Bogor --- Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti
menyampaikan kabar baik bagi budaya Indonesia. Pada 2-3 Desember
mendatang, pemerintah Indonesia akan berjuang dalam sidang UNESCO di
Paris, Perancis, untuk menjadikan Noken sebagai warisan budaya dunia.
"Setiap tahun, kita berusaha untuk menjadikan minimal satu budaya kita menjadi warisan budaya dunia. Tahun lalu kita punya Subak yang sudah jadi warisan dunia, tahun ini kita akan perjuangkan noken," kata Wamendikbud Wiendu saat membuka pembekalan penyuluh budaya non PNS di Bogor, Jawa Barat, Minggu (18/11).
Noken adalah budaya asli Papua dalam bidang kerajinan tas yang merupakan hasil dari daya cipta, daya rasa dan daya karsa atas dasar kemahiran manusia. Mama-mama perajin dan kaum pria noken anggrek mengasah kemampuan dalam membuat noken dan kerajinan tangan lainnya bersama masyarakat adat Papua dari masa ke masa dari zaman leluhur. Di setiap wilayah Papua, nokennya pun memiliki ciri tersendiri.
Untuk itu, Wiendu mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk ikut mendukung usaha pemerintah dalam mengangkat budaya Indonesia ke kancah internasional. Jika kali ini Noken berhasil ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, maka hari putusan sidang tersebut akan diusulkan kepada pemerintah daerah Papua menjadi hari noken.
"Pelestarian noken harus dimulai dari masyarakat daerahnya, untuk memakai noken sebagai kebanggan. Sama seperti kita bangga memakai batik," kata Wiendu.
Dengan dijadikannya noken sebagai warisan budaya dunia, maka akan membuka berbagai peluang bagi masyarakat. Mulai dari peluang penyerapan tenaga kerja, hingga peluang ekonomi dan peluang pelestarian budaya. (AR-JR)
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/832
"Setiap tahun, kita berusaha untuk menjadikan minimal satu budaya kita menjadi warisan budaya dunia. Tahun lalu kita punya Subak yang sudah jadi warisan dunia, tahun ini kita akan perjuangkan noken," kata Wamendikbud Wiendu saat membuka pembekalan penyuluh budaya non PNS di Bogor, Jawa Barat, Minggu (18/11).
Noken adalah budaya asli Papua dalam bidang kerajinan tas yang merupakan hasil dari daya cipta, daya rasa dan daya karsa atas dasar kemahiran manusia. Mama-mama perajin dan kaum pria noken anggrek mengasah kemampuan dalam membuat noken dan kerajinan tangan lainnya bersama masyarakat adat Papua dari masa ke masa dari zaman leluhur. Di setiap wilayah Papua, nokennya pun memiliki ciri tersendiri.
Untuk itu, Wiendu mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk ikut mendukung usaha pemerintah dalam mengangkat budaya Indonesia ke kancah internasional. Jika kali ini Noken berhasil ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, maka hari putusan sidang tersebut akan diusulkan kepada pemerintah daerah Papua menjadi hari noken.
"Pelestarian noken harus dimulai dari masyarakat daerahnya, untuk memakai noken sebagai kebanggan. Sama seperti kita bangga memakai batik," kata Wiendu.
Dengan dijadikannya noken sebagai warisan budaya dunia, maka akan membuka berbagai peluang bagi masyarakat. Mulai dari peluang penyerapan tenaga kerja, hingga peluang ekonomi dan peluang pelestarian budaya. (AR-JR)
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/832
0 komentar:
Post a Comment