Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 12:13:00
with No comments
Tergantung APBD karena peran pemimpin politik
Mantan striker Persipura era 1980 an Ricard
Fere mengingatkan agar klub sepak bola di Papua sudah harus mencari
investor dan jangan tergantung kepada pimpinan politik yang memegang
jabatan di Kabupaten maupun Kota.
“Kondisi ini yang memprihatinkan sehingga sepakbola masuk ke dalam
ranah politik mengakibatkan adanya dualisme dalam sepakbola di
Indonesia,”kata Richard Fere kepada media ini , Sabtu (29/12).
Dia menambahkan klub-klub sepakbola di
Papua sudah seharusnya mencari investor agar bisa terhindar dari atau
dikuasai oleh Pemda terutama orang nomor satu dalam kabupaten atau kota.
“Klub akan sulit dalam mencari sumber keuangan lain, sebagai misal
Persidafon sulit mencari investor baru karena terjebak dalam politik.
Ketuanya juga seorang pemimpin partai politik di Papua,” katanya.
Dia menambahkan kondisi inilah yang membuat klub-klub tak bisa
terlepas dari pengaruh partai politik. Meskipun tak kelihatan kata dia
tetapi persaingan antara parpol berwarna biru dan berwarna kuning ikut
bermain dalam sepakbola di Indonesia.
“Jangan terlalu terjebak dan harus murni dari investor, lihat saja
Persidafon mengalami kesulitan keuangan tetap mau bertahan demi politik.
Ya mereka tidak ada solusi dan terikat dengan Grup Bakrie,” kata
Richard Fere.
Sementara itu Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Ottow dan Geisler,
Calvin Mansnembra menilai klub-klub sepakbola di Papua belum bisa
seratus persen terlepas dari peran Pemerintah sehingga sulit melepaskan
diri dari kekuatan dana APBD.
”Saya menilai masih membutuhkan dana dari APBD namun ke depan perlu dicari solusi yang terbaik,” katanya.
Kondisi ini jelas tak menguntungkan bagi perkembangan sepakbola di
Papua, catatan memperlihatkan saat ini terdapat tiga klub asal Papua
masuk dalam kasta tertinggi ISL masing-masing Persipura Jayapura,
Persidafon, Persiwa dan Persiram Raja Ampat. Sedangkan klub-klub divisi
Utama masing-masing, PSBS Biak, Perseru Serui dan pendatang baru
Persekam Kaimana.
Sementara Perseman Manokwari musim depan masuk ke dalam kasta
tertinggi Liga Premire Indonesia(IPL) bersama klub-klub di bawah PSSI
pimpinan Djohar Arifin.
Sebagai gambaran pengeluaran yang pernah dilakukan Persipura pada
musim 2008/09 sebesar Rp8 miliar lebih untuk mengontrak pemain lokal
sedangkan pemain asing sebesar Rp5 miliar lebih. Musim 2009/10 Persipura
membayar pemain lokal sebanyak Rp11milyar sedangkan untuk pemain asing
sebesar Rp5.3 miliar.(Hinca Pandjaitan, Kedaulatan Negara vs Kedaulatan FIFA).
Persipura sendiri pada musim lalu mendapat sponsor dari Bank Papua,
Telkomsel, Semen Bosowa dan PT Freeport Indonesia. Perusahaan tambang
di Timika ini memiliki supporter terbesar untuk Persipura sebanyak
15.000 karyawan tergabung dalam The Karaka’s Persipuramania. Apalagi
Persipuramania PT Freeport sendiri punya dukungan sangat besar dan
memberikan dukungan bagi Persipura.
Kondisi ini agak berbeda dengan klub-klub Papua lainnya karena
Persipura memiliki banyak fans hampir seluruh tanah Papua dan Indonesia,
tiga kali juara ISL dan lolos delapan besar AFC sehingga pantas
menggaet sponsor dan juga punya nilai jual yang lebih.
Sayangnya kata Richard Fere Persipura sendiri tak punya peluang untuk
bertanding mewakili Indonesia keluar negeri baik di AFC maupun LCA
karena dualisme PSSI. Mestinya kemelut di dua kubu PSSI harus
diselesaikan agar tidak mengorbankan klub-klub di Indonesia termasuk
Persipura.
( GOAL.com/Dominggus A Mampioper )
0 komentar:
Post a Comment