Posted by Admin RASUDO FM
Posted on 03:02:00
with No comments
Grup Mambesak atau dalam bahasa Biak
Numfor berarti burung Cenderawasih atau burung kuning. Tidak terlalu
banyak yang tahu keberadaan grup ini, namun bagi warga Papua, grup ini
merupakan simbol dan kebangkitan seni budaya Papua.
Berdiri 15 agustus 1978, Mambesak
digawangi oleh Arnold Clemens AP, Eddy Mofu, Sam Kapisa, Yoel Kafiar,
dan Martiny Sawaki. Ide dasar terbentuknya grup ini adalah untuk
mengangkat kesenian rakyat Papua yang berakar pada lagu-lagu dan tarian
rakyat, dan menampilkannya dalam bentuk nyanyian dengan peralatan
ukulele (gitar kecil), tifa (kendang khas Papua), bass, dan gitar.
Pementasan mereka juga diselingi dengan
mop (guyonan-goyonan khas Papua) yang dibawakan oleh Arnold Ap. Dalam
setiap penampilannya, selain menyanyikan lagu dan menari, Mambesak juga
menggunakan logat bahasa Indonesia logat Papua dan menguraikan beberapa
unsur-unsur kebudayaan Papua.
Kehadiran Mambesak disambut antusias
rakyat Papua yang membayangkan identitas budaya mereka. Kebangkitan
budaya Papua yang lama terpendam sempat muncul pada tahun 1970−1980-an
ketika Arnold Ap dan Grup Mambesak-nya begitu terkenal di seluruh Papua.
Lima volume kaset Mambesak yang berisi reproduksi dan rearrangement
lagu-lagu daerah Papua berulang kali habis terjual dan diproduksi
kembali. Siaran radio Pelangi Budaya dan Pancaran Sastra yang diasuh
oleh Arnold Ap dkk dari Mambesak di Studio RRI Nusantara V Jayapura
setiap hari Minggu siang sangat populer.
Kebangkitan identitas budaya Papua
melalui kesenian inilah yang dicurigai oleh Pemerintah Indonesia sebagai
benih-benih separatisme Papua. Aparat keamanan saat itu, Koppasandha
(kini Kopassus) mencurigai gerakan kebudayaan Arnold Ap dan Mambesak
adalah benih laten “nasionalisme Papua” dalam “bungkus kultural”. Arnold
Ap akhirnya ditembak di pantai Pasir Enam, sebelah timur kota Jayapura
pada 26 April 1984, pada saat sedang menunggu perahu bermotor yang konon
akan mengungsikannya ke Vanimo, Papua Nugini, ke mana isteri,
anak-anak, dan sejumlah teman Arnold Ap telah mengungsi terlebih dahulu
pada 7 Februari 1984.
Dalam rangka memperingati hari Mambesak
inilah, Panitia lomba HUT Mambesak berinisiatif melaksanakan kegiatan
perlombaan tarik suara dalam bentuk group musik dan seni tarik suara
yang akan dilaksanakan 13 Agustus 2015 mendatang bertajuk ‘Semalam
Mengenang Mambesak’.
Pihak panitia dan penanggung jawab
kegiatan, yakni Dewan Adat Papua (DAP) dan dari Suku Besar Yerisiam Gua
memberi kesempatan kepada semua calon peserta untuk mendaftarkan diri di
Sekretariat Panitia Jalan Yos Sudarso Oyehe atau dikediaman Almarhum
SP. Hanebora depan SPBU Oyehe.
Menurut Ketua panitia, John Gobai
didamping sekretarisnya Robertino Hanebora, latar belakang
dilaksanakannya kegiatan ini pertama, arus perkembangan modern begitu
cepat masuk di seantero Indonesia pada umumnya dan Papua pada khususnya,
menyebabkan hilangnya nilai-nilai kearifan lokal budaya adat istiadat
yang menjadi sebuah identitas suatu komunitas manusia.
Dan kedua, lanjutnya, musik tradisional
Papua dengan lagu daerah merupakan sebuah ciri khas yang menunjukan
integritas manusia Papua kini diambang kepunahan. Arnold Aap, seorang
tokoh antropolog dan pemerhati musik dan budaya Papua yang dalam
sejarahnya membuat sebuah group musik ‘Mambesak’ dengan melagukan
lagu-lagu daerah asli Papua di era tahun tujuh puluhan dari berbagai
bahasa daerah di Tanah Papua, menjadi sebuah sosok yang patut dicontohi
oleh generasi muda Papua saat ini.
Tambah John, sehubungan dengan hal
tersebut menjadi sebuah motivasi sehingga muncul sebuah ide guna
melakukan sebuah perlombaan tarik suara dalam bentuk group musik dan
seni tarik suara.
Ada beberapa hal, diantaranya
mengangkat nilai-nilai budaya lewat musik daerah lebih khususnya daerah
Nabire dari arus modern/globalisasi, mendidik generasi muda Papua/Nabire
lewat alat musik tradisional dan budaya Papua yang sesungguhnya dan
meningkatkan jati diri masyarakat Papua/Nabire dari kepunahan budaya
Papua dan arus global nasional dan internasional.
Diluar itu, kegiatan yang didukung oleh
aliasi masyarakat pesisir dan kepulauan Kabupaten Nabire ini kiranya
tercipta generasi penerus Papua/Nabire yang menjaga dan mengormati musik
daerah tradisonal sebagai jati dirinya.
0 komentar:
Post a Comment