JAKARTA - Mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta mengatakan
Papua lebih baik tetap bergabung dengan Indonesia daripada berjuang
untuk menjadi negara merdeka. Menurut Horta, pemerintahan zaman orde
baru berbeda dengan pemerintahan sekarang.
Saat ini, lanjut Horta, pemerintahan Presiden Joko Widodo telah
berkomitmen untuk memenuhi harapan sebagian besar rakyat Papua untuk
memperoleh kesempatan lebih luas untuk mendapat pendidikan dan memiliki
pekerjaan. Presiden Jokowi juga dinilainya lebih aspiratif dan mau
mendengarkan keinginan rakyat Papua.
Lebih lanjut Horta menjelaskan dengan pendidikan rakyat Papua bisa
selamat sebagai sebuah bangsa dalam negara Indonesia. Tidak ada satu
bangsa besar pun dapat selamat tanpa rakyat berpendidikan baik.
"Untuk pertama kali saya melihat ada sebuah kesempatan sejati bagi
pemerintah Indonesia untuk mendengarkan keinginan rakyat Papua dan
mereka mendengarkan, serta melakukan lebih banyak lagi upaya untuk
membangun wilayah Papua untuk menciptakan kesempatan kerja dan belajar
bagi warga Papua," kata Horta usai memberikan pidato tentant perdamaian
dan kebebasan di Theater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis(5/5).
Beberapa waktu lalu di Papua terjadi aksi mendukung United Liberation
Movement for West Papua untuk menjadi anggota penuh Melanesian Spearhead
Group (MSG). Mereka berharap Papua dapat merdeka.
Horta menegaskan persoalan di Papua bukan mengenai keinginan untuk lepas
dari Indonesia, tapi warga Papua bisa hidup bebas dalam konteks negara
Indonesia. Seperti orang Bali dan Jawa dapat hidup bebas dalam negara
Indonesia.
Horta mengatakan pemerintah Indonesia sebenarnya tengah berupaya
meningkatkan kemampuan warga Papua secara ekonomi, meningkatkan sumber
daya rakyat Papua, mengakhiri pelanggaran hak asasi, dan memperoleh
kembali kepercayaan dari rakyat Papua.
"Saya percaya dengan tujuan dan cara yang bagus yang ingin dicapai
Presiden Joko Widodo dan pemerintahannya terhadap rakyat Papua.
Masyarakat internasional mesti membantu mereka untuk benar-benar
melaksanakan kebijakan ini. Ini pertama kalinka saya melihat komitmen
serios di Jakarta untuk menganas amar persoalan dalam konflik di Papua,"
lanjutnya.
Berbeda dengan Ramos Horta, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) Natalius Pigai mengatakan pemerintah harus merubah
pendekatan pertahanan keamanan di Papua.
Hingga sekarang ini pemerintah masih mengedepankan pendekatan keamanan
yang kerap melakukan tindak kekerasan terhadap masyarakat Papua. Bahkan
Komnas HAM mencatat, kata Natalius, dalam satu tahun kepemimpinan
Presiden Joko Widodo telah terjadi berbagai peristiwa pelanggaran HAM
seperti penangkapan, penganiayaan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap
setidaknya 700 orang Papua.
Seluruh peristiwa kekerasan yang terjadi di Papua itu, kata Pigai,
dilakukan oleh negara secara sistemas, terencana dan terstruktur.
Menurutnya, siapapun presidennya sepanjang negara tidak mau mengubah
strategi pertahanan dan keamanan di wilayah paling ujung Indonesia itu,
maka peristiwa demi peristiwa kekerasan di Papua tetap selalu ada.
Pemerintah, lanjutnya, harus memanusiakan orang Papua di antaranya
dengan upaya memutus mata rantai kejahatan kemanusiaan di Papua secara
total serta mengeluarkan kebijakan yang berbasis penghargaan terhadap
hak asasi manusia di masa yang akan datang.
"Pelanggaran HAM terus terjadi maka yang diinginkan semangatnya adalah
harus melakukan perubahan strategi pertahanan itu dengan meninggalkan
berbagai kekerasan dan kejahatan kemanusiaan, membuat orang Papua
menjadi orang Indonesia, memanusiakan orang Papua. Jadi pendekatan ini
yang harus dikedepankan," imbuh Natalius Pigai.
(kabarpapua/voaindonesia)
0 komentar:
Post a Comment