Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Menpar Arief Yahya menyusuri kawasan wisata Raja Ampat dalam rangkaian kunjungannya ke Papua Barat |
Surat
itu dikirimkan oleh 104 aktivis, termasuk di dalamnya dari Papua,
terkait dengan kehadiran perusahaan perkebunan sawit yakni PT Nabire
Baru, PT Bio Inti Agrindo dan PT ANJ Agri Papua. Ketiganya beroperasi di
Nabire, Merauke dan Sorong Selatan (Papua Barat). Hal itu terkait
dengan peluncuran Program Investasi Ciptakan Lapangan Kerja Tahap III
oleh Presiden.
"Tuan Presiden, sejak awal
kehadiran dan keberadaan ketiga perusahaan ini terlibat bersengketa
dengan masyarakat adat setempat, karena menggunakan praktik-praktik
kotor manipulasi dan intimidasi," demikian surat tersebut dalam situs
Transformasi untuk Keadilan, yang dikutip Kamis (28/1/2016).
Menurut
mereka, kehadiran perusahaan itu justru tidak membantu perbaikan dan
peningkatan nasib perempuan Papua. Surat itu menyatakan sumber-sumber
air bersih menjadi hilang serta tercemar, sehingga membuat perempuan dan
anak-anak menjadi rentan terhadap penyakit.
Mereka
mengatakan warga Papua semakin jauh menjangkau kebun dan dusun sagu
maupun tempat berburu di hutan. Hal itu, membuat mereka kesulita
mendapatkan bahan pangan berkualitas.
"Ancaman
serius dari program ini adalah menghadirkan belasan ribu tenaga kerja
dari luar Papua akan membawa tekanan sosial, ekonomi dan politik
terhadap Orang Asli Papua," demikian surat tersebut.
Masyarakat
Papua juga meminta Presiden Jokowi untuk memeriksa kembali izin
perusahaan tersebut. Selain itu, mereka juga meminta agar pemerintah
memberikan sanksi kepada perusahaan jika terbukti melakukan pelanggaran
terhadap hak-hak dasar orang Papua.
"Demikian
Surat Terbuka ini dan kami berharap Tuan Presiden dapat bertindak
memutuskan secara bijaksana untuk memenuhi permohonan kami," demikian
surat tersebut. Surat lengkap itu bisa dibaca di sini
0 komentar:
Post a Comment