SALATIGA
- Sejumlah mahasiswa yang bergabung dalam Jaringan Salatiga Peduli
Papua (JSPP) menggelar aksi solidaritas terhadap kasus kekerasan yang
dialami mahasiswa Papua di Jogjakarta. Mimbar bebas digelar di depan
kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
"Kami hanya menyuarakan persamaan
hak sebagai warga negara. Kami bukan mahasiswa Papua dan kami sangat
peduli terhadap kasus kekerasan yang mereka alami. Namun mereka tidak
banyak yang ikut aksi ini," tutur Evan Adiananta, penanggung jawab aksi
saat ditemui wartawan di sela aksi, kemarin pagi.
Dijelaskan Evan, setelah pihaknya
menyampaikan pemberitahuan aksi, dirinya telah mendapatkan imbauan untuk
membatalkan aksi. "Namun karena sebatas imbauan, maka aksi terus
dilakukan dan banyak mahasiswa Papua yang tidak ikut karena berbagai
alasan," tuturnya.
Aksi yang diikuti sejumlah mahasiswa
ini mendapatkan kawalan ketat aparat kepolisian karena khawatir akan
muncul gesekan. Terlebih selama aksi beberapa organisasi masyarakat lain
dengan menggunakan seragam tampak bersliweran di depan kampus namun
tidak berhenti.
Dalam rilis yang dibagikan kepada
wartawan, mereka menyerukan beberapa poin yakni negara harus melindungi
kebebasan berpendapat warga negaranya sebagai bagian dari nilai-nilai
demokrasi. Mereka juga meminta penghapusan segala bentuk diskriminasi,
intimidasi dan kekerasan terhadap orang Papua.
Sementara itu terpisah, Rektor UKSW
John Titaley kepada wartawan sehari sebelum aksi menandaskan jika aksi
JSPP tidak ada kaitannya dengan kampus ataupun organisasi mahasiswa
Papua di Salatiga. Disebutkan, itu merupakan aksi pribadi yang dimotori
Evan dengan membawa nama JSPP. "Kami sudah mendapatkan surat resmi dari
ketua himpunan mahasiswa Papua di Salatiga bahwa mereka tidak terlibat
dalam aksi yang dilakukan JSPP tersebut," terang John Titaley di depan
mahasiswa sambil menunjukkan surat yang dikirimkan kepadanya. (sas/ton)
0 komentar:
Post a Comment