Manokwari– Ikatan Pelajar Mahasiswa
Nabire, Paniai,Dogiyai dan Deiyai (IPMANAPANDODE) Semarang menilai,
perkembangan pendidikan, terutama Sekolah Dasar dan fasilitas termasuk
kualitas tenaga pengajar harus ditingkatkan.
Khusus daerah pedalaman, kualitas pendidikan justru sangat
tertinggal. Kehancuran pendidikan di Papua, dinilai ikut dipengaruhi UU
Otsus Nomor 21 Tahun 2001. Selain tidak memperhatikan nasib guru, ambisi
jabatan guru di pemerintahan juga dinilai sebagai pemicu gagalnya
pendidikan.
“Guru harus miliki jiwa ideologi Nasionalis dantidak mudah goyang
dengan kondisi daerah. Pemerintah dan masyarakat juga harus mendukung
hal itu. Maju-tidaknya sekolah, tergantung pada tugas guru,” ujar Yusak
Iyai, seperti yang dilansir via email kepada redaksi Radarpapua.com, Jumat (9/11).
Menurut mahasiswa UNTAG 1945 Semarang, jurusan Administrasi
Negeraini, ada dua hal yang harus diperhatikan guru, yakni menyesuaikan
metode pelajaran dengan lingkungan dan harus berjiwa membangun, serta
menjauhi perilaku korupsi.
“Ini diharapkan mampu mengejar ketertinggalan dan menghapus angka
buta aksara di Nabire, Paniai Dogiyai maupun Deiyai. Jika tidak, akan
jadi masalah bagi generasi Papua di masa depan,” terangnya.
Pendapat lainnya berupa macam pendidikan dan kualitas tenaga pendidik
dari hasil penerimaan CPNS serta fasilitas sekolah juga dikemukakan
dalam pertemuan IPMANAPANDODE Semarang, 26 Oktober lalu.
“Sebagai mahasiswa, kita harus mencari info pendidikan
sebanyak-banyaknya agar kelak diimplementasikan kepada masyarakat yang
belum paham soal pentingnya pendidikan,” sebut Pit Yobe.
Ketua IPMANAPANDODE Semarang, Ambrosius Yobee menegaskan, pemda
diminta menyeleksi calon PNS, terutama menyesuaikan dengan bidang kerja
yang benar-benar kompoten.
Dalam hal pendidikan, semua pihak diminta untuk memperhatikan masalah
tersebut, termasuk mahasiswa sebagai kaum intelek yang kelak ambil
bagian dalam membangun daerahnya. (red)
Sumber: RADARPAPUA.COM
0 komentar:
Post a Comment