Demianus Jimmy Idjie. [SP/Robert Isidorus] |
Pemerintah berkewajiban membantu, karena mereka adalah manusia dan bukan binatang.
“Segera ke sana lihat dan lakukan pertolongan. Mereka itu manusia, bukan binatang. Jangan kita berdebat jumlahnya,” kata Wakil Ketua DPR Papua Barat, Demianus Djimy Idjie kepada SP, Jumat (5/4) pagi.
Demianus mengatakan, Bupati Tambrauw lebih mengetahui jumlah korban warganya.
“Gubernur Papua Barat sebaiknya dengn legowo mengatakan itu menjadi tanggung jawab saya, karena mereka itu warga saya. Dan memang ada kekurangan gizi di sana. Kita tak usah malu bila kita gagal menjaga warga kita sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua LSM Belantara Provinsi Papua Barat, Abner Korwa mengatakan, telah terjadi kematian berturut-turut akibat busung lapar dan wabah penyakit yang terjadi sejak bulan Oktober 2012 lalu, dan par akorban itu harus segera ditolong.
Menurut dia, pihaknya sudah melaporkan kasus tersebut, namun oleh pemda setempat membantahnya.
“Tim kami bersama Gereja terus melakukan pendataan dan wawancara kepada warga-warga yang telah meninggalkan kampung mereka,” ujarnya.
Dari laporan warga, ada 95 orang yang meninggal dunia.
“Sampai sore ini, yang tercatat pada kami, di Kampung Baddei ada 250 orang sakit dan yang sudah meninggal 45 orang. Di Kampung Jokjoker 210 orang sakit dan meninggal 11 orang. Di Kampung Kosefo yang sakit 75 orang dan meninggal 28 orang,” ujarnya.
Dikatakan, wabah itu menyebabkan masyarakat menderita busung lapar atau kurang gizi dan gatal-gatal.
Sebelumnya dilaporkan Wabah yang menyerang beberapa kampung di Distrik Kwor, kabupaten Tambrauw Papua Barat, antara lain kampung Jocjoker, Kosefo, Baddei, Sukuwes, Krisnos sejak November 2012.
“Padahal masyarakat telah pergi melapor pada dinas kesehatan terdekat, namun tidak ditanggapi,” ujarnya.
Dirinya meminta bila Pemda Papua Barat maupun kabupaten lambat, lebih baik Menteri Kesehatan langsung ke Tambrauw untuk melihat penderitaan warga.
Konstant Magablo, Ketua Asosiasi Masyarakat Adaat Nusantara (AMAN) Sorong Raya mengatakan, korban meninggal mungkin bukan 95 orang saja. Bisa jadi bertambah.
“Berdasarkan laporan dari petugas lapangan kita, ada dua kampung yang belum berhasil mereka masuki, apalagi tim medis yang hanya tiga hari turun melakukan pengobatan yakni mulai 26-29 Maret lalu. Dengan demikian ada kemungkinan jumlah korban meninggal bisa bertambah,” ujarnya. [SP]
0 komentar:
Post a Comment