhnya sebagai upaya damai
yang ditunjukan oleh Pemimpin Prodemorasi untuk perubahan di Indonesia,
dan sebagai bentuk perlawanan kepada Kapitalis dan Nealoib yang selalu
menguras dan menghancurkan tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Aksi
yang dilakukan, selasa 4 september 2012, di depan kantor kedutaan
Amerika Serikat, kemarin, cukup menegangkan. Aksi tersebut terjadi
dorong mendorong antara masa aksi dan Polisi. Masa aksi pun membakar
simbol PT. Freepor dan Amerika sebagai bentuk perlawanan kepada
Kapitalis yang sudah menghancurkan tatanan kehidupan rakyat sipil dan
mengisap darah rakyat tak berdosa. Masa aksi pun menuntut
dinasionalisasikannya PT. Freeport.
Aksi
pembakaran simbol itu terjadi ketika pihak Duta Besar Amerika tidak
menerima delegasi untuk masuk. Sementara menurut Masinton Pasaribu
(Ketua Repdem), timnya sudah memasukan surat kemarin, 3 september 2012,
ke kedutaan dan pihak kepolisian untuk meminta"Audensi".
Menurut Masinton, rekan-rekannya hendak beraudiensi dengan Dubes AS,
dan meminta kesediaan waktu Hilari untuk mendesak dinasionalisasinya PT.
Freeport, dan adili PT. Freepot di Mahkamah Internasional karena PT.
Freeport adalah perusahaan kejahatan kemanusiaan.
Menurut
seorang aktifis Papua, Dorus Wakum, ayahnya korban atas PT. Freeport.
Ia pun menjelaskan, PT. Freeport sudah menghancurkan alam Papua.
Freeport juga sudah membiayai pejabat-pejabat yang turut dalam
menghancurkan rakyat Papua. Semenjak PT. Freeport ada di Papua, semenjak
itu pun kekerasan terjadi di tanah Papua. Karnanya, PT. Freeport harus
dinasionalisasi tegasnya.
Tanggapan lain pun
datang dari Marthen Goo, Koordinator NAPAS. Marthen menegaskan,
kejahatan di Papua datang dari dua kekuatan besar, yakni PT. Freeport
dan Negara RI, melalui TNI-Polri. Freeport merusak alam Papua dan
berefek pada buruknya kesehatan rakyat sipil, pendidikan dan kerusakan
pada tatanan sosila kemasyarakatan di sekitar PT. Freeport. PT. Frrport
juga telah membiayai TNI-Polri yang justru melakukan kejahatan
kemanusiaan di Papua. Sementara TNI-Polri menganggap bahwa kejahatan
kemanusiaan di Papua merupakan bisnis yang harus dilakukan, sehingga
terlihat bahwa kekerasan di Papua memang dipelihara. Dengan terjadinya
kekerasan di Papua, maka dana keamanan akan diluncurkan untuk TNI-Polri.
Marthen menyebutkan, contoh Kasus, Pendeta Isak Ondowame dan 6 tahanan
lainnya, yang dikambing hitamkan, ketika terjadi penembakan terhadap 2
warga negara Amerika di mile 62/63.
Dalam
orasi-orasi dari semua pimpinan organisasi, mereka meminta agar PT.
Freeport segera dinasionalisasi, dan segera diadili PT.Freeport ke
Mahkamah Internasional, karena PT. Freepor adalah pelaku kejahatan
kemanusiaan. Mereka pun mendesak agar petingi polri, TNI dan petinggi
pemerintahan di Negara Indonesia ini harus dimintai
pertanggungjawabannya atas suapan dana PT.Freeport, dan mereka harus
diadili dengan system pengadilan terbuka untuk menyeret pelaku kejahatan
kemanusiaan di Papua.
Nasionalisasi
PT. Freeport bertujuan agar rakyat Papua yang memiliki hak mutlak atas
kekayaan dan sumber daya alam mereka, sehingga terjunjung tinggi harkat
dan martabat mereka sebagai manusia. (***BIKO ˜)
Sumber: umaginews.com
0 komentar:
Post a Comment