PT Freeport |
Pemerintahan
SBY yang lemah menyebabkan PT Freeport semakin berkuasa di Papua.
Operasi perusahaan asal Amerika Serikat itu telah menimbulkan
kesengsaraan bagi rakyat Papua. Pasalnya, perusahaan tambang ini
membuang limbah sedikitnya 250 ribu ton per hari sejak mulai beroperasi
tahun 1973 hingga sekarang.
Demikian
disampaikan Ketua Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMD) Arif
Fahrudin, dalam Dialog Pemuda dan Konfrensi Pers menanggapi Kedatangan
Menlu USA Hillary Clinton dengan tema "Nasionalisasi dan Usir Freeport,
Usir Neokolonialisme & Imperialisme" di Sekretariat DPN Repdem,
Jalan Cikini I, 3B, Menteng, Jakarta Pusat, hari ini.
"Lebih
dari 6 miliar ton limbah dibuang sembarangan oleh Freeport dan telah
menciptakan kerusakan lingkungan yang parah. Ini pelanggaran-pelanggaran
kemanusian," ujarnya.
Selanjutnya,
soal keuntungan, Papua sama sekali tidak mendapatkan apa-apa dari
produksi yang dilakukan oleh Freeport. Bukan hanya keuntungan, apa yang
diproduksi pun, rakyat tidak tahu.
Sementara
terkait renegosiasi kontrak, jelas dia, tidak melibatkan satu orang
rakyat Indonesia, sehingga membuktikan bahwa ini bisa dilihat hanya
mencabik-cabik demokrasi Indonesia. "Jadi, mengusir Freeport sama juga
mengakhiri penindasan yang ada di Papua," tandasnya.
Menyambung
pernyataan Arif, rakyat Papua tidak sedikit pun mendapat keuntungan
dari keberadaan PT Freeport. Justru rakyat Papua menanggung semua dampak
buruk dari kegiatan perusahaan tambang emas asal Amerika Serikat itu.
Demikian disampaikan Ketua National Papua Solidarity (Napas), Alves
Fonataba, dalam dialog yang sama.
"Buktinya, banyak keluhan terhadap Freeport dijawab dengan aksi-aksi kekerasan dari pihak Freeport itu sendiri," ujarnya.
Sambung
dia, penyelesaian berbagai masalah yang terjadi di bumi cendrawasih itu
terlihat dari bagaimana Pemerintah menyelesaikan persialan Freeport.
"Jadi ini tergantung pemerintah dalam mengelola kekayaan alam bagi
rakyat Papua dengan prinsip-prinsip demokrasi," jelasnya.
Selanjutnya,
investasi di Papua sudah banyak yang masuk dan berkembang. Tetapi
pemerintah selalu memperhatikan kepentingan-kepentingan asing.
"Kami
dengan tegas menegaskan bahwa rakyat Indonesia sama sekali tidak
diuntungkan dengan keberadaan Freeport. Pemerintah harus mengelola
kekayaan alam untuk kepentingan rakyat Papua," tambahnya.
Diskusi
ini diikuti, Repdem, PMII, IGJ, Petisi 28, PRD, INDIES, NAPAS, LMND,
SRMI, FPPI, dan INDIES, yang gerakan tergabung dalam Koalisi Penolakan
Freeport
Sumber : Waspada.co.id
0 komentar:
Post a Comment